Rain termenung di makam ibunya. Masih terbayang dalam ingatannya saat terakhir ibunya menghembuskan napas tujuh tahun yang lalu. Saat ini umurnya telah memasuki lima belas tahun dan akan menjadi kesatria magang. Sebagai penerus dari Bangsawan Draconite yang memimpin daerah Draconite, dia harus berlatih keras.
Dia pun akhirnya tersadar kalau hari ini dia memiliki jadwal berlatih bersama teman ayahnya, sekaligus komandan pasukan Draconite. Jika dia sampai terlambat maka dia akan mendapat hukuman keras dan latihan yang jauh lebih berat. Dia tentu ingin menjadi lebih kuat, tapi tentu saja berlatih tidak melebihi batas normal.
"Sial! Sial!" gerutunya kesal sambil melirik matahari yang semakin meninggi.
Seperti yang dia perkirakan, Willard telah menunggunya dengan wajah marah. Dia pun mendapatkan omelan dari Willard yang sudah pasti tidak akan lama. Karena selanjutnya, dia dipaksa melawan Willard, kesatria terkuat nomor dua di bawah Aland, ayahnya.
Aland dan Willard adalah sahabat sejak mereka kecil. Keduanya berlatih bersama, bahkan pernah bertualang bersama saat mereka berumur enam belas tahun. Aland terpaksa berhenti bertualang setelah kakeknya meninggal. Sejak itu Aland menggantikan kakeknya untuk memimpin daerah Draconite. Tidak lama sejak itu ayahnya menikah dengan ibunya yang sudah berteman sejak mereka kecil. Willard yang bosan bertualang tanpa Aland akhirnya kembali dan menjadi komandan pasukan.
"Ayo, Rain! Lebih semangat lagi!" teriak Willard penuh semangat sambil mengayunkan pedangnya ke arah Rain.
Rain yang kalah fisik dan kekuatan tentu kewalahan menghindari serangan Willard. Menahan serangan Willard? Tentu saja dia tidak akan melakukannya. Sudah pasti dia akan terhempas jauh dan kalah dalam sekejap. Pilihannya hanya menghindar secepat yang dia bisa.
"Oah!" Rain berteriak panik saat serangan Willard hampir saja menyentuh badannya.
Pedang kayu besar yang dipakai Willard menyerang tanpa jeda seakan pria itu tidak merasa kelelahan. Sedangkan Rain sendiri kecepatannya mulai menurun. Tidak lama kemudian Rain terkena serangan dan terpental jatuh ke tanah. Dia sudah tidak punya tenaga untuk bangkit.
"Kalau kamu hanya menghindar, maka kamu tidak akan pernah menang, Rain," ucap Willard mengulurkan tangan pada Rain.
Rain mendengus kesal. "Kalau menghadapimu seperti ini, siapa pun hanya bisa menghindar, kecuali ayahku," gumam Rain sepelan mungkin sambil menerima uluran tangan Willard.
"Apa kamu mengucapkan sesuatu?" tanya Willard dengan tatapan menyelidik.
Rain menggeleng. "Tidak ada," jawabnya berbohong.
Willard hanya mengangguk sebagai tanggapan. Kemudian keduanya duduk di bawah pohon untuk beristirahat. Seperti biasanya, Bailee datang membawakan mereka makan siang. Bailee adalah pelayan pribadi Rain, sekaligus teman Rain sejak kecil. Banyak yang menganggap mereka berdua adalah pasangan karena kedekatan mereka. Padahal, keduanya sangat akrab karena hanya Bailee lah yang mau berteman dengannya. Anak-anak lain menjauhinya karena dia adalah anak seorang bangsawan pemimpin daerah.
"Kalah lagi, Rain?" ejek Bailee cekikikan.
Rain mendengus kesal. "Aku yakin kamu pun akan kalah kalau menghadapi monster ini?" balas Rain sambil memakan roti isi madu.
"Aku monster?" tanya Willard kaget. "Aku tidak sekuat itu!" Willard malah merasa tersanjung dan tertawa menyebalkan.
"Apa aku harus melawannya?" tanya Bailee menantang.
Willard langsung menyilangkan tangannya. "Maaf saja nona muda, tapi aku tidak melawan wanita. Juga, aku tidak mau membuat wajah cantik dari calon istri pemimpin selanjutnya terluka," ejek Willard tertawa semakin nyaring.
Rain dan Bailee hanya bisa mendelik marah pada Willard. Mereka sudah terbiasa diejek seperti itu. Lagi pula, mereka tidak bisa melakukan apa pun pada Willard. Pria itu terlalu kuat untuk mereka.
