Suara kicau burung memekakkan telinga lelaki muda itu. Mau tak mau, dirinya terpaksa bangun pada suasana dingin pagi itu. Ia menguap, tapi tak segera bangun. Justru ia menekuk tubuh kecilnya di balik selimut tebal sembari menggigil. Entah ada apa pagi itu hingga ia harus merasa kedinginan seperti ini. "Suhunya gak normal banget..." ujarnya dengan suara parau, setengah kesal, setengah mengantuk.
Di luar, angin berhembus kencang, seolah menertawakan nasib lelaki muda yang masih terjebak dalam dekapan hangat selimutnya. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik selimut lebih rapat ke tubuhnya, berharap bisa kembali terlelap. Namun, harapannya pupus saat pintu kamar terbuka dengan keras.
"Oi..oi..oi Kenma! yang benar saja kau masih tertidur tepat di pukul 7 pagi?" katanya sambil berjalan menuju kasur kawan sejatinya itu. Tapi si pirang tak menganggap itu penting, justru ia mengabaikan dan kembali ke alam mimpinya.
"Mengabaikanku? kau pikir semudah itu?" jemarinya menggelitik pinggang ramping si pirang sehingga membuat dirinya bergulat dengan jemari nakal itu. "Hentikan..hentikan haha.." tak bisa menolak, Kenma adalah orang yang sensitif dengan pinggang kecil itu.
"Aku bilang hentikan!" Pukulan manis di pagi hari sebagai ucapan selamat pagi ala Kenma Kozume untuk Kuroo Tetsuro.
Kuroo merintih kesakitan tak terima, "kalau begitu steak milikmu...adalah milikku" sahutnya sinis sedikit bercanda.
Manabisa begitu? Kenma adalah fans berat steak buatan si tukang masak Marith. Ia segera bangun dan melempar selimut itu tepat ke arah Kuroo, mengabaikan partner tim nya dan berjalan ke arah dapur. Benar, aroma steak yang menggoda selera itu bagai sihir manjur bagi seorang Kenma untuk bisa bangun dari tempat tidurnya sendiri.
"eleuh..eleuh..semangat sekali" senyum Marith hangat sekali, seperti melihat anaknya yang sedang kelaparan.
Kenma segera mengambil pisau dan garpu yang tersedia di meja makan "Terimakasih atas steak nya."
Kuroo menuruni tangga dan tertawa, bisa bisanya hanya dengan steak, seorang Kenma terbangun dari mimpi indahnya. "Nona Marith, selamat pagi" senyum buaya ala Kuroo tak pernah gagal. "senyumanmu jelek, gausah sok baik" kritik Kenma.
"Pahit sekali ucapanmu, kau menyakiti hati mungilku tau.." Kuroo mengusap dadanya seakan-akan ia benar benar kesakitan dengan kata-kata Kenma.
"Sebaiknya segera mengisi energi, bukankah kalian akan berpetualang kembali?" tanya Marith dengan menyeduh sedikit teh hijau buatannya. "benar, memang nona Marith tahu segalanya" Kuroo tertawa kecil, jika para gadis lain mengetahuinya, mungkin mereka sudah berteriak.
"tidak bisa" tiba-tiba saja Kenma menolak pernyataan itu.
Kuroo memiringkan kepalanya, bertanya-tanya apa yang membuat Kenma menolak untuk pergi ke Kota lain. Kenma lalu menatap Kuroo dengan serius. "kau gila"
Tunggu, apa?
Kuroo tak percaya si mungil pirang ini baru saja mengejek nya. Tentu tak terima dengan ucapan barusan. "Kau gak benar-benar mabuk kan? Nona Marith, berapa banyak alkohol yang dimasukkan kedalam masakan ini?" masih tetap tenang mengatasinya walau hati rasanya ingin mencabik-cabik.
Nona Marith hanya tertawa mendengar percakapan duo ksatria ini. Sehari tanpa beradu kata sepertinya tak bisa, beruntung Kuroo adalah orang yang tenang menghadapi Kenma. "Tenang saja, aku menggunakan alkohol khusus untuk memasak. Kadar alkoholnya tidak setinggi itu sampai tuan Kenma bisa mabuk."
"siapa bilang aku mabuk? aku mengatakan gila karena tim ini tak punya kemampuan untuk pergi ke Kota selanjutnya" tegas Kenma membenarkan pernyataan sebelumnya.
Wajah Kuroo sudah benar benar tidak kuat menghadapi kelakuan kawannya ini, tapi mau bagaimana lagi. ia berdeham, "kenapa kau hanya mengatakan sepenggal kata saja? aku jadi salah paham tahu!" protes Kuroo.
"ya maaf" jawabnya singkat, lalu kembali menikmati steak favoritnya itu.
Nona Marith yang mendengarkan itu, ikut berpikir sejenak. Memang benar bahwa kemampuan tim ini sangat kurang, tak ada penyihir, tak ada tabib, pahlawan saja tidak ada. "aku cukup setuju" sahut Nona Marith.
"Kalian pasti akan ditolak mentah mentah oleh penjaga kota disana" sambungnya.
Kenma mengangguk, ia tahu betul penjaga kota disana sangat ketat dengan tim petualang. Pada umumnya mereka hanya akan mengizinkan petualang yang memiliki sertifikasi khusus atau petualang dengan level kemampuan yang tinggi.
"yah, mendapatkan anggota baru itu cukup sulit di jaman ini" celetuk Kuroo dengan santainya. Memang tak salah, era yang mulai berkembang ini memberikan perbedaan yang cukup terlihat.
"jaman dulu, banyak sekali anak anak yang ingin menjadi petualang. Lalu menemukan pahlawan, pemanah, petarung itu cukup mudah. Tinggal sat set jadi deh" si rambut ayam itu menyeduh kopi buatan Nona Marith sembari memberikan pendapatnya.
Nona Marith tersenyum, "coba saja dulu" ujarnya.
Kenma sebenarnya tak setuju, tapi demi melanjutkan perjalanan, ia harus memenuhi syarat dan ketentuan itu. "mudah sih kalo omong doang" gerutunya.
"yaudah sih" kekeh Nona Marith membuat Kenma menggelengkan kepalanya. Sepertinya Nona Marith sudah terkontaminasi oleh sifat buruk Kuroo. "Nona Marith..berhentilah bergaul dengan Kuroo"
"Hey apa-apaan?!"
Nona Marith tertawa kecil mendengar ejekan itu sekali lagi. Mereka bertengkar seperti anak kecil, itulah yang membuat Nona Marith senang sekali menerima Kenma dan Kuroo sebagai tamu terbaiknya.
Maka sudah ditetapkan, misi pertama adalah menemukan bocah dengan kekuatan bertempur yang hebat.
Jangan lupa untuk vote dan follow untuk mendapatkan kisah-kisah baru!
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Souls | Kenma Kozume | Haikyuu Fantasy
Fantasy❝ Tak heran bisa berkumpul dengan orang-orang seperti kalian. Mungkin ini akan menjadi momen pertama yang muncul tujuh menit sebelum aku pergi.❞ ━━━┅┅☆★☆┅┅━━━ Perjalanan ini tak pernah mudah, kami harus menuju kota selanjutnya, tapi penjaga gerbang...