SEJAK PERTAMA KALI MENJADI MAHA (SISWA?)

2 0 0
                                    

Sejujurnya aku tidak terlalu tahu akan menulis apa disini, hanya saja beberapa hal yang masih sering kupikirkan saat pertama kali menginjak status yang cukup hebat tersebut (mahanya siswa) , status yang luar biasa hebat hingga mengubah seorang anak yang dahulunya hanya memikirkan akan makan apa di kantin saat jam istirahat tiba, menjadi memikirkan sesuatu yang lebih luar biasa rumit dari yang kubayangkan.

Sebenarnya aku meras telah berpikir terlalu jauh, melampaui etika seorang mahasiswa yang masih di semester 2. Pikiran ku terlalu jauh, bahkan mungkin saja ia yang baru lulus dari bangku ini baru memikirkan yang kupikirkan setelah berpesta pora dengan teman-temannya. Bisa saja memang seperti itu, tapi jika benar, berarti aku terlalu dini ya? Untuk merasa bahwa dunia ini ternyata begitu kejam dan menyeramkan, bukankah seharusnya aku memikirkan saja UKM apa yang cocok kumasuki sembari cari jalur ninja buat menuhin sks.

Begitulah sampai pengantarnya mencapai dua paragraf. Cukup banyak dibandingkan isi utama yang akan aku bahas pada bab ini. Mungkin akan jadi 2 atau 3 bab. Karena seperti yang telah aku katakan di awal. Jujur, aku juga bingung mau menulis apa. Semuanya terlalu banyak, terlalu mentah, terlalu aneh, dan terlalu rumit dibandingkan saat masih sibuk memikirkan akan makan apa di kantin sekolah.
00:19

-widia (29/06/24)

BERPIKIRAN TERBUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang