A/n : Jangan lupa tinggalkan jejak dan follow saya
Biar lebih semangattHappy Reading All 🌻✨️
...
• ṣ ï ś ì ľ ã i ņ •
[02/07/2024]
...
Bugh!
Giandra mendaratkan satu tinjuan keras ke lawannya hingga tumbang. Laki-laki itu menghapus jejak darah di bibirnya, lantas mengatur napas untuk bersiap menyerang kembali.
Lawannya berdiri, kemudian maju dan melayangkan pukulan yang berhasil Giandra tepis. Serangan bertubi-tubi kemudian ia terima. Dan dengan gerakan cepat Giandra membalasnya. Keduanya saling menyerang dan menghindar dengan kecepatan tinggi.
Malam ini suasana pertandingan boxing terasa lebih berat dari biasanya. Mungkin karena sejak kedatangan Giandra aura kelam pemuda itu membaur ke segala penjuru, mungkin juga karena ini pertandingan sengit antara dua orang dengan rangking tertinggi di sana.
Ini bukan pertandingan besar atau event boxing internasional. Berbanding terbalik dengan nama besarnya sebagai racer utama di Atlantis, Giandra justru memilih adu kekuatan di tempat terpencil dan kotor di sudut kota. Aroma alkohol, keringat, bahkan bau sampah-sampah dari para pemulung yang sedang mencari hiburan berbaur menjadi satu.
Tempat ini rusak, berserakan. Namun euforia untuk melepas penat walau hanya semalam menambah minat banyak orang untuk kian meramaikan. Meja dan kursi kayu tua bahkan nyaris patah, ditambah bangunan gedung yang kapan saja bisa roboh tak menjadi hambatan orang-orang menyaksikan pertandingan tanpa aturan itu.
Beberapa dari mereka tergeletak di lantai akibat terlalu banyak meneguk alkohol, beberapa lagi mengumpat dan tampak cemas karena terlalu banyak mempertaruhkan uang, sisanya menikmati hidup dengan cara menjijikan, seks di lantai dan sebagian di gerobak sampah.
Tempat ini memang sebanding dengan kata sampah. Tapi Giandra mendapat kebebasan. Ia tak perlu terikat aturan. Serangan dan pukulan yang ia terima tak pula disibukan oleh pranata atau ikatan sistem yang membatasi gerakan lawannya. Mereka bebas memukul, Giandra bebas memukul. Tak ada kehakiman yang akan ia terima di sini.
Bahkan ring tinju dibuat seadanya. Pembatas pun hanya dari tali-tali sederhana dan kayu bekas bangunan.
Tujuan mereka hanya satu, kemenangan. Lalu mendapat uang taruhan dan menghamburkannya. Syarat kesepakatan yang berlaku pun hanya tak sampai membunuh. Meski luka parah dan patah tulang sekalipun.
Sorakan kian ramai ketika Giandra berhasil menumbangkan lawannya. Ia dengar laki-laki ini meraih langganan kemenangan. Seharusnya masih sanggup untuk berdiri lagi.
Giandra belum berkenalan. Ia pertama kali melawan laki-laki ini. Tubuhnya tinggi menyamainya, kedua lengannya dibalut otot keras. Tapi rambut dan pakaiannya kotor, penuh tanah dan bau keringat yang menyengat. Giandra yakin laki-laki ini tinggal di sekitar permukiman gedung.
Dan ketika laki-laki itu kembali berdiri, Giandra kembali mendapat serangan. Ia membalasnya, dengan pukulan yang ia targetkan pada tulang pipi dan perut. Laki-laki itu masih menahan pukulannya kendati beberapa kali sudah jatuh.
Giandra kembali maju dan menyerang. Kali ini lebih cepat dan menuntut. Lawannya sudah terpojok dan ia menunggu kekalahan atau setidaknya mendengar kata menyerah dari laki-laki itu.
Harusnya, Giandra mendapat kemenangan malam ini. Namun, lawannya mendadak berhenti, memaksa Giandra juga menghentikan serangannya. Laki-laki itu jatuh terduduk, tubuhnya tampak gemetar dan matanya tampak memerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
D I F F E R E N T
RomanceD I F F E R E N T (18+) Perihal perbedaan yang kerap tak diyakini, nyatanya justru mendatangkan kekuatan tarik-menarik yang lebih erat.