Terpandang bagai hutan kecil.
Acak, berantakan dan ramai.
Aku ingin bertemu denganmu yang selalu menggema.
— Hakunamatataa𓍯𓂃𓏧
𝐔𝐍𝐎
Mencari cacing, keduanya menghabiskan waktu bersama hanya untuk bermain. Menjadikan masing-masing sebagai pelarian, kebahagiaan datang daripada hal-hal kecil yang terkesan sepele.
Menunjukkan telapak tangan penuh tanah, Sol tersenyum bangga karena berhasil menemukan tiga buah cacing. "Aku nantikan hutang janjimu sampai bulan purnama.
"Sekeras itu menginginkan kue bulan?" Tanya Wang Yeo.
"Mmm, karena harganya mahal dan terbuat dari bahan khusus, tidak sembarang orang bisa memakan kekenyalan songpyeon (kue bulan)." Tutur Sol.
Berparas cantik, suaranya sangat dalam dan berat ketimbang wajah yang terbilang manis. Jatuh hati begitu mudahnya, Wang Yeo menginginkan takdir baru.
———————————––——
𝐔𝐍𝐎
"Hahhh! Ha- akhh!" Tertusuk ranting pohon, Beomgyu terduduk dibalik batang raksasa. Melelahkan sekaligus menegangkan. Kutukan memiliki kecerdasan sendiri yang masih belum ia pahami.
Datang mereka yang mampu berbicara, bisikan memekakan telinga sampai rasa sakitnya menusuk ubun-ubun. Menutup telinga, Beomgyu membayangkan kasur dan buku agar pikirannya tenang.
Begitu sibuk menumpas kutukan dalam hutan yang luasnya puluhan hektar, Beomgyu mengikat tali merah sebagai tanda untuk jalan pulang.
"Kukembalikan kutukan pada sang induk. Atas pertolongan Yang Maha Kuasa, kuberkati bagi mereka yang terkutuk."
Kalimat andalan terus diucapkan. Terbuai oleh hadiah yang dijanjikan pimpinan Shin, Beomgyu terbutakan oleh makam sang ibu. Meski nyawa taruhan, janji tetaplah janji.
Keluar dari hutan tanpa sandal, tapak kaki yang terkelupas tanpa sadar saking tak peduli lagi apa yang diinjak, Beomgyu mengalami dislokasi tulang bagian jari-jemari baik kanan maupun kiri.
"Astaga nak! Mi Kyung, keluar sebentar!" Panggil pak Kim.
Berbayang-bayang, ntah ia yang berhalusinasi atau memang bagian dalam organ tubuh pak Kim tampak begitu jelas padahal ia tak memakai kaca mata.
Belum menarik nafas guna memastikan penglihatannya, tubuh yang mulai tinggi dan berisi itupun jatuh. Kepala terbentur tanah. Langit menampakan wajah lama, Bae Suji mengunyah permen lolipopnya santai. "Disgusting..."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNO
RomancePintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit. Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafat da...