Melukis adalah hal menenangkan bagi sebagian orang yang mampu membuat mereka merasakan 'apa itu kehidupan yang sebenarnya' disertai suara kicauan burung dan angin kencang berhembus dari celah korden, menerpa kulit mulus berbalut kaos oversize yang kini sedang mematung memandang lurus kearah canvas.
Tidak lupa rambut yang berantakan akibat angin menyapa, mampu membuat kenangan manis muncul secara sengaja.
Tangannya yang memegang kuas bergerak membuat pola yang tak beraturan, sehingga membentuk sesuatu yang dapat mendefinisikan kemarahan, kesedihan dan perasaan bingung.
Alasan mereka putus bukanlah perkara 'selingkuh' atau 'pertengkaran' melainkan sudah tidak ada ketertarikan satu sama lain, lebih spesifik lagi- mereka putus dengan cara baik-baik.
Lebih menyakitkan dari 'diduakan' sebab keduanya mulai bosan untuk hubungan yang itu itu saja, alias monoton tanpa adanya pergerakan.
Bisa saja mereka memperbaiki ikatan tali merah yang hampir lepas itu. Namun jika Tuhan berkehendak demikian, kita bisa apa? memang keduanya tidak ditakdirkan untuk bersama, kalau memaksa 'pun percuma.
Gagal move on, tentunya, siapa yang tidak akan gamon jika sudah menjalin hubungan hampir 4 tahun 5 bulan lamanya.
Berusaha berdamai semaksimal apapun pasti akan kembali dibawa kedalam masa lalu, ingin balikan tapi sudah tidak ada harapan, keduanya sama sama enggan untuk memulai.
Masih cinta, namun sia-sia. Dia bertanya, apa arti cinta yang sebetulnya?
"Seokmin."
Seokmin terperanjat kala tak sengaja menangkap afeksi manusia berperawakan tinggi bersuara halus yang sekarang berdiri disampingnya.
Itu Joshua.
Kepalanya miring disertai tangan melambai kecil dihadapan wajahnya.
Seokmin tidak mengerti dengan dirinya sekarang, kenapa dia merasa tercekat saat Joshua memanggil namanya. Baru kali ini ia merasakannya, ditambah Joshua berjongkok dihadapannya menatap dirinya heran sekaligus khawatir.
Seokmin mengikuti pergerakan Joshua dengan kuas yang masih ditangannya. Aneh, dia merasa ada yang mengganjal.
"Ku kira kamu udah pulang." suara Joshua menyadarkan Seokmin yang sempat membisu, ia gelagapan tentu saja, sebisa mungkin ia samarkan.
"Belum, aku lagi pengen ngelukis aja."
Joshua mengangguk, ia mengusap rambut Seokmin yang sedang menunduk tak lupa senyuman manis menghiasi. Sukses membuat Seokmin membeku, lidahnya terasa kelu, pupilnya tanpa sadar membesar seiring Seokmin menatap laki-laki dihadapannya sekarang ini.
"Gak mudah emang buat ngelupain, tapi sebisa mungkin kamu jangan terlalu larut dalam kesedihan, nggak baik buat kesehatan." ujar Joshua yang masih mengusap rambut Seokmin, jari-jarinya bergerak merapikan tiap helai rambut yang diterpa angin.
YOU ARE READING
SPRING
Fanfictionjoshua dom? yes. Kamu bagaikan musim semi yang hinggap dalam diri.