1

333 65 7
                                    


Dingin.

Kata yang mampu menggambarkan suasana meja makan di rumah mewah dengan gaya Eropa yang dominan berwarna putih menambahkan kesan klasik itu. Rumah mewah milik keluarga Adhitama, rumah dengan kepala keluarga bernama Bagaskara Adhitama atau yang kerap di sapa Tama. Seorang pria paruh baya yang menempati posisi tertinggi dari sebuah perusahaan bernama Adhitama Jaya (AJ) Group yang bergerak dibidang properti. Tak hanya itu, Tama juga menjadi salah satu founder dari SNA Media bersama dengan sang istri yaitu Clara Veronica. Dimana SNA Media adalah sebuah perusahaan yang memiliki lima lini bisnis utama yaitu media digital, live streaming, agensi model, musik, dan film.

"Ini permintaan konyol apalagi sih?" geram seorang gadis kepada kedua orang tuanya yang sedang menyatap menu makan malam ini.

"Hei sayang, udah ya kita bahas ini besok aja." ucap Clara sambil meletakkan pisau dan garpu yang ia pakai untuk menyantap menu favoritnya. "Kamu pasti capek kan, hampir seharian lho kamu di pesawat."

"Ya itu karena Mama udah bohong sama Shani. Kenapa pake acara bohong segala sih kalo Mama lagi sakit keras dan harus operasi hari ini juga?" tanya gadis itu dengan nada kesalnya.

Clara menundukan kepalanya karena ia malu telah tertangkap basah berbohong kepada sang anak. "Mama minta maaf soal itu. Mama bener-bener gak tau harus cari alesan apa lagi biar kamu balik ke Indonesia, Mama kangen sama kamu."

"Kangen? Setelah tujuh tahun Shani di Amerika dan baru sekarang Mama ngomong kangen, hahaha lucu." Shani tersenyum seperti sedang menyangkal pernyataan Clara sang ibunda. "Shani tau, Mama pasti dipaksa bohong kan sama Papa? C'mon Ma, gak semua permintaan Papa harus kita turutin semuanya."

Shanindra Adhitama atau yang kerap disapa Shani adalah putri pertama dari pasangan Baskara Adhitama dan Clara Veronica. Ia sudah kurang lebih tujuh tahun berada di negeri Paman Sam dengan segudang pengalamannya. Seperti menempuh pendidikan S1 di University of Southern California Marshall School of Business, S2 di Columbia University dengan predikat magna cum laude, dan bekerja di perusahaan besar yang ada di Amerika.

"Jaga bicara kamu ya Shani. Papa dan Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk membantah apalagi sampai menghina dan menertawakan kami seperti apa yang kamu lakukan barusan." ucap tegas Tama yang mulai terpancing emosi karena sikap anak sulungnya itu.

"Emang dari dulu Papa pernah ajarin apa ke Shani? Dari dulu Papa cuma selalu minta Shani untuk turutin semua kemauan Papa. Dengan Shani kuliah ambil jurusan manajemen bisnis di luar negeri menurut Papa itu Shani masih membantah Papa? Shani rela kubur dalam-dalam cita-cita Shani cuma karena nurutin kemauan Papa." ucap Shani sambil mengepalkan kedua tangannya.

Clara berusaha melerai perdebatan sang anak dan sang suami dengan memberikan sentuhan pada tangan Shani dengan mengusapnya secara perlahan dan berkata, "Shani, hei sayang udah ya. Kamu kayaknya bener-bener capek, sekarang kamu mending ke kamar terus istirahat."

"Tolong sampaikan kepada Pak Baksara Adhitama yang terhormat, bahwa saya Shanindra Adhitama tidak menerima dan menolak mentah-mentah perjodohan yang telah beliau rencanakan dengan rekan bisnisnya, terimakasih." ucap Shani sambil bangkit dari tempat duduknya.

Tama dengan cepat menahan tangan Shani, alhasil Shani berdiri tepat di sebelahnya. "Besok kita ada janji makan malam dengan keluarga Maheswara, jadi siapkan diri kamu dan jangan buat keluarga Adhitama malu karena sikap arogan kamu." tegas Tama yang masih menggenggam erat tangan sang putri.

Dengusan tawa kecil pun terdengar. "Kenapa gak suruh anak kesayangan Papa aja sih buat terima perjodohan ini? Maksain tentang pendidikan Shani itu masih kurang ya buat Papa sampe Papa mau ngatur tentang jodoh Shani juga?" ucap Shani sambil menarik paksa genggaman sang ayah.

Shani berjalan dengan segala emosi dan angkuhnya melewati kedua orangtuanya. Menuju kamarnya yang tatanan dan suasananya masih sama seperti tujuh tahun yang lalu. Karena sebelum berangkat ke bandara ia sempat meminta kepada Bi Asih, asisten rumah tangga keluarga Adhitama untuk menjaga kamar kesayangannya. Kamar tidur Shani adalah satu-satunya ruangan yang memiliki fitur smart lock sedari dulu, dan hanya Bi Asih dan Shani lah yang tau password akses masuk kedalam kamar itu.

