002. Speaking of The Deals.

118 15 0
                                    

Tidak mungkin seorang Agnia Rahayu mempersiapkan hal tanpa rencana yang matang, termasuk agendanya untuk menjodohkan putra ke-duanya. Sejak hari Rabu, Ibunya tak pernah absen mengingatkan Arion untuk menghadiri agenda makan malam pada tanggal 27 April bersama Tanisha—calon menantu idaman yang selalu Ia banggakan, yang bahkan belum pernah Arion temui secara langsung sebelumnya.

Katanya, perempuan itu adalah Tanisha Atmadja. Seorang dokter yang tengah menempuh pendidikan residen, tepatnya spesialis patologi klinik di tahun ke-2. Berparas cantik, ramah, baik, dan menyenangkan. Right, that totally sounds subjective. Every single day, his mother will always share the stories about her. She would never stop sending messages and some photos whenever they met. Yet, Arion still doesn't care about it. Sejujurnya, Arion sendiri tidak yakin dengan rencana ibunya itu. Dan Ia tidak mau kalau nantinya perasaan mereka hanya akan memberi kekecewaan untuk kedua keluarganya.

Lelaki itu sampai lebih dulu di sebuah restoran yang tidak terlalu ramai. Ia menunggu, hingga 15 menit kemudian seorang perempuan datang menghampiri dengan dress hitam yang cukup tertutup serta riasan sederhana yang malah membuat perempuan itu terlihat begitu menawan.

"Hi, sorry for keeping you waiting for so long, ya. I'm Tanisha." Kalimat tersebut yang pertama kali perempuan itu ucapkan saat menghampiri Arion yang sedang duduk menunggunya. Tak lupa, Ia juga memperkenalkan diri secara singkat, menyebutkan namanya.

"Arion Naja." Pria itu membalas uluran tangan yang diberikan Tanisha, "It's ok, Tanisha. And please have a seat."

Setelah berbincang-bincang sebagai langkah awal dalam perkenalan mereka, keduanya sadar bahwa mereka tidak boleh melupakan hal penting yang harus didiskusikan: bagaimana rencana hubungan mereka ke depan?

Tanisha sangat ingin memastikan bahwa tidak ada satu pun informasi yang selama ini menjadi pertanyaan dalam benaknya itu terlewatkan, "Arion, I don't know how to say it-... but I'm pretty sure we're on the same side, right?".

"So, you won't even give me a chance?"

"Oh, please don't say that. I have a boyfriend. I love him. And I know you still can't let go of her, don't you?"

"Who is the 'her' of mine, Tanisha?" Lengkungan bibir terukir, Arion mendengus dengan tawanya, "How far have you gone in finding out about me?"

"You know, it's not something likecome on... I mean, it makes sense for a woman to wanna know about a guy she's being set up with before she meets him, right?"

"Oke, alasan bisa diterima. Dan meskipun kamu hanya penasaran, saya juga masih bisa terima, Tanisha."

"You're really getting on my nerves. You know?" Perempuan itu menarik nafas dalam, memberi respon yang menunjukkan bahwa Ia kesal telah dikerjai seperti ini. Apalagi melihat pria itu dengan enaknya tertawa saat Tanisha kebingungan mencari alasan. Wajar saja, siapa yang tidak panik setelah tertangkap basah bahwa Ia sudah mencari-cari informasi sensitif tentang orang asing di hadapannya ini.

"Bercanda ya, Sha. Oke, let's keep the conversation relaxed. I don't like the tension before."

"Sure. So, kita mau mulai dari mana?"

***

Membicarakan tentang masa lalu. Ada satu hal yang tak pernah terhapus dari ingatannya. Ketika dalam benaknya terbayang wajah seorang Kinara Anjani. Perempuan yang pernah menjadi kekasihnya 5 tahun lalu, saat mereka masih menjadi pasangan yang cukup terkenal di kampusnya kala itu.

Clinical Guidelines: First Line to Handle You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang