Meraih Bintang

6 1 0
                                    


"Aku turut menyesal, Nak. Kamu termasuk salah satu pemain muda berbakat. Tapi ternyata jalanmu bukan di sini."

Pak Pelatih menepuk-nepuk pundak Bima. Suaranya sedikit bergetar menahan emosi, tetapi pria separuh baya ini berusaha tegar di depan pemain kesayangannya.

Bima terpaku menerima kenyataan pahit ini. Dia selama ini jarang menangis, tetapi beberapa hari terakhir kadang terasa ingin meraung keras-keras.

Menjadi pemain bola profesional adalah cita-citanya sejak kecil. Dia telah berjuang keras hingga mampu di posisinya sekarang. Bahkan beberapa klub bola junior Eropa telah melirik potensinya sebagai gelandang serang.

Jika hari ini Bima harus melepas impiannya, semuanya murni karena permainan takdir. Dia belum mendapat jawaban mengapa. Namun, dia tidak mau berhenti di titik ini.

"Apa rencanamu, Bim?" tanya Pak Pelatih penuh empati.

Bima terkenang almarhum kakek yang sering menantangnya tanding.
"Saya akan mulai menekuni catur, Pak. Mohon doanya," jawab Bima mantap.

Pak Pelatih tersenyum bangga. Dia tahu anak ini akan segera bangkit.

"Aku yakin kamu akan jadi pecatur hebat. Tetap fokus ya, Nak. Kelak kita akan bertemu di puncak," kata Pak Pelatih, lalu berpamitan.

Bima mengangguk. Dia mengayuh kursi roda hingga di depan pintu untuk mengantar kepergian mantan pelatihnya.

Kecelakaan tempo hari telah merenggut kakinya, tetapi tidak untuk semangatnya.

The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang