bagian 01

15 1 0
                                    

Petir bergemuruh kencang malam ini hujan turun deras membasahi kota kota. Di sebuah rumah terdapat seorang keluarga sedang makan malam dengan tenang.

Tiba tiba seorang pria baruh payah menaruh sendok dan garpu nya dan menatap anak anak nya dengan. datar, mata nya lurus ke depan mengisyaratkan bahwa dia akan membahas sesuatu yang sangat serius.

"Ada yang mau di bicarakan pah?" ucap anak remaja yang peka dengan tatapan papah nya. Lalu pria baruh payah tersebut langsung mengangguk.

"Hari ini papah kecewa, terutama dengan kamu Cakra Adipati Wijaya" ucap pria baruh tersebut menatap tajam putra bungsu nya ah mungkin?.

Cakra yang nama nya terpanggil pun memberhentikan acara makan nya lalu menatap sang papah nya, "tapi pah? Cakra gak lakuin apa apa" jawab Cakra tidak tau.

"Ck tidak usah sok tidak tau Cakra, kamu berkelahi kan dengan kakak tingkat mu hingga di panggil bk" tegas sang pria paruh baya. Cakra hanya diam lalu saat hendak menjawab terpotong oleh orang di sebelah nya.

"Halah pah dia kan emang membawa masalah, mending waktu dia masih kecil buang aja di panti males banget tiap hari kerjaan nya bawah masalah terus" ucap seseorang tersebut.

"Bener gw setuju banget sama lo Ren, gara gara anak sial ini mama pergi ninggalin kita semua" ucap seseorang tersebut, Cakra yang mendengar nya hanya menunduk diam hatinya sangat sakit mendengar nya bahkan kini dia diam diam meremat baju nya menahan isak tangis nya.

"Ck udah Haikal udah Renan papah juga udah capek sama dia, gak henti henti nya bawa masalah terus di keluarga ini" lalu pria baruh payah tersebut beranjak pergi di ikuti oleh yang lain kecuali Haikal.

Haikal mendekati Cakra lalu mencekram wajah nya dan memaksa nya untuk menatap nya, "inget baik baik lo di keluarga ini ga di anggap bahkan gw najis punya adek kayak lo, seharusnya lo yang mati!" lalu Haikal menghempaskan wajah Cakra dengan kasar dan meninggalkan Cakra sendirian.

Cakra menutup mata nya sebentar lalu perlahan tersenyum kecil 'enggak Cakra ga boleh nyerah dulu pasti bisa kok merebut  hati mereka' batin Cakra. Lalu segera membereskan piring piring.

Setelah selesai Cakra memasuki kamarnya lalu menutup pintu, Cakra pun berjalan dan duduk di tepi kasur dia menatap foto mamah nya dan tersenyum kecil.

"Mamah jangan khawatir di sana.. Cakra bakal berusaha biar bisa di terima oleh abang sama pa-" Cakra terdiam saat ingin menyebut 'papah'.

"Maksudnya om Wijaya" Cakra pun mengambil foto mamah nya dan mencium sekilas, dia pun berbaring di kasur lalu menarik selimutnya dan memejamkan kedua matanya.

'Tuhan aku berdoa semoga mereka bisa menerima Cakra..'





























































































Di sisi lain kamar, pria baruh payah tersebut mengelus satu bingkai foto lalu membalikan bingkai tersebut.

'Saya bisa menerima mu Cakra.. tapi saya juga membenci mu.'- Adipati Wijaya.





















































































































tbc, jangan lupa vot nya sayang ^ ^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pah Cakra juga anak papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang