🤍 Ancaman.

2.9K 232 40
                                        

~Happy Reading~

 

   Sedari tadi Andra hanya memperhatikan Xeon yang sudah terlelap di karpet bulu tebal yang di gelar. Ada perasaan bersalah yang membelenggu hati nya ketika mendapati mata Xeon yang sedikit bengkak begitu masuk ke ruangan nya.

Ingin bertanya namun sungkan, Karena Xeon sama sekali tidak mengungkit apapun. Anak itu datang dengan senyum sumringah seolah tidak terjadi apa-apa.

“Apa Reynan datang ke cafe malam ini?"

“Apa yang dia katakan pada Xeon?"

“Apa yang terjadi?”

Seharusnya nya, gw gak usah bantu dia."

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Andra tidak bisa tidur sampai dini hari. Hingga rasanya dia baru tidur beberapa menit, sampai suara benda jatuh terdengar keras menghantam lantai kamar rawat nya, hal itu menjadi bukti mengapa pecahan piring itu bertebaran di mana-mana.

“Ya ampun, kaki mu terluka! suster tolong obati luka nya ya.”

“Baik dok.”

Setelah suster itu pergi untuk mengambil peralatan nya, heli segera berlutut untuk mengumpulkan beberapa pecahan piring yang tidak sengaja di jatuhkan oleh Xeon. Andra yang baru saja terbangun mencoba mengumpulkan kesadaran nya. Kepala nya sedikit berdenyut karena terbangun secara tiba-tiba, jantung nya juga berulah membuat nya sedikit kesusahan bernapas.

Namun begitu melihat Xeon yang hanya berdiri mematung di samping ranjang pesakitan nya hingga mengalihkan rasa sesak itu menjadi ke hawatiran.

Andra menepuk pelan tangan Xeon, membuat pemuda itu segera mengalihkan pandangan nya pada Andra. “lo gapapa?” tanya Andra.

Xeon menggeleng, ia tersenyum berusaha menyembunyikan getaran pada tubuhnya. “l-lo ke bangun, sorry ya, gw gak sengaja pecahin piring lo.”

Heli yang tadinya hanya berniat mengantikan sang ayah malah bertemu dengan Xeon di ruang rawat Andra. begitu juga Xeon, karena terbangun terlalu pagi dan merasa ia tidak bisa tidur lagi, akhirnya pemuda itu mencari kesibukan dengan membereskan kamar rawat Andra.

Keduanya sama-sama mengalami keterkejutan, namun heli tetap berusaha profesional. Xeon juga berusaha tetap baik-baik saja, walaupun jauh dalam hati nya merasa sakit ketika melihat heli yang seolah-olah tidak mengenal nya.

“X-xe ... ”

Panggilan lirih itu membuat Xeon panik apalagi saat merasakan Andra meremat kuat tangan nya. “kenapa? Mana yang sakit?”

“Jantung gw, sakit banget. Sesek Xeon..”

Mendengar keluhan pasien nya heli berhenti membereskan pecahan piring. Ia segera menghampiri Andra yang masih kesulitan bernafas. Xeon mundur beberapa langkah, membiarkan heli menangani Andra.

“kamu bisa keluar dulu? Saya berjanji dia akan baik-baik saja.” Pinta heli. Xeon mengangguk lalu melangkah keluar dari sana.

“Tunggu!” langkah Xeon terhenti tepat di depan pintu membelakangi heli.

“Suruh suster untuk obati lukamu.”

Xeon {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang