"Ku dengar si kakak kelas itu punya Alter Ego loh."
"Alter Ego itu apa?"
"Semacam kepribadian ganda gitu. Dengar-dengar kadang dia kayak kesurupan gitu kalau alter ego nya kambuh."
"Ih masa sih? Kata siapa?"
"Kakakku yang seangkatan sama dia yang ceritain langsung ke aku! Masa iya kakakku sendiri bohong?"
"Aihh, mending jangan dekat-dekat dia deh. Daripada kamu kena imbasnya."
"Ehh, tapi dia ganteng-ganteng imut gitu.... Aku sebenarnya suka sama dia."
"Ssst...!" Salah satu gadis yang mengenakan seragam sekolah rok pendek dengan rambut di kuncir dua itu membuat gestur menaruh jari telunjuknya sendiri ke bibir temannya lalu berkata, "...jangan keras-keras! Kalau kamu dikejar sama kepribadian ganda nya gimana?"
Gadis lain dengan rambut putih pendek pun tak tahan dengan gosip teman-temannya dan memutuskan untuk menengahi mereka. "Apa sih yang kalian bahas? Dia itu baik. Mending kalian jangan salah sangka deh. Lebih baik kalian lihat sendiri orangnya bagaimana, jangan asal tuduh begitu."
"Melissa, kenapa kamu belain dia kayak gitu sih? Kamu juga suka ya?"
Siswi berambut putih dengan beberapa helai rambutnya di warnai merah itu memutar matanya dan menghela napas. "Dengar ya, daripada kalian ribut-ribut bahas sesuatu yang bahkan kalian sendiri nggak tau, mending kalian mulai kerjain apa yang anggota OSIS minta deh!"
"Huuu, Melissa suka sama kakak kelas!"
Kelas sangat ricuh dan Melissa hanya bisa sabar, dia menahan diri agar tidak berbuat onar di hari pertama ia masuk sekolah.
Namun ketika kesabaran itu hampir meledak, suara serak dari seorang siswa dengan rambut berwarna merah yang mencolok dari anak-anak lain pun mulai menenangkan seisi kelas.
"Permisi."
Dengan begitu Melissa dan gadis lainnya yang bergosip di dekat pintu pun mulai menyebar dan membuat jalan agar Julian bisa lewat.
"Astaga... Wajahnya mulus banget!"
"Iya. Bahkan wajahku kalah mulus sama dia...."
"Eh guys, menurut kalian wajahnya itu tipe yang cantik atau ganteng? Baru kali ini aku bingung menentukan tipe wajah seseorang."
"Penampilannya macho dan dia nggak banyak ngomong. Sudah dipastikan, dia ganteng!"
Julian yang menjadi pusat perhatian para siswi dan beralih menjadi topik gosip hari ini pun hanya melirik kerumunan para gadis itu lalu membuang muka.
Julian menatap ke jendela luar, melihat siluet seseorang dan teringat kata-kata nya beberapa menit lalu.
Lima belas menit yang lalu Julian berjalan menuju pintu masuk sekolah dengan santai. Namun saat pikirannya berkelana membayangkan bagaimana suasana sekolahnya nanti, imajinasi nya buyar setelah mendengar teriakan waspada milik seorang pria.
"Hei, awas!"
Suara kardus berisi buku dan tas yang menghantam lantai pun terdengar nyaring diikuti suara manusia yang jatuh setelahnya.
"Ah... Maaf. Kamu enggak apa-apa kan?"
"...um... Permisi?"
Posisi mereka berdua kini saling bertatapan satu sama lain dengan Julian berada di bawahnya.
"Oh, maaf! Tunggu sebentar...,"
Seorang siswa berambut pirang yang panjang itu pun segera bangun dan mengulurkan tangannya untuk membantu Julian namun Julian tidak menerima tangan itu dan memilih berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
"Kamu terluka? Maaf. Aku tak melihat jalan dengan baik karena pandanganku tertutupi buku yang menumpuk."
Julian terdiam cukup lama sebelum akhirnya berbicara dengan suara seraknya yang khas, "Tidak apa-apa. Ini juga salahku karena tidak memperhatikan jalan. Seharusnya aku lebih berhati-hati."
Si Rambut Pirang itu menatap Julian lalu tersenyum. "Kalau begitu masalah ini tidak perlu dipikirkan lagi. Aku tak pernah melihatmu di sekolah ini sebelumnya. Kamu murid baru?"
Julian mengangguk sambil membantu si Rambut Pirang mengumpulkan buku dan memasukkannya kembali ke dalam kardus.
"Oh? Apa kelas mu?"
"F/M - 002"
Si Rambut Pirang itu terdiam cukup lama dan menatap Julian dengan ekspresi... Yang rumit. Sulit dijelaskan dalam kata-kata.
"Apakah ada sesuatu yang salah?" tanya Julian.
Si Rambut Pirang itu menggelengkan kepala lalu berkata dengan nada cerita, "Ayo ikut denganku sebentar. Karena kamu sudah membantuku, ini saatnya aku membantumu."
Julian menolak, "Tidak usah. Sebentar lagi kelas perkenalan akan segera dimulai."
Si Rambut Pirang itu hanya tertawa kecil, matanya melekuk membentuk senyuman. "Namaku Yin, kelas F - 022. Aku adalah salah satu anggota pengurus dan pengenalan sekolah. Kamu tak perlu terburu-buru, masih ada waktu sekitar sepuluh menit lagi. Ayo, ku traktir minum dulu. Baru setelah itu aku akan mengantarmu ke kelas mu juga."
Julian tertegun saat mendengar pengenalan diri yang tiba-tiba dari Yin. Julian terdiam sesaat sebelum ia mengangguk setuju. "Baiklah kalau begitu."
Mendengar suara Julian yang tegang ditambah wajahnya yang kaku membuat Yin tertawa lagi. "Ayolah jangan begitu keras pada dirimu sendiri. Kau bisa langsung memanggilku Yin tanpa embel-embel yang lain. Baiklah, sekarang beritahu aku namamu."
Melihat Yin yang sangat mudah diajak bicara membuat Julian tak tau harus berbuat apa karena dia jarang bersosialisasi sebelumnya. Namun melihat kesempatan emas seperti ini untuk melatih bicara dan ditambah mengenal satu orang dalam, mengapa tidak? Akhirnya Julian pun menjawab Yin, "Julian."
"Julian? Nama yang bagus! Kita masih memiliki beberapa waktu. Tunggu saja disini sebentar, aku akan segera kembali setelah menaruh buku-buku ini ke perpustakaan."
Julian tak banyak bicara dan mengangguk sebagai tanda kalau dia mengerti.
Melihat anggukan Julian, Yin pun lagi-lagi tersenyum ceria dan pergi meninggalkan Julian menuju perpustakaan yang tak terlalu jauh dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With The Little Raven
FanfictionDi salah satu sekolah Kota Lumina yang terkenal, ada seorang murid yang baru saja masuk pada semester pertama setelah penerimaan siswa baru. Julian, sebagai salah satu siswa yang diterima dalam sekolah ini pun merasa bangga karena bisa masuk ke sek...