Seventeen

835 50 12
                                    

Happy reading!!

Pakaian pesta yang dikenakan semalam itu kini sudah berserakan di atas lantai, beberapa bantal pun ikut jatuh dari atas kasur.
Pagi yang paling berantakan di kamar tersebut.
Terlihat First mengambil satu persatu pakaiannya dan pakaian Khaotung yang tergelatak secara sembarang itu ke dalam wadah cucian, kemudian setelah dirasa cukup rapi ia pun kembali mendekati kasur dan dusuk disebelah sang kekasih.
Terlihat Khaotung yang masih terlelap dengan selimut hampir menutupi seluruhnya.

"Pagi hia." Suara serak dengan mata setengah tertutup itu menyambut First.

Khaotung lalu menggeliat, menurunkan sedikit selimutnya dan menunjukkan banyaknya tanda merah di bagian atas tubuh si kecil. First tersenyum melihatnya, Khaotung begitu cantik saat ini meskipun baru saja bangun dari tidurnya yang tidak nyenyak.

"Aku bawa sarapan kesini, sarapan dulu setelah itu ke kamar mandi?" Tawar First.

"Hia."

"Hem?"

"Aku pikir aku akan dikasur seharian," ujar Khaotung malu-malu. Dia baru saja menggerakan tubuhnya, dan pegal langsung menyambutnya.

First tersenyum sembari mengusap kepala Khaotung. "Sudah kubilang sekali saja, tapi kau ingin lagi."

Khaotung langsung memukul paha First, dia tidak suka jika First membahas apa yang mereka lakukan tadi malam.
Off gila sih, bisa-bisanya dia menaruh obat perangsang pada minuman Khaotung.
Memang Off agak nakal dari dulu juga, ya walaupun First menikmati apa yang dia dapatkan tadi malam, rasanya kurang ajar sekali karena Off yang memaksanya meminta.
Semalam itu, Khaotung menerima semua perlakuannya dengan gembira.
Bahkan menyukai kissmark lebih dari dia menyukai putingnya yang dimainkan.
Semakin lama, First semakin tau titik nikmat favoritnya dan itu menyenangkan.

Jika berbicara soal ranjang, Khaotung adalah yang terbaik dari semua orang yang pernah First temui.
Reaksinya atas sentuhan First adalah yang paling utama, lalu disusul oleh desahannya.
Ah sial, membayangkannya saja membuat First kembali ereksi, Force Mungkin akan menertawakannya mengetahui ia jadi mudah terangsang seperti ini, tapi jelas Force akan mengamuk jika tahu sumbernya adalah dari adik kesayangannya.

----

"Mana Khaotung?"

"Aku membawaka sarapannya ke kamar, katanya dia tidak enak badan."

First lalu duduk di salah satu kursi meja makan, hari ini Film yang memasak dan First lebih dulu mencuri masakannya untuk Khaotung sebelum semuanya bangun dari tidur mereka.

"Tentu saja dia akan sakit, sorenya kena angin laut malamnya ya kena angin malam," balas View.

"Apa semalam dia mabuk juga?" Tanya sang ibu.

First menganggukkan kepalanya. "Dia sudah boleh minum dan mencoba semuanya sampai muntah," respon First.

Namtan lalu memulai kembali soal ide untuk lamaran First Khaotung, sang ibu sudah setuju untuk melakukannya, setidaknya First aka mengikat Khaotung dan memastikan anak kecil itu akan bersama First sampai masa dewasanya benar-benar sudah matang.

"Aku harus lebih dulu berbicara pada kakaknya," ujar First.

"Kenapa tidak langsung ke orangtuanya?" Tanya balik Namtan.

First beralasan jika dia belum terlalu berani untuk memberitahu mereka soal ini, belum lama First dan kedua orangtuanya berdebat soal pernikahan, dan itu sudah cukup memberi kesan buruk. Jadi First merasa sedikit sungkan jika langsung berbicara dengan mereka soal lamaran.

"Jika Force setuju, biar dia yang memberitahu ibu dan ayahnya lebih dulu, baru nanti aku yang memberitahu mereka, supaya tidak terlalu terkejut."

"Benar juga, ibu membuatnya kecewa," komentar View yang langsung di pukul oleh Film.

He is 30 years old. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang