1. PERIHAL SENDAL, ATAU TAKDIR?

15 0 0
                                    

Menjadi seorang asisten idol sama sekali tidak mudah. Eilla yang sudah berkecimpung di pekerjaan ini selama satu tahun saja masih kerap kali mengeluh, ketika di luar sana semua penggemarnya ingin menggantikan posisinya. Padahal mereka tidak tau bagaimana rasanya mengikuti kegiatan mereka yang hampir dua puluh empat jam, memperhatikan kebutuhan mereka sampai paling detail, sementara para asisten sudah tidak terurus.

Seperti saat ini, Eilla harus kerepotan membawa dua goodie bag yang terisi penuh barang-barang Hero. Tubuhnya yang kecil beberapa kali terhuyung akibat membawa beban berat ditambah kelelahan. Dia harus membawa semua barangnya itu kembali ke kamar Hero yang satu kamar juga dengan Mariga.

"La, semua barang gue gak ada yang ketinggalan, kan?" Begitu sibuknya, Eilla bahkan tidak menyadari tubuh menjulang Hero sudah berada di sampingnya. Lelaki itu sudah berganti baju dari baju tampil ke pakaian santai.

"Gak ada, Kak, ini aku taroh di kamar, ya?"

"Oke. Ada bawa kunci, kan?"

"Ada."

"Yaudah, gue sama yang lain langsung ke bar atas, ya, ntar susul aja."

"Sepatu Kakak gak diganti?" Eilla melirik sepatu yang Hero kenakan. "Nanti lecet lagi."

Sepatu yang dikenakan memang keren, tapi setiap Hero habis memakainya pasti ada lecet di bagian belakang kaki lelaki itu. Makanya Eilla menanyakan kembali apa lelaki itu benar-benar butuh berganti sepatu atau tidak.

"Gak usah, ntar aja, masih aman kok."

Dengan begitu, Hero pun langsung pergi dari sana. Memang, seusai menghadiri acara di gedung yang ada di seberang hotel ini para member boygrup The Blues merencanakan untuk melakukan pesta kecil di bar hotel yang sudah direservasi. Itu semua sudah pasti ide dari Hero yang doyan pesta dan perempuan. Sedangkan yang lain ikut saja. Terutama Mariga yang sebenarnya malas untuk mengikuti hal-hal seperti ini. Tubuhnya lelah dan ingin sekali langsung merebahkan di atas tempat tidur.

"Gue capek banget, Ro," ujarnya dengan wajah memelas, yang sayang tidak mampu membuat Hero luluh. Dengan santai lelaki itu mengalungkan lengannya ke leher Mariga dan membawa Mariga untuk terus berjalan menuju ke bar hotel.

"Masa iya habis menang sebagai album terbaik kita langsung tidur sih, Ga. Gak asik. Lagian sekali-sekali kok."

Mariga mendengus. Dia ingin menyangkal lagi saat Alee datang dan melakukan yang sama dengan Hero tapi di sisi tubuhnya yang lain. "Drama mau langsung tidur lagi, nih?" Tanyanya jahil.

"Iya nih, Lee. Padahal kobam sesekali gak masalah, kan?"

"Diomongkan oleh mereka yang bahkan bisa kobam di kamar sendiri," lanjut Mariga. Keduan sahabatnya itu lantas terbahak. "Iya gue ikut, udah lo berdua jangan ngelendotin gue gini, gak sadar banget sama badan yang kayak titan," ujarnya sadis.

Keduanya langsung melepaskan tangan mereka di pundak Mariga sambil tertawa dan berkomentar, "Gak masalah sih dibilang titan, yang penting lo ikut kita malam ini."

"Benar!" Alee pun bersorak. "Rol depan pun bakalan gue lakuin asal lo ikut kita, Ga."

"Gih, cepetan rol depan, gue mau liat," ujar Mariga cepat.

Tanpa malu, Alee pun langsung melakukan rol depan yang Mariga maksud. Jalan mereka terhenti seketika, Hero yang terbahak sampai memukul dinding koridor hotel, sementara Mariga ikut-ikut tertawa, tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh sahabatnya satu itu.

*

Eilla sudah menyusul ke bar hotel saat melihat para member sudah duduk rapi di kursi melingkar yang terdapat di sana. Sementara itu, di sebelahnya ada kursi melingkar lain yang diisi beberapa staf dan para asisten. Tanpa ragu dia pun menghampiri perkumpulan itu. Kedatangannya disambut meriah Joana –asisten dari Dero yang terlihat sudah mabuk duluan.

SKANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang