Prasasti yang terkubur

0 0 0
                                    

"Nek itu buku hasil abah?" tanya seorang anak perempuan berumur 12 tahun.
"Iya, Kemari." ujarnya sambil menepuk kursi kosong di sampingnya. Gadis itu berlari menghampiri Neneknya.
"Nene mau menceritakan tentang 'senja yang tak pernah berakhir'?". Neneknya menganggukan kepala sambil tersenyum melihat tingkah cucunya ini.

"Angin berhembus di kepalaku, unik bukan judulnya?" Gadis itu mengangguk. "Abah dulu sangat ditentang menjadi seorang penulis buku. Buku itu adalah karya pertamanya saat menempuh pendidikan semester 4 jurusan Arsitektur."
"Hah? Kenapa mengambil jurusan Arsitektur Nek?."
"Apa yang membuatmu bingung Ca?"
"Begini Nek kata ibu guru, kalau aku mau jadi penulis disarankan masuk jurusan Sastra Indonesia. Biar apa? Kata ibu guru biar tulisan kita jelas dan selaras seperti diksi katanya tersusun sempurna. Begitu katanya Nek." Rumi mengelus rambut milik cucunya.

"Ica, Begini bukan harus. Liat Abah tak masuk jurusan sastra tapi dia bisa menulis buku dan kamu lihat bukan  hanya buku saja." Tunjuknya pada deretan karya mendiang suaminya.

"Tapi nek Ica tetep mau masuk Jurusan sastra, Ica juga mau jadi guru nantinya." Rumi tersenyum hangat. Lalu mengelus rambut sang cucu.
"Jika kamu sangat menginginkan nya maka belajarlah dari sekarang dengan giat, Karena dengan begitu akan membuka banyak pintu untuk menggapainya."

Rumi pun melanjutkan cerita tentang sang senja kepada cucu perempuannya satu satunya itu.

9 tahun berlalu

Di kantin Raisa dan sela tidak sengaja mendengar pembicaraan para perempuan mengenai perlombaan baca cipta puisi. Saat ini Raisa sedang bersama temannya Sela di stan nasi to yang tidak jauh dari meja perempuan-perempuan itu.
"Lomba baca tulis puisi tingkat provinsi katanya yang juara dari sekolah kita loh, dari anak kelas MIPA" ujar salah seorang siswi berambut bob. Raisa melirik dan dia melihat tingkat yang tertera di samping label nama perempuan itu. Kaka kelas rupanya. Batin Raisa

"MIPA mana? cewek cowok?" saut temannya yang duduk di sampingnya.
"Katanya sih cewe, MIPA mananya gue kurang tau. Beberapa orang bilang kalau identitasnya di tutup rapat sama pihak sekolah." jawab wanita berambut bob itu.
"Ohh so misterius gitu yaa? hahaha" jawab wanita berambut dikucir.
Raisa mengenalnya dia seorang model dia pun pernah main film, walaupun cameo.
"Bukan!" Tiba-tiba Sela teman ku menimbrung.
"siapa lo?" sentak cewe yang rambutnya dikuncir kuda.
Sela tiba-tiba nimbrung duduk bersama mereka, Aku hanya menghela nafas mau bagaimana lagi Sela memang seperti itu.

"Begini kak aku dengar dari teman dekatnya. Tapi ga bisa aku sebutin nanti bisa mati aku." jawab sela
"yaudah gimana cerita aslinya!" jawab perempuan berambut bob.
"Dia melakukan itu karena orang tuanya sangat tidak menginginkan anaknya mengikuti lomba seperti itu. Maunya anaknya itu ikut lomba saisnt, olahraga, mentok seni pun dia hanya boleh tari. Tapi itu anak tetep kekeuh pengennya itu yang berbau seni dan sastra tanpa terkecuali." jelas Sela.

"ohhh terus-" tanya perempuan berambut terurai tapi belum beres sudah terpotong karena Raisa.
"Sel ayo udah beres nih."

"Eh sorry kak" ujar Raisa sambil tersenyum kikuk karena tidak enak telah menyela kaka kelaanya. Sumpah demi apapun dia tidak ada niatan buruk sama sekali.

"Sorry yaa kak dia emang gitu kalo udah dapet makanannya pasti lupa sama sekitar. Saya pamit yaa nanti lagi tanya jawabnya." Ujarnya sambil cengengesan lalu beranjak dari kantin.

"Cantik banget dia" Ucap perempuan berambut bob. Perempuan yang telah ter cap menjadi wanita tercantik se sekolah pun di buat bt olehnya.

....

D

i perjalanan menuju kelas Raisa di hadang oleh seorang lelaki.
"Raisa?, Gue Alan nih" tunjuknya ke name tag yang tertera di bajunya. Raisa melihat nama lengkapnya M. Alan Sayidan XI.  Kaka kelas lagi? kenapa nih?. batin Raisa.
"Iya, ada apa ya kak?" Raisa sudah dari tadi merasakan bahwa si Sela ini sedang mesem mesem.
"Nanti pulang bareng gue tunggu." Belum juga Raisa menjawab laki laki bernama alan itu berbicara.
"Tau, sekarang kamu ada jadwal kumpulan paskibra. Aku tunggu kamu." Raisa mengerucutkan halisnya bagaimana laki laki ini tau jadwalnya. Namun kembali dijawab oleh laki laki tersebut. "Aku tau organisasi apa saja yang kamu ikuti. Paskibra, OSIS, Sanggar seni kamu masuk devisi tari, dan yang paling kamu sukai." Sambil tersenyum dia mendekatkan kepalanya ke telinga ku lalu berbisik aku sampai terkejut. Sia dia kok tau aku dan semu kegiatan yang aku ikuti di sekolah.

