Matahari sudah memancarkan sinarnya. Seorang gadis tampak tertidur pulas dengan selimut yang masih menutupi setengah tubuhnya.
Sinar matahari yang begitu menyengat, masuk melewati jendela yang terbuka, mengenai wajah sang gadis, hingga terasa silau.
Namun, gadis bernama Lee Hyemi itu tidak kunjung bangun dari tidurnya. Tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang sedikit gatal. Direntangkan tangannya lebar-lebar.
"Hyemi-ya ireona ppali! Hyemi-ya!" seseorang mengguncang tubuh Hyemi pelan. Merasa tidurnya terusik, ia pun menutup telinganya dengan bantal."Hyemi-ya ireona ppali!" orang itu memukul Hyemi dengan bantal.
"Biarkan aku tidur sebentar,Eonnie!" ucap Hyemi, masih dengan mata terpejam.
"Ppali! Kau bisa terlambat, eoh! Kau tahu gerbang sekolahmu akan segera ditutup! Ppali!" ucap Hyeri eonnie, kakak perempuan Hyemi yang hanya terpaut 2 tahun lebih tua darinya.
Hyemi bangun dengan wajah tak karuan, dengan mata terpejam dan rambutnya berantakan.
"Ugh! Eonnie! Kau tidak kasihan, hah, dengan adikmu ini?"
"Aniyo! Cepat mandi, lalu sarapan! Sekarang sudah lebih dari jam 06.45, kau tahu?"
"Mwo?! Kenapa kau tidak membangunkan aku daritadi, eonnie?! Eottokhe!?" Hyemi bangun dengan secepat kilat masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Hyeri, ia berdecak sebal melihat tingkah laku adiknya yang memang sulit bangun pagi. Hyeri turun dan kembali melanjutkan menata sarapan.
Hyemi turun sepuluh menit kemudian, lalu berlari keluar rumah dengan tergesa-gesa. "Eonnie aku berangkat ne!" Hyemi berteriak dari arah pintu.
"Hyemi sarapan dulu!" seru Hyeri, namun adiknya itu sudah berlari pergi.
Hyeri dan Hyemi memang hanya tinggal berdua di apartement. Kedua orangtua mereka tinggal di Paris untuk urusan bisnis mereka.
***
Gadis berambut blonde itu berlari dengan cepat menuju sekolahnya. Tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya menatapnya heran.
Terlihat penjaga keamanan sekolahnya akan menutup gerbang. Hyemi mempercepat larinya dan ia akhirnya ... berhasil masuk!
Hosh ... hosh ... hosh .... Hyemi berusaha menstabilkan nafasnya. Ia melanjutkan larinya menuju kelasnya yang berada di lantai empat. Huh ! sangat melelahkan! Batin Hyemi.
Hyemi memasuki kelas 12-3 . Ini adalah tahun terakhirnya di senior high school.
Hyemi mengusap peluh di dahi dan lehernya akibat berlari tadi. Untung saja, wali kelasnya belum masuk. Ia duduk di kursi barisan ketiga dekat dinding.
Tak lama, seorang guru yang amat-teramat tampan masuk ke dalam kelas, Choi saem.
Dibalik ketampanannya itu, Choi saem sebenarnya adalah orang yang baik, cerdas, humoris, dan absurd.
"Jadi anak-anakku sekalian, sambutlah kawan seperjuangan kalian yang baru. Mari kita panggilkan, Park Chanyeol!" suara cempreng Choi saem memanggil seseorang layaknya MC di acara-acara.
Seorang pria tampan, tinggi, dan bertelinga lebar layaknya dobi masuk ke dalam kelas setelah mendengar namanya dipanggil. Bahkan, pria itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Semua perempuan seketika terkesima dengan ketampanan murid baru itu dan juga wajah innocent-nya.
Choi saem senyum-senyum gaje (?). Sedangkan murid-murid laki-laki hanya cengo.
"Oooh no! Kurasa aku akan mati karena kekurangan oksigen. Oh tidak dia seperti mengambil oksigen disekitarku dan membuatku sulit bernafas karena kagum. Dia sangat tampan!"
"Omo kyeopta! Dia tampan sekali!"
Dan suara-suara bisikan lainnya yang teramat ribut. Hyemi menatap pria itu dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan.
Datar ?
Bingung ?
Kagum?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Cengo!"Ini dia kawan seperjuangan kalian yang baru, Park Dobi! Upsss... maksud saya Park Chanyeol," ucap Choi saem sambil menepuk-nepuk punggung Chanyeol. Chanyeol meringis, kesakitan.
"Jadi, di mana saya akan duduk saem?" ucap Chanyeol sambil menunjukkan cengirannya. Ia ingin cepat-cepat duduk sebelum punggungnya remuk karena tepukan tangan Choi saem yang berotot.
"Kau bisa duduk dengan Do Kyungsoo yang pendek dan bermata bulat itu," tunjuk Choi saem.
Hyemi menoleh pada Kyungsoo yang duduk di seberangnya. Wajahnya tampak memerah menahan amarah, mungkin karena Choi saem mengatakannya pendek di depan murid baru.
Chanyeol mengangguk kepala pelan, lalu ngacir menuju kursinya. Sebelumnya, Chanyeol sempat menatap Hyemi yang duduk di seberangnya.
Chanyeol menyunggingkan senyum pepsodentnya. Hyemi menoleh, lalu hanya membalasnya dengan senyum yang dipaksa dengan ekspresi bingungnya.
Kenapa dia harus satu kelas dengan teman-teman yang absurd semua, sih?
Melihat itu, semua perempuan memberikan tatapan tajam kepada Hyemi yang ditanggapinya dengan 'masa bodoh'.
Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jam berikutnya, menit berikutnya, dan detik berikutnya.
Kehadiran seorang murid pindahan dengan sifatnya yang sepertinya sama absurdnya dengan anak-anak lain.
TBC
Halo! Jadi bagaimana dengan chapter pertama ini? Semoga suka ya ヽ(*≧ω≦)ノ
Jangan lupa vote dan commentnya (´ε`*)