Chapter I

2 1 0
                                    

seorang remaja laki-laki berdiri di depan rumah dengan cat berwarna hijau dan motor putih terparkir didepan.
“Tadi aku liat kamu lagi sama bina di cafe.” Menatap dengan tatapan sayu tapi meneduhkan. Laki-laki itu bertubuh gagah dengan baju koko dan sarung membuatnya sangat menawan.

Di depannya berdiri gadis remaja dengan rambut tergerai menggunakan baju kaos oblong berwarna putih dan celana pendek berwarna biru bergaris putih dipinggir.

“Em…tadi sella gak sengaja ketemu dijalan. Terus si bina ngajak ngobrol dicafe. Beneran van sella gak janjian.” Gadis bernama sella itu meremas ujung bajunya.

Tersenyum simpul.
“Aku gak nuduh kalian sengaja ketemu.” Menatap gadis didepannya yang sedang menunduk.
“Em… maksudnya aku takut kalau kak Evan berpikiran negatif.” sella dengan gugup menjelaskan secara singkat.
“Yaudah kamu masuk gih. Diluar dingin aku cuman mau mampir sebentar habis pulang dari tempat pengajian.assalamualaikum.” Berbalik. Melangkah meninggalkan sella yang masih mematung.

“Aku tahu sell. Sebenarnya kamu sengaja ketemu sama bina dicafe. Aku juga tahu selama aku di pesantren kamu sudah jatuh cinta sama bina.”
***

“Hiss… apaansih tu orang. Sok santai bener. Pake curhat segala lagi kalau dari pengajian”gerutu sella saat di kamar.
“Kalau aja kakek sama neneknya gak buat perjanjian gak jelas kek gini mungkin gue ma si bina bisa bebas mesra-mesraan ditempat umum” Melipat kedua tangan didepan dada.

Ponsel berdering.
“Bina?” Menempelkan benda pipih itu ditelinga.
“Iya, hallo bin”
“Hallo sayangku, udah mau tidur gak nih?”
“Jangan gitu, gue lagi sebel”
“Sebel? Oh karena lagi kangen ya sama aku? Hehehehe”
“Ish…gue serius bina. Tadi Evan datang ke rumah terus nanyain aku sama kamu ngapain di cafe”
“Terus kenapa? Wajar kan. Masa anak pesantren cemburuan”

“Bina…kalau masalah dia cemburu atau gak aku gak peduli tapi kalau sampai dia curiga kita punya hubungan habis aku kalau dia ngadu sama papa”
“Aku juga habis kalau mama rexa sampe tahu. Nanti gue dituduh rebut calon mantu emak angkat gue. Padahal ceweknya duluan yang ngejar gue”
Terkekeh.

“Malah lu ingetin masa-masa pdkt kita pas masih SMP, sumpah gue bodoh banget. Padahal ma dimana-mana cowok yang nembak ini malah kebalik”

“Hahaha, lucu bener pas lu mau cari perhatian gue. Gue lama bener pekanya. Gimana mau peka orang kita dulu nya doyan berantem”
“Ihh gak usah di ingetin. Aku malu tahu”
Tertawa.

“Tapi sell, mau sampe kapan kita kayak gini terus? Bunda kamu tahu kalau kita saling suka. Kenapa kamu gak ngomong aja sama mama, terus mama kamu bujuk papa kamu”

“Tapi sekarang mama tahunya kita udah putus dan hanya temen sejak tiba-tiba Evan datang dan aku sama kamu ngaku udahan sama mama.”
Detik selanjutnya dua orang yang sedang melakukan telepon itu hanya diam. Hanya terdengar hembusan nafas berat dari bina.

“Tapi, aku takut sel. Aku takut kalau nanti kamu sama dia beneran nikah. Aku cinta sama kamu sel. Aku gak suka liat kamu deket sama dia. Aku bisa lihat kalau Evan punya perasaan sama kamu dari cara dia natap kamu.”

“Tapi aku benar-benar gak bisa jauhin Evan bin. Aku tahu ini sulit… tapi mau gimana lagi? Gue udah bilang sama elo kalau aku udah tunangan sama Evan waktu kita masih SMP terus kita berpisah karena Evan masuk pesantren.”

“Gue gak peduli sel, gue gak suka lihat kalian dekat-dekat. Apalagi dengar kalian bakal nikah nanti. Aku gak akan biarin itu terjadi.Pokoknya kita yang akan nikah. Walaupun kita harus nikah lari nantinya.” bina mengatakan itu semua dengan penekanan yang memiliki rasa sakit disetiap kemauannya.

“gue gak bisa bin, kalau kamu terus bahas tentang pernikahan aku sama Evan lebih baik kita udahan aja. Kamu pikir aku gak sakit kayak gini, dengan kamu bahas itu terus aku jadi overthinking sama hubungan kita nanti. Sejak Evan datang selalu ini yang kamu bahas.” Suara gadis itu terdengar ada frustasi dan kekecewaan.

