Na Jaemin. Nama itu mengingatkanku pada sesosok insan dengan seutas senyuman indah yang selalu menghiasi wajah tampannya. Pria dengan eonia dan altruismenya, pria yang elok rupanya juga tutur katanya yang dapat membuat jutaan insan dahayu terpikat hanya dengan sekali memandangnya, dan aku adalah salah satu dari jutaan insan itu.
Na Jaemin, rasa kagumku padamu hampir bukanlah sebuah klandestin lagi. Hampir semua orang di sekitarku tahu akan betapa kagumnya aku padamu.
Na Jaemin, walaupun aku tak pernah bertemu langsung denganmu, entah mengapa aku selalu bersikap seolah seluruh insan di bawah bumantara dan semesta harus tahu bahwa aku menyukaimu, dan aku juga bersikap seolah-olah Tuhan telah mentakdirkan kita untuk bersama kelak dan selamanya, walaupun aku tahu bahwa Tuhan kita berbeda.
Jarak yang membentang di antara kita hampir membuatku ragu bahwa aku akan bertemu sosok elokmu. Namun tetap saja, aku tak bisa menghiraukan perasaanku padamu. Kehadiranmu telah memberikan harsa tersendiri bagi diriku, meski aku tak tahu apakah kehadiranku juga memberikan harsa bagimu.
Na Jaemin, kuharap Tuhan benar-benar mentakdirkan kita untuk bertemu, atau mungkin bahkan bersatu kelak. Aku tak tahu kapan, namun aku yakin jika kita memang ditakdirkan untuk bertemu, maka kita akan bertemu, dan jika kita ditakdirkan untuk bersatu, maka kita pasti akan bersatu.
Na Jaemin, terima kasih untuk kehadiran sosokmu di dunia. Kau telah mengalirkan harsa padaku dengan senyuman, eonia, altruisme dan keceriaanmu. Kau benar-benar meniti kenangan indah di hidupku. Aku mencintaimu, Na Jaemin-ku. Teruslah menjadi insan yang baik dan hiasi bumantara dengan ukiran senyuman dahayu-mu. Sekali lagi terima kasih atas segala kenangannya.
Tertanda, sosok insan dari bawah jumantara Indonesia yang telah mencintaimu sejak 2019 silam
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesajak Tentangmu
PoetryHanya sesajak singkat tentang rasa kagumku padamu, Na Jaemin