Bab 2

64 39 29
                                    

Hari ini, Derya mengemaskan barang barangnya yang tidak banyak itu kedalam tas selempang berwarna putih, bahkan itu sudah tidak dapat dikatakan putih lagi, karena warnanya yang sudah lusuh. 

Rumah yang saat ini ditempatinya adalah milik seorang wanita paruh baya yang membawanya masuk ke dalam pulau ketika dirinya masih kecil. Tidak banyak hal yang dia ingat, bahkan mengenai dia lahir atau kedua orang tuanya pun tidak terdapat kenangan yang tersemat dalam otaknya. 

Hanya sebuah kalung dengan bentuk ombak, yang tersemat di lehernya, dan samar terdapat tanda air di keningnya. Ia masih belum mengerti itu semua. Pertemuan dirinya dengan kepala desa kemarin adalah untuknya segera pergi dari pulau. Karena, tadi malam adalah bulan purnama biru yang kedua di usianya menginjak tujuh belas tahun. 

Bukan untuk mengusir, tapi kepala desa tahu sesuatu, sehingga dirinya harus pergi. Menemukan jati diri, mengasah kekuatan, mengetahui yang dirahasiakan.

Seorang anak kecil tampak berdiri di celah pintu yang terbuka sedikit, cahaya bulan dengan berdesakan memasuki celah kecil. Binar mata anak kecil itu, tampak berlinang, tidak ingin sosok perempuan yang sudah ia anggap seperti seorang kakak, akan pergi dengan waktu yang cukup lama.

Langkah kaki kecil dan pelan itu terdengar lirih dalam rongga telinga Derya, dirinya berbalik dan matanya menangkap siluet samar dari seorang anak kecil yang diketahui dari ikatan rambutnya. Setelah bias cahaya bulan mengenai tubuhnya, barulah terlihat sosok anak kecil itu yang sekarang sedang memeluk tubuhnya erat.

"Kak Derya, jangan pergi...." lirihnya dengan disertai tangisan yang mulai tumbuh. Linangan air mata itu tidak bisa dihentikan seperti derasnya hujan yang turun tiba tiba saja malam itu.

Cuaca semakin dingin, bulan pun perlahan menghilang dan pergi tertutup awan yang menghitam gelap mengandung banyak air. 

Hujan deras turun kala itu hampir sampai pagi, menemani dua orang yang berpelukan erat karena tidak tahu kapan akan merasakan hangat itu lagi.

Pagi datang dengan matahari yang muncul malu malu, Derya mulai berangkat dengan perahu yang telah dibuatkan oleh para warga sebelumnya. Waktu selesai dibuat, perahu sederhana itu hanya disimpan dengan baik sampai tiba waktu untuk dipakai berlayar. Dengan berhiaskan pernak pernik sederhana yang didapat dari kerang kerang laut. Perahu itu tampak cocok dipakai oleh Derya, yang cantiknya seperti dewi laut. Karena manik nya sejernih laut dan langit biru.

Kini, tibalah waktu dipakai perahu itu untuk Derya mengarungi lautan. Mencari kebenaran, dan memecahkan misteri yang disimpan rapat oleh Raja.

Misteri apakah itu?

Entahlah, Derya pun belum pasti.

***


Puluhan ribu tahun lalu, ada sebuah pulau yang didalamnya hanya berisikan puluhan orang saja. Jika ada yang baru lahir atau anggota baru, mereka akan mengirim beberapa orang ke luar pulau untuk menjelajah dan mencari tempat tinggal baru. Dipastikan, mereka yang pergi, harus sudah bisa hidup mandiri.

Hingga saat ini, kegiatan itu masih menjadi tradisi turun temurun yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya, kata nenek moyang mereka.

Pulau itu sangat kecil, makanya tidak dapat menampung banyak orang. Namun terkadang pulau itu hilang entah kemana, sehingga tidak dapat dipastikan keberadannya setiap waktu.

Dikatakan bahwa, pulau itu adalah sebuah lift yang akan turun saat bulan purnama, dan para penduduk akan berdiam didalam rumah tidak keluar sampai mereka kembali ke permukaan. Saat hari itu tiba, mereka harus mengumpulkan beberapa bahan pokok makanan.

Ada sebuah gua besar, tepat dibawah pulau mereka, saat pulau itu turun, otomatis akan menutupi gua itu. Katanya, untuk mencegah seekor hewan raksasa keluar dari persembunyiannya ketika melihat bulan purnama.

Tidak ada orang orang yang tahu, hewan raksasa itu memiliki bentuk seperti apa, namun kabar yang beredar, hewan itu pernah mengamuk dan melepaskan kekuatan yang sangat besar hingga melenyapkan beberapa pulau, karena melihat bulan purnama bercahaya.

Kenapa pulau tidak menutupi? Karena saat itu juga terjadi kesalahan pulau tidak bisa tertutup dan tidak menurun ke dasar laut.

"Suatu hari nanti, akan ada seseorang yang bisa mengenal dirimu, sebelum kamu kenalkan diri."

"Dialah, yang akan merubah dunia yang sudah lama hidup dalam kepalsuan ini."

"Berapa lama lagi?"

"Mungkin ratusan atau ribuan tahun lagi. Bersabarlah!"

Rute pertama Derya, akan bergerak ke arah utara, mengikuti rasi bintang Ursa Mayor, yang ia lihat. Itupun kalau tidak keliru saat melihat rasi bintang yang sudah seharusnya ia lulus menguasainya. Dengan beberapa bekalan makanan, yang tidak sampai memenuhi satu perahu itu, dirinya berangkat setelah berpamitan pada seluruh warga.

Pulau yang akan dituju ke arah utara berdasarkan peta yang diberikan kepala desa, adalah Loch Ness Island.

Loch Ness Island, pulau yang sulit dimasuki, hampir sama lika likunya dengan pulau tempat tinggal Derya. Pulau itu tidak terlihat dari luar, namun ketika mencapai batas antara lautan pulau itu dengan lautan luar, akan samar terlihat pulau misterius itu. Katanya indah, namun berbahaya!

DeryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang