"Tunggu Kenya! Kamu mau kemana?" Harry segera menarik tanganku yang sedang memasukan beberapa pakaianku ke dalam sebuah ransel besar yang pernah diberikan Debbie tahun lalu.
"Pergi" Jawabku sambil melepaskan tangan Harry yang tadi menarik tanganku dan melanjutkan pekerjaanku untuk pergi dari rumah ini.
"Apa kamu sudah gila? Kamu mau pergi kemana Ken? Ini sudah malam!" Harry menjawabnya dengan penuh emosi dan sekarang aku bisa melihat lengkung rahangnya yang mengeras karena kesal dengan jawabanku.
"Aku sudah menghubungi Jules dan dia akan menjemputku sebentar lagi" Tanpa melihat Harry, aku segera menutup ranselku dan membawanya ke ruang tamu. Dengan cepat Harry mengikutiku dari belakang dan segera menutup kembali pintu utama yang tadi aku buka.
"Kenapa Ken? Kita bisa membicarakannya baik-baik! Aku... Aku mohon sayang, jangan tinggalkan aku sendirian seperti ini" Jawab Harry sambil terus memohon dan menahan kedua tanganku dengan erat. "Kalau memang ini maumu, ayo kita rawat anak itu" Lanjut Harry dengan suaranya yang mulai merendah.
"Aku sudah tidak tahan lagi denganmu Harry! Pertama kamu meninggalkanku selama dua bulan tanpa kabar dan setelah kamu kembali, aku pikir pikiranmu sudah jernih kembali tetapi aku salah! Kamu mau anak ini mati? Kenapa? Kenapa Harry? Ini anakmu!" Aku berteriak sekuat mungkin, aku bisa melihat wajah Harry yang kaget karena aku meneriakinya.
Harry tidak menjawab apapun dan perlahan Harry mengendurkan genggamannya yang sangat menyiksa kedua tanganku. Harry berdiri di depanku, menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku segera menghapus air mataku, supaya Harry tidak melihatnya.
"Aku akan menunggumu Harry" seketika Harry menatapku dengan tatapan kosongnya. "Aku akan menunggumu sampai kamu sudah pantas menyebut dirimu sebagai seorang ayah!" Setelah mengatakan itu aku langsung pergi meninggalkannya sendirian di ambang pintu dan masuk ke dalam mobil Jules. Kebetulan sekali Jules tiba saat aku melangkahkan kakiku keluar dari rumah Harry.
Aku bisa melihat Harry terus berdiri di ambang pintu rumahnya dengan wajah syoknya. Apapun yang akan dikatakannya, aku tidak akan kembali kepadanya kecuali dia mau mengubah sikapnya yang egois itu. Aku merasa bodoh karena sudah memberikannya kesempatan kedua waktu itu, dengan ini semuanya sudah jelas kalau Harry adalah orang yang tidak bisa memegang janjinya.
*
"Bangun Jacqueline! Ini adalah hari pertamamu sekolah, kamu tidak mau sampai terlambat kan?" Kataku sambil membuka tirai kamar anak perempuanku yang agak pemalas ini, berharap dia akan bangun dan segera bersiap untuk pergi ke sekolah.
"Ini sudah pagi? Bagaimana kalau sepuluh menit lagi Mom? Aku masih mengantuk" Jawab Jacqueline sambil memutar tubuh kecilnya dan kembali tidur.
"Tidak ada sepuluh menit tambahan untukmu, Young Lady! Kamu harus bangun sekarang dan mandi, kalau tidak, Mom tidak akan membuatkan pancake kesukaanmu hari ini" Mendengar itu Jacqueline langsung menarik napas panjang dan bergegas bangkit dari tempat tidurnya, kemudian melangkahkan kakinya dengan malas ke kamar mandi.
Hari ini adalah haru pertama Jacqueline masuk sekolah dan aku tidak akan membiarkannya terlambat dan kehilangan moment bahagia ini. Well, bagiku ini adalah moment yang membahagiakan. Aku yang merawat Jacqueline sendirian setelah aku pergi meninggalkan Harry lima tahun yang lalu. Aku tinggal bersama Jules di sebuah rumah kecil yang kami beli berdua. Aku bahagia memiliki seorang sahabat seperti Jules, disaat aku terjatuh dan benar-benar membutuhkan seseorang, dia selalu ada untukku.
*
"Kamu suka Pancake Strawberry yang Mom bikin khusus untukmu?" Aku mengecup kepala Jacqueline sambil memperhatikannya melahap habis sarapan paginya.
YOU ARE READING
LOST#CHANGEDWritingContest
Ngẫu nhiên"Well, that's just a coincidence, Honey. Don't think too much about it" My mom always said that every time I tell her about something that just miraculously happen. Well, I don't believe that... For me "There's no such thing as coincidence, there's...