Bab 24 : Rencana

316 59 33
                                    


.
.
.

Ketika hampir sampai di kafe Lianhua, Xiaobao dan Lianhua dibuat terkejut ketika melihat A-Fei keluar dari kafe bersama dengan seorang wanita yang sangat mereka kenal. Kedua kakak beradik itu sangat keheranan sampai-sampai langkah mereka terhenti bersamaan.

A-Fei mengantar wanita itu menuju mobilnya, bahkan membukakan pintu untuk wanita yang mereka tahu, paling A-Fei hindari. Jiao Liqiao. A-Fei bahkan melambaikan tangannya sambil tersenyum tipis saat mobil yang ditumpangi Nona Jiao pergi.

"Aku tidak salah lihat 'kan, Ge?" Xiaobao mengucek-ngucek matanya memastikan bahwa pengelihatannya tidak bermasalah.

"Hah? Entahlah. Sepertinya juga aku sedang bermimpi." Lianhua menjawab.

"A-Fei baru saja terbentur kepalanya atau bagaimana?" Xiaobao berspekulasi.

"Entahlah. Ayo Kita hampiri saja." Ajak Lianhua yang kemudian menarik tali kendali Huli Jing.

Mereka sampai tepat saat A-Fei hendak membuka pintu kafe. Xiaobao yang sudah tidak tahan untuk menggoda kakak tertuanya itu, langsung menghampiri A-Fei dan tersenyum jahil di hadapan kakaknya.

"Kau salah minum obat atau bagaimana?" A-Fei yang merasa terganggu akan senyuman Xiaobao mencoba menyingkirkan tubuh adiknya untuk menjauh darinya. Namun bukannya menyingkir, Xiaobao malah tersenyum makin lebar. Lianhua yang menyaksikan itu hanya bisa menutupi mulutnya yang sedang menahan tawa.

"Lianhua, apa kau memukul kepalanya?" A-Fei menoleh pada Lianhua yang masih cekikikan di belakangnya.

"Sepertinya aku akan segera punya kakak ipar." Ujar Xiaobao dengan nada ceria seraya masuk ke dalam kafe.

A-Fei yang mulai memproses gelagat dan kalimat Xiaobao, langsung mendelik ketika menyadari maksudnya. Pria galak tersebut langsung mengejar adik bungsunya untuk memberi perhitungan. Lianhua mengikuti keduanya masuk sambil menggelengkan kepalanya.

.

Suasana kafe lumayan ramai siang hari itu. A-Fei, Lianhua, dan Xiaobao duduk menunggu Xiaoyong yang sedang memasakkan menu makan siang untuk mereka. Yunfei, WangFu, dan Li'er sedang sibuk melayani pelanggan.

Lianhua masih setia mendengarkan kedua saudaranya saling mengolok satu sama lain. Dirinya hanya memperhatikan sambil memangku dagu dengan sebelah tangan.

"Bagaimana menurutmu, Ge? Aku terlihat tampan 'kan di televisi?" Xiaobao yang sudah lelah menggoda A-Fei, bertanya pada Lianhua.

"Tampan." Jawab Lianhua singkat sambil tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tampan? Bagiku kau tampak tiga kali lebih bodoh dari aslinya." Timpal A-Fei. Xiaobao yang mendengar itu mendengus kesal.

"Aku tidak bertanya padamu." Xiaobao membuang muka dari A-Fei.

"A-Fei, berhenti menggodanya." Tegas Lianhua yang hanya dibalas dengan gumaman oleh A-Fei.

Tak lama, makan siang datang. Xiaoyong menyajikan beberapa menu sehat untuk ketiga pria tersebut.

"Terimakasih, Xiaoyong. Maaf merepotkanmu." Ucap Lianhua saat sepupu dokter Guan tersebut menata beberapa hidangan di meja.

"Kalau untuk Lianhua Gege, aku tidak pernah merasa repot." Ujar Xiaoyong. "Silahkan dinikmati." Lanjutnya seraya buru-buru kembali ke pekerjaannya.

Suasana makan siang tiga bersaudara kita sungguh sangat terasa hangat. Seperti biasa, ada A-Fei dan Xiaobao yang sibuk berebut daging sambil saling mengolok. A-Fei dan Xiaobao yang terus menambahkan makanan ke dalam mangkuk Lianhua. Lianhua yang pasrah dengan kelakuan kakak dan adiknya itu. Sungguh, siapapun yang melihatnya pasti berharap mereka akan terus seperti itu.

Tiga BersaudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang