Awal

8 1 0
                                    

Tes

Tes

"Cukup hanya untuk dua tetes, Tuan." Sebuah sapu tangan dengan ukiran khas kerajaan menyapu lembut ujung jari telunjuk Demon.  Menghentikan sementara pendarahan yang sedang berlangsung.

Demon beranjak dari tempatnya, meninggalkan Ian tangan kanannya yang tengah menggoyangkang-goyangkan botol kaca kecil yang berisi cairan dan darah Demon. Sebelum pintu ruangannya terbuka, Demon mengucapkan sepatah kata. "Buat anak yang ku pilih kemarin meminumnya dan jangan sampai membuat kesalahan!"

Ian segera menutup botol kaca itu dan berbalik. Tubuhnya yang kekar dan tinggi itu membungkuk 90° pada tuannya dengan patuh. Masa depan Kerajaan ada di tangannya, yang dimana sudah pasti Ian harus sangat berhati-hati.

Demon melangkah keluar setelah pintu ruangannya dibukakan. Meninggal Ian yang juga bergegas merapikan beberapa barang-barangnya dan pergi. Setelah ini, Ian harus pergi ke luar kerajaan dan mulai menjalankan misi.

🤺

Terik matahari Senin kali ini terasa lebih menyengat dari pada Senin biasanya. Di jam-jam setelah upacara bendera, tepatnya saat pelajaran olahraga. Sekitar 24 siswa tengah berlarian mengelilingi lapangan sekolah yang cukup luas, dengan guru gendut yang terus berteriak. "Kailash, Berlari bukan berjalan!"

Kairel tersentak akibat teriakan Pak Ben yang tiba-tiba berlari menyamainya.

"Contoh Frank. Frank saja bisa berlari lebih cepat, kamu malah seperti siput!"

Frank yang disebut langsung tertawa sombong. Berbangga hati karena baru menyelesaikan putaran ke lima belas, sementara teman-temannya masih berusaha menuntaskan putaran yang ke tiga belas. Belum lagi si lemot Kairel yang masih di putaran ke sepuluh, menyamai para anak perempuan. "Pak Ben, Kai kan aslinya anak cewek makanya paling siput!"

Wajah Kairel semakin merah padam karena merasakan kedua telapak tangan gendut Pak Ben mendorong punggung sempitnya. "Masa sama saya yang gendut, kamu yang kecil ringan malah lebih letoy?"

"Anak-anak cewek udah selesai loh, kamu masih mampet di pertengahan putaran yang ke sepulu-"

"Arghhhh!!!" Kairel kesal, tubuh pendeknya dalam sekejap berbelok ke samping, membuat Pak Ben yang tengah mendorong Kairel sekuat tenaga langsung mencium paviliun lapangan sekolah. "Pak Ben gak usah dorong-dorong Kairel!!"

Frank makin tertawa kencang dan berlari ke arah Kairel. Menggosok rambut Kairel dengan jahat. "Hahahah, Kai cebol, Pak Ben udah baik bantuin kamu dorong, kok malah marah?!"

"Gak tau diri banget sih?"

"KAIREL!! APA APAAN KAMU INI? KAMU BIKIN BAPAK JATUH!"

Kairel menepis tangan Frank dari atas kepalanya. Mulutnya gatal ingin memperjelas sesuatu, tapi baiklah karena dunia tidak adil, Kairel akan melakukannya. "Justru bapak yang hampir bikin Kai jatuh! Badan Kai-"

"Kamu dapat nilai merah di ujian praktik ini, Kai!" Pak Ben bangkit dari jatuhnya. Sikunya lecet dan sebagian mengeluarkan darah. Celana di area lutut bahkan sampai jebol karena menahan tubuhnya yang nyusruk ke depan.

Lama-lama Pak Ben juga ikut kesal menghadapi Kairel. Walaupun Kairel tidak salah apapun, dari awal semester hingga di pertengahan semester harusnya ada perkembangan ini malah makin tertinggal dari teman-temannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IsotonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang