Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jake terduduk di lantai dengan sebuah album biru berdebu dipangkuannya. Tangannya mengusap sampulnya, membersihkan album itu dari debu. Air matanya kemudian lolos, jatuh mengenai tulisan yang terukir di sana.
"Park Jungwon, my sunflower."
Dia membuka halaman pertama, terdapat foto Jungwon yang baru lahir yang diambil oleh Sunghoon saat di rumah sakit. Jungwon adalah salah satu dari sekian alasan dia bertahan hidup sampai sekarang, melahirkan anak manis itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri baginya.
Memiliki anak sebaik Jungwon adalah salah satu dari sekian banyaknya hal yang dia syukuri. Hidupnya hanya untuk sang anak, jika Jungwon tak hadir dalam hidupnya mungkin Jake akan mengikuti bisikan dalam diri yang menyuruhnya bunuh diri tiap saat. Hidupnya sudah cukup menderita tetapi kemudian Jungwon datang berikan kebahagiaan yang sedari dulu dia harapkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kemudian halaman kedua berisi foto-foto ketika anak itu baru menginjak usia beberapa bulan sampai usianya satu tahun. Begitu menggemaskan dengan segala tingkah lucunya. Ada beberapa foto yang menunjukkan Jungwon tertawa, menangis, tiap gambar membuat ingatannya berputar kembali, Jake sesekali tertawa mengingat Jungwon kecil dalam gambar.
Tetapi kemudian air matanya turun lagi, mengingat itu hanya kenangan yang tak akan bisa diulang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jake mengelus gambar itu kala dirasa sesaknya mulai tak tertahan, dia menangis lagi di sana. Dikeheningan kamar yang mencekik. Biasanya pukul 4 sore, Jungwon kecil akan berlarian dalam rumah kabur dari sang Mimi yang hendak memandikannya, Jake seolah kembali ke masa lalu mendengar tawa anak kecil itu menggema di rumah yang kini hanya dihuni dirinya.
