-03-

2.8K 169 7
                                    

Junkyu memandang Seiji yang masih terdiam sendu di sebelahnya.

"Sebentar lagi heatku akan tiba." Junkyu menolehkan kepalanya saat mendengar perkataan Seiji.

"Lalu−?" Junkyu memancing pembicaraan sambil pura-pura sibuk menulis.

"Para elder telah mempertanyakan mengapa Haruto belum juga mengikatku. Aku telah mengalami heat sejak 2 tahun yang lalu dan sekalipun Haruto terlihat tak pernah menginginkanku, bahkan Haruto sama sekali tidak mengalami Rut saat ia dikunci bersama diriku yang sedang mengalami siklus." Seiji menghela napasnya. Wajahnya nampak sangat tertekan.

"Haruto akan segera menjadi S-Alpha di pack kami. Jika ia naik tanpa pasangan, ia akan mudah dijatuhkan oleh anggota pack yang lain. Itulah mengapa, ayahku memberikanku untuk menjadi pasangan Haruto. Akupun sejujurnya senang sebab aku begitu mengagumi Haruto dari masa kecilku. Tapi nyatanya ia sama sekali tidak menginginkanku."

Seiji menengelamkan kepalanya di kedua telapak tangannya. "aku lelah Junkyu. Aku lelah melewati heatku dengan mengharapkan sentuhannya yang tidak pernah kudapatkan."

Junkyu terdiam sambil menatap Seiji. Meskipun Haruto adalah musuh besarnya yang ia benci. Tapi−melihat seorang omega yang begitu frustasi mendapatkannya membuat Junkyu kasihan juga.

"Kau tidak bisa mendapatkan hati seorang alpha sepertinya dengan cara yang biasa Sei. Kau seharusnya jual mahal sedikit, kau terlalu memberinya perhatian, sekali sekali cobalah menarik diri dan bersikap biasa."

Seiji mengangkat wajahnya, "ma-maksudmu?"

Junkyu tersenyum licik, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Seiji, matanya melirik sedikit Haruto yang nampak tidur di barisan paling belakang. "Jatuh cintalah kepadaku. Dan kita lihat bagaimana bedebah itu bereaksi." Junkyu terkekeh. "Jika ia marah dan kesal karena itu. Maka kau mungkin punya sedikit harapan."

Seiji terdiam. Matanya berkedip lucu ke arah Junkyu. "Ku-kurasa itu ide bagus."

*
*
*

Haruto mengunyah roti dengan isi daging sapinya dalam diam. Namun ketenangannya itu tiba-tiba terengut saat merasakan tepukan samar di pundaknya. Haruto menoleh dengan tatapan ingin membunuh, lalu mendapati Jeongwoo −seorang alpha yang menjadi temannya saat kelas berburu itu memberikannya senyuman mengejek.

"Kesepian, eoh?"

Haruto mendengus, kembali mengunyah rotinya "tidak sama sekali."

Jeongwoo tertawa, lalu duduk di depan Haruto dengan lancangnya, "Haha! Bohong! Aku tahu wajah kesepian itu!" ujarnya, lalu dengan dagunya Jeongwoo mengkode suatu arah pada Haruto.

Haruto menolehkan wajahnya kearah yang ditunjukan Jeongwoo. Dan menemukan Seiji −tunangannya– bersama Junkyu si brengsek yang menjadi musuh besarnya sedang memesan makanan bersama-sama dengan tangan Junkyu itu di pinggang tunangannya. Mata Haruto membesar dua millimeter, dan pemuda alpha bermarga Watanabe itu sebisa mungkin memasang wajah poker facenya.

"Hohoho! Lihat wajah yang cemburu itu. Aku bahkan bisa merebus telur di wajahmu, To!" goda Jeongwoo.

Haruto mencibir Jeongwoo, lalu mengalihkan pandangan saat itu juga. Bersikap tidak peduli. "Konyol. Siapa yang akan cemburu dengan pemandangan itu?"

Jeongwoo tersenyum lebar, lalu menumpukan dagunya di telapak tangan. Wajahnya sungguh menyebalkan, dan jika saja Haruto tidak diajarkan etika sebagai seorang manusia, mungkin Haruto akan menerkam laki-laki di depann ini sekarang juga.

"Siapa sih yang tidak cemburu jika tunangannya bermain dengan laki-laki lain? –oh! Upss! Aku lupa, kau kan jatuh cintanya bukan dengan tunanganmu. Tapi dengan yang 'satunya"

You Are not an Alpha | Harukyu  [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang