4| Ram, are you a crocodile?

901 117 12
                                    

Tentu saja Ruka tidak mengatakannya. Gila jika begitu!

Lagipula, aneh. Bagaimana bisa dia mengakui calon tunangannya itu, disaat dirinya sendiri belum pernah bertegur sapa dengan sang calon?

Konyol.

Jadi, Ruka mencari jawaban lain, "Siapa tahu kamu ada kenalan cewek kedokteran, Rora mau ikut tanya-tanya tentang kedokteran."

Dahi Asa menukik tajam. "LAH?! Buat apa, Ru? Bukannya Rora mau masuk ke musik kayak Ayon? Lo sendiri yang cerita ke gue." Matanya pun menyipit skeptis ke mata sipit dihadapannya.

"Curiga gue." Lipatan tangan di dada, mata Asa melucuti Ruka dari atas sampai bawah.

Jeda. Mereka bersitatap, saling mencoba menerka isi otak masing-masing, menebak apakah yang mereka pikirkan berada dalam hal yang sama.

Ruka menjadi bimbang. Haruskah dia langsung mengaku tentang calon tunangannya? Itu pasti terlalu mendadak jika didengar, apalagi Ruka tidak pernah berpacaran.

Asa lalu mendecak. "Kok malah jadi bengong? Lo nanyain cewek kedokteran buat apa, Ruka?"

Meneguk ludah kasar, Ruka berusaha tenang. Dia susun kata-kata sedemikian rupa sebelum berucap. "Yang Aku bilang beneran, Rora juga butuh informasi tentang kedokteran buat bahan pertimbangannya. Tapi kupikir-pikir tanya ke Rami juga boleh. Ntar kamu sampaiin ke Rami yah, adekku butuh info tentang kedokteran. Sekarang aku mau jemput Rora dulu."

Asa percaya tidak percaya, tapi mengingat track record Ruka yang nyaris tak ternoda, cowok bermata monolid itu sepertinya tidak sedang berdusta.

Jadi, Asa pun mengangguk percaya. "Okay. Ntar gue bilangin deh. Eh, lo jemput si princess nggak pakai vespa lo itu kan? Masih hujan, Ru."

Ruka merotasikan bola matanya. "Aku pakai mobil Bang Jisu, dia nanti pulang nebeng sama pacarnya. Vespaku gampang lah, ditinggal juga nggak bakal hilang tuh vespa."

Asa terkekeh. Teman satunya itu memang unik. Dia tipikal yang akan menjawab lengkap agar tidak menimbulkan pertanyaan lagi. Tak suka basa-basi.

"Yaudah, aku cabut dulu ya sekalian pulang." Ucap Ruka sambil menyampirkan tas dan menenteng perabotan lukisnya. "Untuk tugas Western of art, biar aku yang bikin slide presentasinya. Kamu kirim aja draf materinya, Sa." Tambahnya.

Tanpa pikir panjang, Asa mengangkat tangan, hormat. "Siap, Ten, Kapten!"

•♡♡♡•

Sebelum pulang, Rami dan Ritha menepi di tempat makan yang berada di dalam sebuah pusat perbelanjaan.

Tempat makan itu cukup ramai, tetapi tidak bising. Rami memundurkan kursi, lalu menyilakan sang tuan putri untuk duduk.

Kemudian dia berlari kecil untuk duduk di seberang gadis rupawan itu.

Mata Ritha terlihat berbinar. Dia melihat menu yang diperlihatkan oleh Rami, kemudian melihat-lihat lagi menu yang lain. "Kok, kayaknya enak semua?"

"Yaudah, pesan semua aja."

"Takut nggak habis."

"Pesan yang porsi kecil."

"Adanya porsi sedang atau besar semua."

"Yaudah, ntar bagi dua aja sama gue." Balas Rami, kalem. Dia lanjut membaca buku menu dan memesan es lemon, ayam geprek, beserta dimsum mentai.

Mendengar hal itu, mungkin jika tidak mengingat siapa sosok di depannya itu, sudut-sudut bibir Ritha bisa saja spontan tertarik melawan gravitasi. Jujur, hatinya terasa menghangat. Dia selalu suka bagaimana Rami memperlakukannya. Kadang sederhana, tetapi terasa spesial.

ToGetHer | RuPha [ABANDONED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang