HARI-HARI YANG MELELAHKAN

1 1 0
                                    

"Aduh!," Bahuku dan bahu penumpang lain bertemu dengan kencang.
"Maaf, Mas. Saya buru-buru." Pria itu meminta maaf dan langsung berlari ke keretanya yang sudah menunggu di peron lain.

Huft... helaku singkat. Ingin sekali kubalas perkataan orang itu, "Memangnya orang di sini datang untuk bersantai-santai apa," tapi hanya kutahan dalam hati. Setiap hari aku harus menghadapi hari-hari seperti ini, seperti orang dewasa kebanyakan. Bagun pagi, sarapan, berangkat kerja, bekerja, pulang kerja, tidur, begitu terus sampai akhir pekan tiba. Hari paling menyenangkan adalah saat hari gajian.

Cuaca pagi ini mendung, seakan mendukungku untuk bermalas-malasan. Walaupun orang-orang di sini berpakaian rapi, tetapi wajah mereka kusut, aku bisa bertaruh mereka merasakan hal yang sama denganku, "Bisakah kita tidak perlu bekerja hari ini? Bukankah suasana mendung ini lebih baik digunakan untuk tidur di kasur yang empuk?" huft helaan keduaku di hari ini.

Keretaku pun tiba, berat sekali langkah ini menaiki kereta yang setiap gerbongnya sudah penuh oleh penumpang, tapi jika aku menunggu kereta selanjutnya, kemungkinan besar akan terlambat. Hari ini seperti hari kebanyakan, aku tak dapat tempat duduk dan harus berdiri sampai tiba di stasiun tujuanku, mau bagaimana lagi. Walaupun setiap hari seperti ini, tapi aku lebih menyukai berangkat ke kantor menggunakan kereta daripada kendaraan pribadi, karena memang dari rumahku lebih efisien diakses dengan kereta.

Di dalam kereta, semua orang sibuk pada urusannya masing-masing. Ada yang tidur, ada yang bermain ponsel, ada yang sepertiku hanya melamun memikirkan banyak hal. Saat sedang melamun pikiranku terkadang terbang ke hal-hal yang membuatku senang sejenak. Misalnya, aku membayangkan jika nanti di kantor pangkatku tiba-tiba diangkat dan gajiku naik dua kali lipat, pastinya seru sekali. Atau aku membayangkan sedang berlibur di Puncak, berjalan-jalan di kebun teh dengan udara yang sejuk.

Lamunanku buyar saat nama stasiun tujuanku sudah disebutkan. Aku segera mencari celah untuk menuju pintu kereta. Jarak dari stasiun ke kantorku tidak begitu jauh, aku menempuhnya dengan berjalan kaki. Biasanya, dalam perjalanan menuju kantor aku membeli camilan-camilan untuk menemaniku mengerjakan pekerjaan yang tiada habisnya.

Kini hujan lebat mengguyur kota Jakarta, aku beruntung sampai kantor tepat pada waktunya, jika tidak mungkin aku sudah basah kuyup bermandikan air hujan. Segera aku membuka laptopku dan memeriksa pekerjaan yang harus kukerjakan. Sebetulnya aku hendak menghela melihat banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, tetapi aku tidak mau menghela untuk ketiga kalinya pada pagi ini. Akan aku simpan helaan itu untuk nanti.

Waktu makan siang hampir tiba, hujan belum kunjung reda. Sudah satu minggu ini aku tidak selera makan, alhasil aku hanya makan camilan yang kubeli tadi pagi, baguslah aku tidak perlu keluar kantor untuk membeli makan siang yang murah disaat hujan seperti ini. Biasanya aku memiliki nafsu makan yang bagus, tapi entahlah apa yang sedang terjadi padaku. Aku baru akan makan saat nanti sudah pulang ke rumah.

—----------------------------------

Ting! Ada pesan masuk dari ponselku. Aku sudah di rumah dan sedang bersiap-siap untuk mandi, aku harap itu bukan pesan mengenai pekerjaan, aku lelah. Berat hati mengambil ponsel yang kuletakkan di atas kasur, aku sangat memohon itu hanya pesan biasa dari teman atau Kakakku.

"Danu, saya boleh minta tolong untuk selesaikan revisi project hasil meeting tadi secepatnya? Setidaknya besok siang sudah selesai."

Huft! Aku menghela untuk ketiga kalinya hari ini.

Baik, akan aku kerjakan nanti usai mandi dan makan malam, aku belum makan dari tadi siang.

"Dan, kamu selalu bawa payung ya, sekarang lagi musim hujan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gambar yang Selalu KubuatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang