Part 1

1.2K 13 0
                                    

Aku mengenalnya lumayan lama, mungkin sudah 4 bulan lebih semenjak aku sering makan di café tempat ia bekerja, yang pasti ada rasa suka muncul dari lubuk hatiku sejak pertama melihatnya, ia memang sesuai dengan tipe gadis dalam imajinasi ku, usianya kutaksir sekitar 21 tahun, berkulit putih bertubuh langsing agak kurus namun lekuk tubuhnya masih terlihat jelas, membuatnya terlihat tinggi, ia sering mengenakan jilbab warna hitam.

Pulang kerja sebelum sampai rumah aku berhenti di cafénya untuk makan malam, aku memang tak pernah lagi masak apalagi sejak bekerja, café langgananku itu menjual nasi goreng dan roti canai yang merupakan makanan khas, di café itu seorang gadis tersenyum padaku tangannya memegang daftar menu.

"Seperti biasa", kataku tersenyum.

Ia tak menjawab dan hanya tersenyum, aku memang tak ingin membuang waktu lagi pula ia sudah tahu pesanan ku, nasi goreng dadar plus teh hangat, aku menunggu agak lama karena nasi gorengnya harus di masak terlebih dulu, itu pula yang membuat cita rasanya berbeda dari nasi goreng lain disekitar.

Sekeliling ku tampak sepi, sepertinya ini lah waktu yang tepat melancarkan rencanaku pikirku, di bagian dalam tampak sepasang remaja tengah duduk menikmati makanan mereka, café itu merupakan bangunan toko dua lantai seperti pada umumnya, aku biasa duduk di depan sambil melihat orang-orang lalu lalang.

Untuk mengusir bosan ku keluarkan handphone ku yang hampir seukuran telapak tangan, sambil menunggu nasi goreng siap aku membuka-buka sosial media, tak berapa lama ia datang membawa segelas teh hangat, lumayanlah untuk mengobati rasa hausku.

Kesempatan itu tak kusia-siakan, aku menanyakan password internet café walau sebenarnya handphone ku sudah terkoneksi internet maklum biar hemat, kemudian dengan perasaan gugup kulanjutkan dengan meminta nomer HP nya, awalnya ia sedikit terkejut dan menatapku, ia lalu mengambil selembar kertas dan menuliskannya nomernya disitu, kemudian ia pergi melayani pelanggan lain.

Dalam hati aku kegirangan, aku tak tahu apakah itu benar-benar nomernya, namun aku yakin ia tak akan berbohong, sesaat kemudian ia kembali ke meja ku membawa sepiring nasi goreng, aku tersenyum padanya namun ia tak menoleh pada ku, mungkin karena pikirannya sedang sibuk pikirku.

Aku menyantap nasi goreng dengan penuh semangat, meski rasanya agak sedikit hambar aku tak pedulu, aku tak sabar untuk pulang dan menghubunginya meskipun aku tahu tak mungkin melakukan sekarang saat ia tengah bekerja.

Setelah makan dan bayar tagihan aku pun pulang, mengendarai sepeda motor dengan perasaan dagdigdug, suasana agak sunyi saat aku hampir sampai di rumah, tempat tinggalku agak jauh memang, berada di komplek perumahan di pinggir kota, badan jalan di hiasi lubang-lubang yang entah kapan di perbaiki, di kiri kanan ada rumah-rumah warga berjejer, kadang di selingi persawahan. LTf91˱ۍ��

Gadis Pelayan Cafe MiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang