04. Precious Ring

152 66 101
                                    

Suasana kantin tampak lengang, sebagian besar para murid kembali ke kelas masing-masing karena jam istirahat telah usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kantin tampak lengang, sebagian besar para murid kembali ke kelas masing-masing karena jam istirahat telah usai.

Setelah membayar pesanan masing-masing, mereka bergegas menuju ke lapangan karena sebentar lagi pelajaran olahraga akan dimulai. Mereka mendapatkan informasi di grup kelas bahwa hari ini mereka akan berlatih bola basket.

Setelah berganti pakaian olahraga, mereka berjalan menuju ke lapangan sambil menundukkan kepala di bawah matahari yang mengeluarkan panasnya. Sesekali mereka menutup mata karena sinar matahari yang begitu menyilaukan mata.

"Kenapa sejak kelas 10 kelas kita selalu dapat jam olahraga di siang hari, sih? Kelas lain selalu dapat jam olahraga di pagi atau sore hari ketika jam pulang sekolah hampir tiba." Arcaka mengeluhkan sinar matahari yang menusuk-nusuk kulitnya.

"Atau kita pindah kelas aja, ya?" timpal Jeco.

"Kalo bisa pindah kelas gue juga mau," balas Arcaka.

"Jangan banyak mengeluh. Sebentar lagi kita juga lulus dari SMA Laccessy, kok," tutur Jirka.

"Pak Jacob berhalangan hadir. Untuk pengambilan nilai hari ini gue yang gantikan," ucap Marken.

"Langsung pengambilan nilai? Nggak ada latihan dulu?" Jeco terkejut.

"Minggu lalu udah latihan. Lo nggak masuk, kan, Jec?" tanya Marken memastikan.

Jeco mengangguk. Ia baru ingat bahwa Minggu lalu ia berhalangan hadir ke sekolah dikarenakan tengah sakit. Ia menghabiskan waktu untuk tidur di kamarnya sepanjang hari.

Harken mengarahkan pandangannya pada pepohonan besar di sudut lapangan. Ia melihat Natan duduk di sana dengan pandangan kosong. Harken berniat untuk menghampirinya dan mengajaknya bergabung, tetapi suara Marken menghentikan langkahnya.

"Dimulai dari Harken Kazensa dengan Jeco Levanko," ujar Marken sambil memegangi buku nilai yang diberikan oleh Pak Jacob.

Harken dan Jeco berdiri di tengah lapangan, bersiap untuk memulai pertandingan dua lawan dua. Para murid lain menunggu di pinggir lapangan sambil menunggu giliran dan menyaksikan pertandingan antara Harken dengan Jeco.

"Gue pasti bisa dapat nilai sempurna." Jeco membusungkan dadanya.

"Gimana bisa dapat nilai sempurna kalo Minggu lalu ketika latihan lo nggak hadir?" Harken terkekeh.

Sementara di sisi lain, Karos beralasan kepada guru yang sedang mengajar untuk pergi ke toilet. Setibanya di luar kelas, ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Dirasa keadaan cukup aman, Karos mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk lingkaran berwarna biru dari dalam baju putihnya.

Kalung tersebut merupakan benda yang dimiliki oleh setiap vampir, termasuk Natan. Mereka selalu memakai baju putih sebelum mengenakan seragam sekolah untuk menyembunyikan keberadaan kalung itu. Oleh karenanya, Bu Cleona hanya berhasil mengambil gelang milik Natan, tetapi tidak dengan kalung yang dikenakannya.

Wickedness In Silence (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang