Hari masih sore, belum begitu gelap menjelang maghrib. Suasana jalur "bypass" kota Kendari tampak ramai, khususnya di area "Kendari Beach" yang memang sudah menjadi pusat kuliner diwaktu sore hingga tengah malam. Sebuah mobil Honda CR-V warna silver bergerak perlahan sebelum akhirnya berhenti di tepi jalan. Seorang pria berusia 27 tahun keluar dari mobil tersebut. Namanya Anfal Kusuma, berwajah tampan dengan kulit sawo matang, rambutnya lurus hitam dan tebal membentuk belahan dari tengah ke arah kiri dan kanan kepalanya. Selain memiliki tubuh atletis, ia juga memiliki sepasang tatapan mata elang, kesan "jantan" sangat terpancar pada dirinya.
"Lama tidak muncul disini, Fal." Kata laki-laki tua bertubuh kurus yang rambutnya sudah banyak memutih, laki-laki tua tersebut bernama Baso Suang, biasa dipanggil Daeng Baso. Ia menyambut Anfal yang menghampiri gerobak jualannya.
"Iya, om. Belakangan ini sedang sangat sibuk." Kata Anfal sambil menjabat tangan Daeng Baso.
"Alhamdulillah kalau sibuk, artinya ada banyak rezeki pekerjaan yang kamu miliki." Kata Daeng Baso. Ia dan Anfal duduk di dekat gerobak jualan yang terletak diatas trotoar. Dihadapan mereka terbentang luas teluk kota Kendari. "Ada banyak orang yang ingin bekerja, tapi begitu dapat pekerjaan dan merasa lelah, malah banyak mengeluh." Kata Daeng Baso lagi melanjutkan pembicaraannya.
Anfal mengangguk-angguk, ia memang suka mendatangi Daeng Baso, sekedar berbincang dan membeli dagangan pria tua berusia 65 tahun itu. Bahkan sejak masih kuliah, ia sudah akrab dengan Daeng Baso, tidak jarang ia mendapatkan nasehat dari pria tua tersebut.
"Mana Irma?" tanya Daeng Baso. Irma adalah teman wanita Anfal sejak masih kuliah, dua tahun belakangan ini Irma dan Anfal menjalin hubungan "pacaran", Anfal sering mengajak Irma ke tempat Daeng Baso saat pulang dari tempat kerja, namun kali ini Anfal datang seorang diri.
"Sudah putus, om." Jawab Anfal sambil matanya menatap lepas ke arah laut.
"Waduh, ada masalah atau bagaimana?" Tanya Daeng Baso dengan segala keingin tahuannya.
Anfal mengerutkan dahinya sambil menggigit bibirnya. "Sudah tidak bisa dilanjutkan..." kata Anfal menahan sedikit rasa sesak dalam dirinya. Ia menoleh ke arah Daeng Baso, pria tua itu menetapnya seolah benar-benar peduli. "Dia memilih laki-laki lain, om." Kata Anfal kemudian sambil menghela napas panjang.
Daeng Baso hanya mengangguk-angguk memahami, ia menepuk-nepuk pundak Anfal. "Gugur satu tumbuh seribu, itu lah prinsip laki-laki sejati." Katanya dengan nada serius. "Fokus saja dengan pekerjaanmu, jangan biarkan perasaan mengganggu aktifitasmu di tempat kerja."
Anfal hanya tertawa ringan, "Yaaa, tidak segampang itu juga, om." kata Anfal sambil mengambil sebotol air mineral yang terpajang diatas gerobak jualan Daeng Baso. Ia membuka penutup botol plastik air mineral itu, kemudian meneguknya sambil duduk disamping Daeng Baso.
Pengunjung area pantai semakin ramai, beberapa orang muda-mudi mendatangi gerobak jualan Daeng Baso dan membeli makanan serta minuman. Seorang anak kecil berusia 10 tahun berdiri tidak jauh dari tempat Anfal dan daeng Baso berada, anak kecil itu luput dari perhatian mereka. Anak kecil dengan penampilan lusuh dan pakaian kotor itu tampak memperhatikan orang-orang yang tengah menikmati makanan dan minuman di tepi pantai.
"Adek mau makan?" Tanya seorang wanita yang tiba-tiba berdiri disamping si anak kecil. Wanita itu tampak tersenyum ramah, wajahnya cantik dengan kulit putih mulus, ia mengenakan hijab warna biru navy dan gamis warna merah hitam. Sepasang matanya tampak bening, sangat indah dengan bulu mata yang lentik, hidungnya mancung perpaduan sempurna dengan bibirnya yang merah alami tanpa polesan lipstik.
Anak kecil itu terpana menatap wanita cantik disampingnya, ia seolah bertemu dengan bidadari. Bukan hanya si anak kecil, beberapa pria di sekitar situ juga tengah memperhatikan wanita tersebut dengan rasa kagum akan kecantikan parasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ipar Adalah Mautku
RomanceAnfal sangat bersyukur bisa menikahi Zahra, bukan hanya cantik, tapi juga cerdas dan ramah, menghargai suaminya dan tidak menjalin kedekatan dengan laki-laki mana pun. Lalu kenapa pendirian Anfal goyah ketika kakak iparnya hadir dalam rumahnya?