Part 3

601 8 0
                                    

mendengar pengakuannya itu, kami pun akhirnya berkenalan, ternyata namanya Rahmi, hari-hari selanjutnya aku rutin makan di tempatnya, apalagi jika cafénya sedang sepi, jadi bisa di pastikan hanya aku yang ia layani hehe, hal itu membuatku merasa seperti pelanggan spesial hehe.

Dari SMS percakapan berlanjut menjadi acara telefonan di malam hari, meski tak setiap malam karena ia pasti lelah bekerja pikirku, namun terkadang ia sulit tidur yang menjadi kesempatan emas buat ku. Menurutku ia sama tak jauh beda seperti gadis-gadis lain yang juga ingin gemar mengobrol dengan pacar mereka di malam hari.

Lebih kurang sebulan mengenalnya ternyata ia orang yang asik walau awalnya agak dingin, aku pun sering larut dalam pembicaraan dengannya, obrolan yang sering di warnai tawa ketika aku membuat lucu. Padanya aku bercerita banyak hal terutama tentang kehidupanku sehari-hari, begitu juga dengannya, dari ceritanya aku tahu kalau ia berasal dari luar daerah dan hampir dua tahun ia bekerja di café tersebut, di kota itu ia tinggal bersama kerabat dekatnya.

Setelah cukup jauh mengenalnya kami semakin akrab, suatu hari aku berencana mengajaknya jalan-jalan di malam minggu, namun sepertinya itu tak mungkin karena ia bekerja malam hari, sebaliknya di siang hari aku yang bekerja. Aku pun terus mencari cara agar bisa keluar bersamanya, hingga aku menemukan sebuah ide untuk mengajaknya keluar.

Keinginan ku akhirnya jadi kenyataan, minggu pagi aku berangkat dari rumah menjemputnya dengan maksud berolahraga, kami pergi ke sebuah lapangan tempat dimana orang-orang biasa olahraga, agar sinkron aku mengenakan pakaian dan sepatu olahraga, sedangkan dia hanya mengenakan pakaian biasa dengan kerudung warna biru tua. Lapangan itu cukup luas sering di jadikan tempat aneka acara, seperti peresmian, konser musik dan lainnya, di seberang jalan berdiri kantor-kantor pemerintah dan café, tak mengherankan jika tempat tersebut kerap di kunjungi berbagai kalangan usia.

Setelah di tempat tujuan aku mengajaknya keliling lapangan, lapangan itu penuh orang-orang dengan berbagai aktifitas, setelah berkeliling satu putaran aku merasa lelah, aku memang jarang olahraga, salah satu olahraga ku cuma naik turun tangga di kantor. Kami berdua akhirnya berhenti dan duduk di pinggir lapangan, sambil beristirahat kami mengobrol satu sama lain, tak ada lagi kecanggungan diantara kami, namun begitu akulah yang paling mendominasi pembicaraan.

Setelah cukup lama mengobrol di pinggir lapangan, aku mengajaknya ke café seberang jalan, awalnya ia menolak namun setelah sedikit kupaksa akhirnya ia menuruti saja. Di café itu kami memesan teh botol dan kembali melanjutkan pembicaraan, sikapnya yang kadang diam membuatku semakin penasaran dan ingin terus mengajaknya bicara, kadang kami berdua terdiam beberapa saat.

Dalam diam aku menatap wajahnya, wajah yang tenang dan sedikit dingin, matanya menatap sekitar, tangannya kadang memainkan sedotan di depannya, kulitnya yang putih bersih membuatku ingin menyentuh tangannya, ah sudahlah aku tak boleh berpikir macam-macam. Setelah saling diam cukup lama aku kembali membuka pembicaraan, menanyakan aktifitasnya nanti sepulang dari sini, seperti biasa katanya sambil tersenyum lebar padaku, itu adalah senyuman terindahnya yang pernah kulihat. t����x�

Gadis Pelayan Cafe MiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang