𝚒𝚏 𝚢𝚘𝚞 𝚏𝚎𝚎𝚕 𝚕𝚒𝚔𝚎 𝚢𝚘𝚞 𝚊𝚛𝚎 𝚒𝚗 𝚑𝚎𝚕𝚕, 𝚊𝚝 𝚕𝚎𝚊𝚜𝚝 𝚙𝚛𝚎𝚝𝚎𝚗𝚍 𝚝𝚑𝚊𝚝 𝚢𝚘𝚞 𝚘𝚠𝚗 𝚑𝚎𝚕𝚕
...
Seth dengan penampilan lusuh juga menggunakan masker beserta topi terlihat berjalan dengan alat bantunya menuju sebuah toko kelontong. Bell yang diletakkan di atas pintu berbunyi seiring dengan kedatangan nya. Mata Seth mengamati sekitar dengan penasaran, hal baru kemudian masuk ke kepalanya dan dia memutuskan untuk berputar-putar di setiap rak untuk mengambil produk yang diinginkannya."Um ..., dimana ya merk kopi yang biasanya ku beli? Kok nggak ada sih ..." Seth bergumal dengan dirinya sendiri.
Frustasi tak menemukan apa yang diinginkan nya, Seth kemudian berjalan ke arah si kasir dan tersenyum di balik maskernya.
Sebuah kesalahpahaman terjadi.
Wajah kasir itu pucat pasi saat Seth berjalan dan berhenti di depannya. Di mata kasir itu, Seth adalah sosok misterius yang terlihat seperti ingin mengancamnya.
Tapi kemudian Seth melepaskan topi dan juga maskernya.
"Maaf jika topi dan masker ku menganggu mu. Tapi aku butuh pakai ini biar nggak dipandang ..." Ujar Seth dengan ramah.
Mata di balik kacamata itu terus menatap ke arah Seth, kenapa orang se tampan itu mau bersikap sopan dan baik kepadanya?
"Um ..., apakah kamu tahu dimanakah letak kopi merk xxx?" Seth bertanya dengan kikuk.
Pria itu kemudian tersadar telah menatap, dia kemudian menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju pojok ruangan tersebut di rak paling bawah.
Senyum Seth kemudian melebar melihat kemasan yang familiar di matanya. Dengan wajah sumringah Seth mengambil kemasan produk tersebut dan memeluk sang kasir.
"Huaa! Akhirnya aku Nemu produk ini lagi!! Makasih banyak ya ... Uh ... Park Hyung Seok," ujar Seth dengan nada tinggi sangking bahagia nya.
Tubuh kecil nan penuh di pelukan Seth terasa kaku saat di peluk. Bagaimana lagi reaksi yang harus dia tunjukkan bukan? Toh yang memeluknya orang asing yang tak dia kenal.
Menarik diri dari pelukan, Seth langsung saja mempersilahkan pria lainnya untuk melakukan pekerjaan nya. Seth kemudian menyerahkan uang yang lebih dari harga total.
"Simpan saja kembaliannya." Suruh Seth sebelum keluar dari toko kelontong tersebut.
𓐙𓌴𓂣𓏏𓁧 𓆄
"Iya-iya," Seth memutar matanya mendengarkan ceramah pacarnya tersebut.
"nggak usah banyak bekicot! Aku pulang nya masih lama lagi, aku kan masih harus kuliah dan kerja ... Nggak! Mana mau aku pakai uang gaji mu. Berisik! Aku udah dewasa, iya bawel. Tch mentang-mentang lebih tua, aku nggak bilang apa-apa kok! Oke ketemu libur semester lagi ya~ Ciao, love you too."
Memutuskan panggilan yang telah berlangsung lama, Seth kembali memasukkan handphone nya ke dalam saku dan menatap ke seberangnya yang sedang jalan dengan pincang ke arahnya.
"Taehoon kau tahu tidak sopan untuk mengejek orang cacat, mau ku laporkan kepada ayahmu?" Seth menatap Taehoon dengan tatapan skeptis.
Pria muda di depannya hanya memonyongkan bibirnya dan berdecak kesal.
"Pengadu," ejeknya.
"Pembuat onar," balas Seth dengan seringai.
"Habiskan makananmu dan kita bisa pulang." Seth memberikan perintah kepada Taehoon yang hanya mendapatkan reaksi sepele.
Seth hanya menghela napas, benar-benar sudah terbiasa dengan sikap acuh tak acuh pria di depannya itu.
"Apa masih sakit?" Tiba-tiba Taehoon melontarkan pertanyaan di saat hening.
Seth menaikkan alisnya dengan tatapan sedikit mengejek.
"Masih, tapi dokterku memberikan ku resep obat yang dosisnya diturunkan," jawab Seth dengan Santai.
"Salah mu sih, kalau kamu lanjut latihan bareng aku pasti kaki mu kuat!"
Seth tersenyum lebar, entah kenapa Taehoon merasa itu berbahaya.
"Untung aku lagi good mood Hoon, kalau nggak ku bunuh kau. Pacarku maksudnya yang ku suruh," ancam Seth dengan senyuman yang nampak menyeramkan.
𓐙𓌴𓂣𓏏𓁧 𓆄
Rasa sakitnya,
Seth terjatuh meringkuk di kamar mandi, teriakan nya bergema di apartemennya.
"Oh God, it's hurt so bad ..." Bisiknya disaat darah mulai menetes dan menyerap di karpet.
Tangan kanannya mencengkram erat kakinya yang cacat. Gagal. Tidak berguna. Hanya berlalu.
"Sakit," bisiknya di dalam larutan tangis nya.
obat obatan tidak akan berpengaruh, yang bisa menghilangkan rasa sakitnya hanya Vicodin, tapi dia tidak diresepkan dokter nya kembali. Karena dia bisa kecanduan.
Dan dia masih dalam masa detoks nya.
Seth berteriak frustasi.
Kata dokternya rasa sakitnya tidak nyata, tapi kenapa kakinya terasa seperti dipatahkan lagi? Ototnya terasa ditarik terus menerus. Muntahan telah memenuhi wc duduknya. Kepalanya bersandar pada lantai. Wajahnya memerah dan pucat, matanya berkaca-kaca karena rasa sakit kakinya juga rasa sakit di hatinya.
Tak ada yang tahu hal ini.
Tentu saja tak ada yang tahu, Jichang yang bahkan pacarnya hanya tahu dia tidak lagi mengonsumsi obat narkotika itu lagi, orang tuanya? Mereka tidak berbincang dengan Seth lagi.
"Kalau kamu benar-benar ada di sana. Kenapa aku yang rusak? Kenapa? Aku bekerja keras untuk segalanya! Aku tidak curang, kenapa tidak kamu lakukan hal ini ke mereka saja?"
KENAPA?
𓐙𓌴𓂣𓏏𓁧 𓆄
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BALLERINO'S LAST DANCE
FanfictionMale Oc x Kwak Jichang Bangau itu telah tidak bersinar lagi, bulunya telah lusuh. Sayapnya patah. Tak mungkin seorang pun akan memandang nya kembali, dia telah gagal. CERITA TIDAK MENGIKUTI ALUR UTAMA! maaf jika cerita saya memiliki kesalahan ejaan...