"Aku harap kedamaian ini akan selalu ada," gumam Willard menatap langit biru di atas mereka.
Rain dan Bailee saling pandang. Bukankah kerajaan Goldcrown saat ini memang damai. Semenjak Raja Felix naik takhta, kerajaan ini tidak pernah ada peperangan lagi. Negara-negara tetangga telah melakukan perjanjian gencatan senjata setelah melakukan perang selama seratus tahun tanpa henti.
"Kalian tidak akan pernah tahu kapan perang akan pecah," ucap Willard. "Sebagai mantan petualang, aku sudah banyak melihat negara yang awalnya damai berubah jadi medan perang. Tentu aku sendiri pernah terlibat dalam perang melawan Kerajaan Mori di Selatan," lanjutnya menceritakan pengalamannya.
Willard menceritakan tentang beberapa kehebatannya selama bertualang bersama Aland. Rain yang tertarik dengan petualang mendengarkan dengan serius. Meski ada beberapa hal yang berada di luar nalar pikirannya, dia tetap berusaha untuk mempercayai itu. Tentang hutan roh yang tidak bisa tidak boleh dimasuki sembarang orang. Bahkan tentang rumor tidak jelas tentang menara di tengah tanah tandus yang tidak bisa dilihat orang biasa.
"Apa benar menara itu ada?" tanya Bailee menatap dengan ekspresi tidak percaya.
Willard menatapnya dengan senyuman. "Aku sendiri tidak pernah melihat menara itu meski telah berada di sana. Namun, Aland bilang dia melihatnya dan bertemu dengan penyihir hebat yang ada di sana," jawabnya berusaha tampak meyakinkan.
"Ayah pernah ke sana?" tanya Rain takjub. "Dia tidak pernah bilang hal itu."
"Ya, aku pun tidak yakin dia serius atau tidak saat itu," jawab Willard mengangkat bahu. "Kalian tahu, saat itu kami masih muda dan sering bercanda. Coba saja kalian tanya ke Aland sendiri."
"Baiklah, aku akan bertanya pada ayah nanti malam," ucap Rain penuh semangat.
"Bolehkah aku ikut, Rain?" tanya Bailee tampak penasaran.
Rain mengangguk. "Tentu saja," jawab Rain antusias.
Willard kembali menceritakan beberapa kisah petualangan lain pribadinya. Bailee tampak tertarik pada cerita ras elf yang bersembunyi di dalam hutan. Menurut rumor yang beredar, para elf memiliki rupa yang menawan dan hebat dalam sihir. Kebanyakan elf tidak akan meninggalkan desa mereka, sehingga tidak banyak ras elf terlihat. Alasan mengapa mereka sangat tertutup karena adanya orang-orang jahat yang ingin menculik mereka. Di pasar gelap, elf salah satu yang memiliki harga mahal, meski tidak semahal artefak kuno.
Menurut Willard, salah satu desa elf ada di kerajaan Goldcrown. Namun, hanya beberapa pejabat tinggi saja yang mengetahui letak asli desa mereka. Pihak kerajaan bekerja sama dengan ras elf untuk beberapa urusan sihir.
"Aku ingin sekali ketemu elf," ucap Bailee dengan mata berbinar.
"Sedangkan aku lebih tertarik dengan artefak kuno yang hilang saat perang besar ratusan tahun yang lalu," ucap Rain membayangkan dirinya menggenggam pedang kuno yang sangat hebat.
Setelah setengah jam bercerita, seorang pria tampak berlari ke arah mereka. Sosok berpakaian pelayan itu berlari sambil mencari keberadaan mereka.
"Kakek!" teriak Bailee melambaikan tangan pada kakeknya.
Tidak perlu waktu lama bagi kakek Bailee yang bernama Garvin tiba di hadapan ketiganya. Garvin memberitahukan pesan yang diberikan oleh Aland pada Rain dan Willard. Sepertinya sekarang ini mereka diperintahkan untuk menemui Aland karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Keduanya pun bergegas kembali ke mansion, diikuti oleh Garvin dan Bailee.
-db-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragon Knight 1 : Rebellion
FantasyRain Draconite, seorang putra dari bangsawan yang memimpin daerah bernama Draconite. Melatih dirinya untuk menjadi seorang kesatria dan pemimpin daerah selanjutnya. Dengan bantuan beberapa rekan, dia berlatih dengan sangat giat. Suatu hari, Aland Dr...