“Bukan itu maksud aku, aku minta maaf. Sella jangan gitu dong.”
“Sella? Gue minta maaf. Tolong jangan diem aja.”
Dua menit berlalu hanya hening yang didapatkan laki-laki itu.
“Yaudah, kalau tetap gak mau ngomong. Besok gue jemput elo kayak biasa… good night sayang.”
***






Sebuah motor besar berwarna hitam melaju diatas jalan raya yang mulai ramai. Pukul baru menunjukkan 06:23 semua orang baru akan berangkat ke tempat kerja dan sekolah. Motor itu sampai di depan rumah bercat hijau tadi malam.
Setelah parkir laki-laki itu masuk ke halaman rumah tersebut.
“Assalamu'alaikum, mah ” Bina memberi salam pada bunda sella yang sedang menyapu teras.
“Walaikumsalam, eh nak bina.”
“Sella nya udah siap, mah?”tanya laki-laki dengan seragam sekolah tapi tertutup dengan jaket kulit berwarna hitam.
“Aduh, sella nya udah dijemput sama evan sekitar sepuluh menit yang lalu. Sella aja kaget dijemput sepagi itu. Mana dia belum siap tadi.”
Tiba-tiba hati bina menjadi panas tapi dia mencoba menetralkan wajahnya.
“Kalau begitu bina kesekolah dulu mah.” Mencoba sopan. Senyumnya menjadi palsu sejak beberapa detik yang lalu.
“yaudah nak bina hati-hati ya.”
Setelah menyalami mama sella. Bina memacu motornya diatas aspal pagi dengan kecepatan tinggi. Setiap kata penjelasan mama sella tadi masih berputar dikepalanya. Siapa yang akan dia salahkan? Apakah dia harus memarahi sella karena tidak menolak evan? Atau dia harus menghajar evan hari ini? Atau malah menerima kejadian hari ini? Tapi kalau dibiarkan evan akan tambah kelewatan bahkan bisa setiap hari mengantar sella kesekolah.
***

Di saat jam istirahat pertama.
“Sel?” Seorang siswi sebaya sella menegurnya di tengah keramaian kantin sekolah.
“Huh, lu ngagetin aja.” Gerutu sella setelah tersadar dari lamunannya.
“Bakso lu tuh, udah mau dingin. Kalau gak mau buat gue aja, hehehe.” gadis disamping sella itu cengengesan.
“Enak aja, gue masih lapar.” Meraih sendok dan mulai makan lagi.
“Yee, dari tadi baksonya cuman di anggurin doang.”
“Btw sel,lu gak bareng bina tadi pagi? Tadi pagi gue lihat bina datang sendiri biasanya ada lu dijok belakang.”
Tiba-tiba sella meletakan sendoknya lagi lalu memasang ekspresi lesuh.
“Napa lagi lu.”
“Gara-gara itu gue  gak nafsu, gue takut cika. Lu tahu sendiri kalau bina marah kayak gimana, dia pasti bakal cari siapa yang harus dia salahkan kalau gak gue ya evan.”
“Lu sih, pake tunangan pas muda segala. Akhirnya pas lu dewasa cintanya ma yang lain. Dan pihak yang lain bakalan tersakiti.” Ceramah cika sambil menikmati bakso sella.
“kalau bukan karena permintaan terakhir kakek waktu itu juga gak bakalan gue tunangan.” Menyeruput es teh.

Seorang siswa berlari di Koridor menuju kantin sekolah.
“Sella!” Dengan napas ngos-ngosan.
“Dino? Napa manggil sella?” Cika yang bertanya.
“Sel, si bina mukul evan sampe berdarah. Sekarang evan ada di UKS. Sedangkan bina gue gak tahu dia ada dimana sekarang.”

“APA!?” langsung berdiri lalu berlari meninggalkan cika yang masih bengong.
“Sella! Lo mau kemana? Ini bakso lu siapa yang bayarin woy! Aduh tuh anak, mana jajan gue pas pasan. Heh din, pinjam duit lu dulu yah”
“Enak aja, bayarin tuh! sella kan besti elu.”
“Yah, lu pelit amat dah. Minjem bentar doang nanti yang ganti si sella. Janji balik”
“Yaudah nih, awas lu”
“Hehehe makasih yah”
***

Sella berlari disepanjang koridor gedung kelas dua belas. Mencari kesana kemari tapi tetap sella tidak menemukan bina. Ketika sedang berlari sella tidak sengaja lewat depan UKS. Dia melihat evan ada didalam. Dia berhenti.

Karena tidak bisa menemukan bina sella akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan evan.
Masuk kedalam ruang UKS.
“Sella?” Evan menyadari kehadiran sella diruangan itu.
“Ayo sini duduk” Sambil menepuk nepuk tempat disamping nya.
“Gimana lukanya?.” Tanya sella dengan pelan. Terlihat bekas tonjokan bina diwajah evan. Sepertinya baru saja diobati.
“Gimana ceritanya bina bisa mukul kamu?.” Tanya sella masih dengan nada pelan
“Gak tahu. Tiba-tiba aja si bina datang tonjok gue terus pergi gak tahu kemana.”
“Emang kamu habis cari bina tadi.”
Tertawa pelan.
“Aku gak nyari. Tapi ada siswa lain yang lihat kejadian tadi terus berusaha ngejar si bina tapi gak kekejar.”
Gadis disamping nya hanya ber-oh pelan.
“Kamu tahu kenapa bina mukul kamu?” Sella mengajukan pertanyaan dengan suara pelan dan kepala menunduk.
“Aku tahu dan kamu lebih tahu.” Evan mengatakan itu dengan senyum diwajahnya.
Sella mengangkat kepalanya dan menatap evan.

***

continued...




Cerita pertama ku di wp😭
Semoga suka yaa

Kalau rame lanjut cepet...
See you next time

Bersama atau lupakan tentang kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang