Dia Sasuki Uchiha

132 21 14
                                    

Getaran Sound System menggema ke penjuru aula. Sasuki Uchiha begitu energik menggerakkan seluruh tubuhnya demi menyelaraskan ketukan dengan nada dan beat yang berputar. Dia sangat suka menari, secara sukarela mengikuti ekstrakulikuler bidang itu agar bisa mengekspresikan emosional dan mengembangkan bakat terpendamnya. Tidak sekadar wacana, dia ditunjuk sebagai wakil ketua sejak memutuskan bergabung dengan klub seni menari.

"Suki, bisa berhenti sebentar tidak? Serius, tenggorokanku panas. Aku betulan haus."

"Sepuluh menit, Tay. Aku juga mau ke toilet dulu."

"Haah ... syukurlah. Akhirnya aku bisa minum sepuasnya." Gadis berambut merah itu menenggak kencang sebotol air mineral berukuran satu liter yang memang selalu dia bawa dari rumah.

"Tay, aku dengar di kelas kita bakal ada murid baru."

"Kamu tahu dari mana, Ayumi?" Detik itu juga keduanya refleks menengok Sasuki yang tengah melangkah ke pojok kiri Aula.

"Badan Sasuki bagus, ya? Sudah tinggi, ramping pula lagi."

"Hei, kenapa jadi membicarakan Sasuki, sih? Jawab dong pertanyaan aku tadi." Tayuya sempat mencolek pundak temannya, mengernyit kesal oleh informasi menggantung seperti itu.

"Ah, maaf. Ehm, aku enggak sengaja menguping pembicaraan Bu Kurenai dan Kepala Sekolah sewaktu melewati kantornya tadi pagi."

"Kebiasaan burukmu tidak hilang juga ya, Ayumi. Dasar cepu!" Yang dihardik malah tersenyum polos tanpa merasa menyesal atas tindakan lancangnya.
"Apa dia seorang gadis kayak kita?"

"Katamu ini buruk?!"

"Bukan informasinya yang buruk.Tapi, caramu mendapatkannya, Ayumi. Kamu pikir apa yang bakal dilakukan guru seandainya mereka memergoki perbuatanmu?! Memangnya kamu mau membersihkan toilet sepanjang hari? Atau menyusun ulang buku-buku lama di perpustakaan?"

"Ti-tidak!" Raut yang tadi terlihat percaya diri hendak membalas teguran Tayuya pun praktis menciut berganti kecemasan. "Aku 'kan cuma tidak sengaja mendengarnya, Tay."

"Jangan beralasan, Ayumi! Kamu bisa saja pergi dari situ jika tidak berencana menguping mereka. Sudahlah, lupakan soal ini. Lebih baik kita bersiap-siap sebelum Sasuke datang."

"Ini baru lima menit. Masih ada lima menit lagi untuk menarik napas dalam-dalam. Jantungku perlu dinormalkan detaknya."

"Teman-teman, maaf. Latihannya kita lanjutkan besok. Pacarku sudah menjemput." Tahu-tahu Sasuki muncul dengan langkah yang jelas tergesa-gesa. Dia cekatan mengenakan hodie berkancing untuk menutupi atasan tipis serta kembali mengenakan rok seragamnya.

"Suki, tapi belum semuanya hafal gerakan baru."

"Astaga, aku hampir lupa. Kalau begitu aku minta tolong padamu untuk mengajarkannya kepada mereka, hari ini saja. Besok aku janji kita akan latihan sampai tuntas." Dan Sasuki Uchiha selesai merapikan diri. Dia menggulung tinggi rambutnya yang panjang, menyandang ransel, berakhir memakai sepatu kets tanpa tali.

"Menurutmu aku pantas?" Tayuya sedikit ragu pada kemampuannya.

"Kenapa tidak? Semuanya tahu kau sangat baik dalam menari."

" ..." Sementara, penuturan Sasuki tidak cukup meyakinkan temannya ini. Tayuya hanya bergumam sembari mengamati teman-teman sesama klub di sekeliling dia. Mereka ramai sekali, kisaran tiga puluh orang.

"Ayolah, kawan! Pacarku tidak suka menunggu dan mustahil membatalkan janji. Bisa-bisa marah besar padaku."

"Baiklah, aku akan berusaha."

"Nah, ini baru teman baikku." Sasuki Uchiha tersenyum, senyum yang bahkan teman-temannya akui begitu menawan. Dia pergi usai menepuk ringan pundak Tayuya, melambai pula kepada anggota lain sebagai bentuk ucapan salam.

-----

"Hai!" sapaan riang mengundang atensi pemuda yang tengah asyik memantau jalan raya di hadapannya. "Aku kelamaan, ya?"

"Tidak, kok. Sudah siap latihannya?"

"Belum."

"Loh, kenapa ditinggal?"

"Ada Tayuya yang menggantikan."

Si pemuda mengangguk-angguk. Tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala Sasuki hingga aksinya itu pun tak ayal menyebabkan Sasuki diserang gugup. "Kamu makin cantik, Sa. Tiga tahun enggak ketemu aku enggak mau berekspektasi apa-apa selain kamu tetap baik-baik saja."

Suasana mendadak kelabu di sisi Sasuki Uchiha. Dia yang kepalang ribuan hari menanti pertemuan ini. Air matanya berangsur-angsur menggenang. Dia tidak tahan lagi untuk segera memeluk pacarnya. Detik sekian, Sasuki menangis tersedu-sedan. "Kamu tega baru datang sekarang."

"Sorry," sahut si pemuda. "Butuh upaya keras buat membujuk nenek. Dia nyaris enggak kasih izin untuk melanjutkan sekolah di sini. Dia bilang kita bisa ketemu setelah lulus SMA. Tentu saja aku memberontak."

"Kamu membantah nenek?" Sasuki Uchiha menengadah, tiada menyadari jika dia turut memperlihatkan pipi yang kini basah oleh tangisannya.

"Jangan menangis! Seharusnya kita merayakannya, benar 'kan? Ayo, kita pergi ke mana pun kamu suka! Aku sudah permisi dengan paman dan bibi supaya mereka tidak cemas andai kita pulang terlambat."  Pergelangan Sasuki ditarik lembut menuju sedan hitam tak jauh dari gerbang sekolah, tepatnya di sisi pohon mapel besar yang ditanam di setiap pinggiran trotoar.

-----

Hai! 😁
Tolong dimaklumi ya aku muncul malah membawa book baru. Kepingin banget buat publish cerita ini. Tapi, aku enggak lupa kok sama dua book lainnya. Terutama ending 'Hot Garage'
Selamat membaca  🫰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang