Setelah ngumpulin niat yang berbulan-bulan akhirnya aku memutuskan buat up!
*
*
Gas ajaa ya? Okay gas!"Tidak ada cinta yang tulus melebihi cinta bunda"
“soal terakhir.”
Jari jemarinya dengan cepat mengetik jawaban pada layar ponsel. Setelah yakin gadis itu segera meng-klik kata submit. Kemudian berjalan ke arah pengawas tepat di depan ruangan ujian. Natasha menunjukkan ponselnya memberi tau pengawas bahwa ia telah menyelesaikan ujian.
Gadis itu kemudian berjalan keluar, ia berpikir akan pergi ke toko buku terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Beberapa saat lalu, Natasha melihat pajangan bahwa novel incarannya sudah ada di Gramedia dan ia sama sekali tidak mau melewatkan kesempatan itu.
“ketemu.”
Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Natasha segera bergegas pergi membayar buku novel tersebut. Kemudian gadis itu berjalan keluar dari sana.
Dringg
Suara notifikasi dari ponsel Natasha membuatnya segera membuka pesan dari aplikasi hijau, ketika sebuah bubble chat muncul di layar.
King: Kalau ujiannya sudah selesai jangan langsung pulang, sakit bunda kambuh sekarang lagi di rumah sakit.
Natasha: Gimana keadaan bunda yah? Kirim alamat rumah sakit nya biar Natasha langsung ke sana.
King: Wirasana.
Natasha dengan cepat menuju rumah sakit menggunakan taxi online. Gadis itu terlihat sangat panik, mengingat sakit bunda nya yang semakin parah.
Natasha berlari menuju ruang ICU, di sana terlihat beberapa orang termasuk ayah Irfan, ayahnya Natasha. Cairan bening mengalir dari pelupuk matanya, khawatir jika terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan.
Beberapa saat kemudian suara knop pintu yang di putar membuat mereka berdiri, seorang dokter keluar dari dalam ruangan. Dengan cepat gadis itu berjalan mendekat.
“Bagaimana keadaan bunda dok? Baik-baik aja kan?”
Tak ada jawaban apapun membuat Natasha merasa ada sesuatu yang salah. Ia mengguncang lengan dokter itu beberapa kali, berharap sang dokter mengatakan kabar baik yang sangat Natasha tunggu.
“kenapa diam aja dok? Jawab!” bentak Natasha dengan isakan tangis. Gadis itu tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang.
“Natahsa, sekarang temani bunda kamu di dalam. Dia butuh kamu sekarang, berdoa sama tuhan supaya ada keajaiban. Maaf saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun kondisi bunda kamu sudah sangat lemah kami tidak mau mengambil resiko, kami takut gagal, Sekali lagi maaf Natasha,” ucap dokter Elfandi sebelum ia beranjak pergi.
Seluruh tubuh Natasha seketika lemas tak bertenaga, kata-kata yang barusan ia dengar membuatnya kehilangan arah. Sebelum memasuki ruangan, Natasha menyeka air matanya terlebih dahulu ia tidak mau jika bunda melihat putri kecilnya rapuh.
Dengan tangan bergetar Natasha mengelus kepala Bunda Arini. Hijab hitam yang menutup tak sempurna, tidak mengurangi kecantikannya sedikit pun.“Bunda,” lirihnya.
“ini Elzana. Bunda yang kuat ya? Minggu depan Elzana mau wisuda.” Natasha menunduk, mulutnya tak mampu lagi untuk mengeluarkan suara.