"Pake ini." Sambil menyerahkan jaket berwarna Cokelat muda.
"Pake ini saat kamu pulang nanti." Lalu dia melenggang begitu saja.

Sela histeris bukan main. Dia jingkrak-jingkrak kesetanan.
"Sa dia itu most wanted, semua orang pengen sa. Lu tau cewek yang tadi duduk di sebelah gue, pas di kantin? denger denger dia itu suka sama ka alan." jelas sela excited. dan jawaban yang kuberi adalah "oh." Sambil berlalu karena jam istirahat pertama akan segera berakhir dia butuh asupan makanan. Tetapi perbuatannya itu membuat Sela marah. "Sa, ihh kok gitu doang" kesal Sela. "Sutt, cepet kita belom makan."
Sela ingat itu dia buru buru menyusul Raisa, benar apa kata dia. Bisa bisa pingsan nanti karena setelah 1 jam pelajaran Indonesia adalah pelajaran olah raga dari jam 9.30 sampai jam 12.00. Namun para guru olahraga selalu berakhir ketika adzan di masjid berkumandang.

...

Sehabis mata pelajaran terakhir, Raisa menuju sekre paskibra. Namun di tengah jalan ia di hadang lagi oleh lelaki bernama Alan. "Jangan lupa di makan" ujarnya menyerahkan keresek berwarna hitam. "Makasih kak, tapi lain kali ga usah repot-repot kayak gini. Aku ga enak hati dan ngerasa risih." Jawab Raisa sambil menerima bungkusan itu. Dan yang di  kalimat terakhir itu benar adanya dia tidak enak dan merasa risih.
"Ohh begitu yaa, maaf buat kamu risih Ca." Mukanya kentara sangat amat bersalah. Aku yang tak tega pun mencoba mencairkan suasana dengan mengatakan. "Udah ga usah sedih kak, Raisa cuman ga biasa aja di kasih sesuatu sama orang yang selain temen deket atau keluarga." Jawab Raisa. Setelahnya dia melihat kaka tingkatnya itu ter senyum.
"Aku latihan basket dulu yaa, pulang nanti langsung ke parkiran aku tunggu kamu sama si cibi." Ucapnya.
"Hah cibi?" Tanya Raisa. "Motor ku, sudah sana kumpulan jangan jadi adik kelas yang suka telat kumpulan."
Jawab Alan sambil menarik bahunya dan dia memutar posisi jadi di belakang tubuh raisa. Saat dalam posisi tersebut sebelum berangkat alan mengusap lembut puncak kepala Raisa. "Dah semangat yaa." Setelahnya Raisa membalikkan badannya dia melihat Alan telah masuk lorong tangga.

Melanjutkan perjalanannya menuju sekre, karena kebetulan hanya cukup berjalan lurus dari kelasnya sampai ujung lalu turun satu lantai maka disana Raisa akan menemukan ruang sekre seluruh ekstrakurikuler. Terkecuali ekstrakurikuler olahraga selalu berada di lantai dasar dekat dengan lapangan indoor dimana sering digunakan anak sanggar seni latihan.

Saat masuk Raisa di suguhkan kata kata yang tidak mengenakkan dari kaka kelasnya setahu dia itu dari club inggris dan Raisa pun melihat perempuan model itu karena dia ketua dari club tersebut. "Ohh ini yang cewe yang mau aja jadi pho".

Raisa mengabaikan hal tersebut ia bersumpah tidak akan menghampiri Alan ke parkiran. Ia akan pulang sendiri naik ojol. Toh dari awal Raisa sudah tak enak hati setelah Sela teman sebangkunya bercerita saat jam mata pelajaran terakhir yang kebetulan kosong.

"Kak alan tuh, targetnya ka Cantika dari awal mereka mpls. Lo tau kan Cantika yang mana? yang jadi model sekolah ini loh?," Jelas Sela.
"Iya tau. yang liatin gue sinis pas di kantin tadi" Jawab Raisa
"Lu harus hati hati ama tuh cewek, banyak yang udah jadi korban. Dia tuh gamau posisinya tergantikan sama adik kelas."  Lanjut Sela. "Lebih tepatnya gamau terkalahkan sel." Ucap Rosa teman sekelas mereka yang cukup dekat. "Gue saranin lo jangan deket sama kak Alan, gue gamau ada anak kelas kita yang bernasib kayak anak kelas sebelah." Jelas Rosa.
"Emang di apain?." Tanyaku penasaran. "Lu bakal jadi bahan hiburan di gedung kosong belakang sekolah. Inget kan tempat itu, yang pernah di kasih tau si Naufal." Raisa dan Sela mengangguk.

...

Jam 17.30 Alan menunggu Raisa namun tak kunjung datang. Sampai akhirnya ia datang ke lapangan outdoor dan bertemu dengan salah satu kaka kelasnya.
"Kak Dimas, kumpulan anggota baru udah beres?" Tanya Alan.
"Lah udah beres dari jam 4 lan, Yang baru beres sekarang mah yang senior soalnya mau lomba." Alan cukup kentara memperlihatkan wajah kecewanaya. Padahal ia sudah menanti momen ini dari ia smp.
"Ciah di tinggal adekk manis nya yaaa.." ledek Dimas. Ia cukup dekat dengan alan karena mereka berteman dengan baik dari awal Alan masuk sekolah ini. Alan hanya tersenyum lalu berpamitan pulang.
Di perjalanan pulang ia melihat hal yang tak asing, Ia melihat jaketnya dipakai oleh seseorang. Tersenyum bangga walaupun tidak pulang bareng tapi jaketnya dipake. Bagus lah. Tapi kan katanya sudah pulang dari jam 4 tapi kok baru balik sekarang.

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH SANG AWAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang