"Adek..?"
"Bangun yuk?" suara yang lembut itu berhasil membuatku bangun, aku mulai membuka mata lalu mengedipkan beberapa kali, walaupun nihil, tetap saja gelap.
Sang kakak mulai menuntunku untuk duduk di kasur lalu menyenderkan ku di dashboard kasur, tangannya mulai memegang tanganku lalu mengelusnya,
"Ini kakak Jaden ya?" aku mulai mengembangkan senyumku, aku tau, walaupun aku tidak bisa melihat wajah tampan dari kakak ku itu, tapi aku bisa mengenal suaranya.
Tak lama kemudian, muncul suara pintu terbuka yang berasal dari orang lain,
"Mas jaden, ade udah bangun?" aku mendengarkan suara itu, dan itu kakak kedua ku, kak Kavi namanya.
Aku mendengarkan langkah kaki kak Kavian yang mulai mendekat dan duduk di sebelahku.
Aku sebenarnya ingin sekali melihat wajah dari kakak - kakakku yang tampan itu, katanya. Tetapi, aku pernah bilang ke kak Jaden,
"Kak, adek pengen liat wajah kalian, gelap.. kak"
Jaden hanya tersenyum simpul, tetapi sangat jelas di matanya bahwa ia menyimpan banyak kesedihan.
Lalu ia menjawab, "Jangan, dunia ini terlalu jahat buat adek, kakak gamau adek liat jahatnya dunia."
"Sejahat itu ya kak?" ucapku ragu.
"Seperti itu lah" jawab kak Jaden, setelah itu, dia mulai mengalihkan pembicaraan karena ia tidak ingin mendengarkan topik itu.
"Kakak, abang.. rumah kita itu dimana?"
Awalnya keduanya hanya saling memandang bingung, lalu kak jaden mulai menjawab yang membuatku terkejut,
"Kita ga punya rumah dek, ini bukan rumah kita."
YUHUUU, bagaiman gessss, apakah sudah nge feelllll awkwokwkw???!??? Ak sedang mencoba menulis cerita yang sedie sedie nieh, walaupun ga jago banget.Jadi maklum yh belum pro player ☝🏻.
Pokoknya makasih banyak yang udah baca, oh ya ada bonus nih ;
"Adek, Abang, Kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARTHA.
Teen Fiction" Kita itu ga punya rumah, dek. Rumah kita udah hancur. " ⚠️