Abis lamaaaa banget ga nulis ini tiba tiba pengen nulis lagii.
Semoga rame yeee. AmiinHappy reading
.
.
.
.
.Yogyakarta
"Totalnya 21 ribu, Kak." gadis berkulit langsat itu menerima uang pecahan 20 ribuan kemudian memasukannya ke dalam laci kasir.
Dilihatnya layar komputer yang masih menunjukan data excel dengan malas. Dia ingat perkataan Bang Radit tadi pagi.
"Tolong bener ya, Na! Itu buat dosen resek kampus depan noh! Mintanya sore ini dah kelar, berkas lain nggak papa tinggal dulu aja. Kamu tau sendiri kan itu dosen udah macam Mak Lampir kalau ngamuk!"
Inaya menghela napas pendek. Dia hanya pegawai rental fotocopy biasa, namun sesekali harus bertindak sebagai asisten dosen dadakan. Dia bisa dibilang 'otak'-nya dosen resek bernama Jayanti. Tiap bulan pasti dia harus merekap nilai mahasiswa dalam waktu kurang dari 24 jam. Terkadang membuat RPP juga silabus untuk mata kuliah yang Jayanti ajarkan. Si Jayanti tidak pernah memberi waktu longgar jika sudah memberikan pekerjaan, tapi bayaran dan bonusnya juga lumayan.
"Yuk bisa Inaya. Dikit lagi, semangat!"
Setelah 2 jam berlalu Inaya menyimpan file excel yang sudah direkapnya. Leher dan punggungnya serasa mau patah berkutat dengan komputer hampir seharian. Dilepasnya kacamata anti radiasi itu kemudian merenggangkan badan.
"Weeeh udah kelar Na?"
Radit, si pemilik rental fotocopy datang dangan dua gelas es dawet di tangan. Satunya diminum sendiri satunya dia berikan kepada Inaya.
"Udah, Bang. Akhirnya, makasih loh esnya. Hehe."
"Sans. Paling bentar lagi Jayanti datang. Dah kamu pulang sana, nanti biar abang aja yang tutup toko." Radit duduk di kursi dekat etalase alat tulis. Berdecak kesal setelah melihat pesan masuk di ponselnya.
"Bener nih, Bang nggak papa ditinggal? Masih ada tiga makalah lagi loh deadline nya besok pagi semua."
"Udah nggak papa. Kamu juga capek seharian ngerjain punya Jayanti. Nanti abang suruh Adi buat urus sisanya."
Belum juga dipanggil Bang Radit tau tau Adi muncul sambil terengah-engah dan berteriak memanggil Inaya.
Inaya dan Radit menatapnya aneh. Anak itu tidak biasanya heboh sendiri.
"Apa sih, Di?"
"Bentar weeh. Duh tarik napas dulu capek." Adi mengangkat tangan sambil terduduk di lantai.
"Itu Na, ada Mas mas galak nyariin kamu. Tapi ganteng banget!"
Inaya menatap heran. Siapa yang dimaksud Adi. "Mas mas galak siapa nih?"
"Inaya."
Gadis itu terdiam mendengar suara yang amat dia kenal. Nggak mungkin. Inaya merasa berhalusinasi. Lelaki itu tidak mungkin bisa menemukannya di sini. Dia pasti salah dengar. Pasti bukan.
"Inaya." Panggilan itu terdengar sangat lembut.
Inaya tidak berani berbalik. Setengah mati ketakutan dengan harapan dan pikirannya sendiri. Dia tidak ingin apa yang dia dambakan bertahun lalu terulang dan berakhir dengan semu. Bertahun-tahun dia menantikan kedatangan lelaki itu namun hanya harapan saja yang dia dapat.
"Na! Kasian tuh Mas-nya kek mau nangis!"
Suara cempreng Adi menyentak pikiran Inaya. Tanpa berani berbalik gadis itu berlari meninggalkan lelaki yang terus memanggil namanya. Berlari sejauh mungkin dari halusinasi dan harapan yang membuatnya hampir gila. Tak peduli kakinya terluka akibat pecahan beling karena lupa menyorong sepatunya. Mungkin agak berlebihan, tetapi sakit di kakinya tak seberapa dibanding sakit hati dan serbuan pikiran negatif di kepala.
"Inaya!"
Tubuh Inaya hampir saja terhuyung ke dasar parit jika saja tidak ditarik seseorang di belakangnya. Gadis itu menangis histeris saat melihat Lelaki yang mencekal tangannya erat.
"Finally I found you, Inaya."
.
.
.
.
.Vote and comment okayy
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationSh*t
Romance"Kalau bukan Mas, orang lain juga nggak bisa milikin kamu! Walaupun dengan cara paling keji akan Mas lakukan!"- Aksa Bagaskara "Kalau nggak sama Mas, ya udah jadi perawan tua aja." - Inaya Rasmaldi Inaya seorang gadis biasa saja, dia tak pernah terp...