*****

"Pagi Non." sapa seorang ART yang tiba-tiba masuk kedalam ruang olahraga milik keluarga Adhitama. "Pagi," jawab ketus Shani yang masih fokus dengan peralatan gym disana.

"Sombong banget sih Non, senyum atuh kalo disapa sama orang." timpal sang ART yang sedang berjalan mendekat kearah Shani. "Eh Bi Asih, kirain siapa." senyum Shani begitu sumingrah ketika tau bahwa ART yang menyapanya tadi adalah Bi Asih.

"Maaf ya Non kemarin Bi Asih gak sempet jemput Non Shani dibandara. Tapi tenang aja kemarin yang masak menu dinner itu Bibi kok, gimana masakan Bibi masih enak kan?"

Ekspresi Shani saat ini bener-bener berbeda dengan ekspresi yang ia tampakan kemarin malam, hari ini Shani benar-benar murah senyum. "Iya gapapa. Tanpa di kasih tau pun Shani masih inget kok rasa masakan Bi Asih, selalu enak."

Bi Asih adalah ART di rumah keluarga Adhitama yang paling senior. Ya bisa dibilang Bi Asih lah yang menarik satu persatu pekerja yang ada disini mulai dari supir, tukang kebun, satpam, hingga orang-orang dapur. Bi Asih diberi kepercayaan untuk mengkontrol semua pekerjaan rumah oleh Tama dan Clara karena ia sudah ikut dengan keluarga Tama sejak dulu. Jadi tak hanya mempercayakan urusan rumah padanya, tetapi Bi Asih juga dipercayai menjadi satu-satunya orang yang dapat menjaga sang buah hatinya ketika mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Oh iya, ini Bibi cuma mau ngasih es kopi spesial buatan Bi Asih. Non Shani masih suka kopi kan?

"Iya masih, taruh sini aja Bi." tunjuk Shani pada meja yang ada disebelahnya. "Eh, Bi Asih mau kemana? Udah temenin Shani disini aja. Bi Ijah gak kangen ya sama Shani, kangen gak?" pinta Shani pada wanita yang umurnya hampir sama dengan Omanya.

"Iya deh Bi Asih temenin Non Shani disini," ucap Asih yang langsung mengambil posisi tepat di disamping kiri Shani. "Bi Asih seneng banget pas tau kalo Non Shani bakal pulang ke Indonesia lagi. Bi Asih juga sempet belajar bahasa Inggris lho biar nanti kalo ngomong sama Non Shani Bi Asih gak bingung." ungkap Asih dengan ekspesi yang sangat bersemangat.

"Berarti Bi Asih tau kalo Shani bakal pulang ke Indonesia?" tanya Shani dan hanya jawab dengan anggukan kepala oleh Bi Asih. "Bi Asih juga tau dari jauh-jauh hari tentang rencana konyol Mama sama Papa ini?" timpal.Shani sambil menoleh ke arah Bi Asih.

Orang yang sekarang menjadi fokus Shani itu justru menundukan pandangannya pada tangan yang ia kepalkan diatas pahanya. "I-iya, maaf non."

Senyuman palsu terpampang jelas dan hembusan nafas Shani yang begitu berat ia lontarakan setelah mendengar pernyataan Bi Asih barusan. "Terus kenapa Bi Asih gak bilang sama Shani sih, Bibi diancem lagi sama mereka?" tanya Shani dan lagi-lagi hanya dibalas anggukan saja oleh Bi Asih.

"Bi dengerin Shani, mereka gak mungkin ngelakuin hal yang aneh-aneh ke Bi Asih. Buktinya Bi Asih masih ada disini sekarang ketemu sama Shani, itu artinya Bi Asih gak perlu takut sama ancaman mereka. Sekarang kan udah ada Shani disini jadi Bi Asih gak perlu takut dan khawatir lagi." ucap Shani sambil menggenggam erat tangan Bi Asih yang begitu dingin.

"Maafin Bi Asih ya Non, lagi-lagi Bi Asih gak bisa nolongin Non Shani."

Shani langsung memeluk tubuh Asih yang bergetar hebat karena menangis sebab ia merasa bersalah pada Shani karena tak mampu berbuat apa-apa ketika Shani mendapat tekanan dan paksaan dari orang tuanya. "It's oke Bi. Bi Asih masih ada dirumah ini aja itu udah pertolongan buat Shani. Makasih ya Bi udah mau bertahan disini, Shani janji gak bakal ninggalin Bi Asih lagi dan Shani bakal jagain Bi Asih."

"Terimakasih kembali non."

Pelukan itu begitu terasa hangat. Bahkan rasa nyaman dan hangat inilah yang Shani rindukan. Pasalnya hanya Bi Asih lah yang mampu memberikan perasaan seperti ini untuk seorang Shanindra Adhitama sedari dulu. Orang yang selalu mendukung, memahami, dan menjaga Shani dengan penuh cinta sedari ia kecil hingga sekarang. Dan bisa dikatakan bahwa sekarang Shani benar-benar pulang. Bukan pulang kerumah bak istana milik keluarga Adhitama ini, tetapi justru ia kembali ke rumah dengan wujud manusia yang sifatnya seperti malaikat bernama Bi Asih.

VOTE SAMA KOMEN BISA KALIK HEHEHE MAKASIH CINTA <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang