Cerita dimulai di sebuah SMA yang ramai, di mana karakter utama, seorang bocah SMA yang suka bercanda dan ceria, namun terkenal karena sering kali mendapat nilai buruk di kelas. Namanya adalah Dika, dan ia selalu punya senyuman untuk semua orang meskipun nilai sekolahnya tidak pernah membanggakan.Suatu hari, saat ulangan kimia berlangsung,
Dika ternyata mendapat nilai yang sangat rendah. Guru kimianya, Pak Budi, yang juga merupakan wali kelasnya, memanggil Dika ke depan kelas. "Dika, bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa nilai kamu selalu seperti ini?" tanya Pak Budi dengan sedikit kecewa.Dika, tanpa ekspresi menyesal, justru membalas dengan ceria, "Maaf, Pak. Saya terlalu banyak memikirkan seseorang." Para teman sekelasnya mulai tertawa, karena mereka tahu Dika sering kali tidak serius belajar dan lebih suka bercanda.
Pak Budi merasa agak kesal, "Ini bukan waktu untuk bercanda, Dika. Kamu harus fokus pada pelajaran.""Saya tahu, Pak. Tapi bagaimana bisa tidak terpikirkan seseorang yang selalu membuat saya bahagia?" sahut Dika dengan santai, sambil tersenyum lebar.
Pak Budi mengangguk mengerti, "Baiklah, Dika. Mulai sekarang, saya harap kamu bisa lebih fokus pada pelajaran. Ingat, masa depanmu ada di tanganmu sendiri."
Di sudut kelas seorang gadis yang tersipu malu, yaitu anya.
Setelah sekolah berakhir, Dika dan Anya berjalan pulang bersama. Cuaca hari itu cerah, dan Dika tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda Anya sepanjang perjalanan. Dia membuat lelucon, mengoceh tentang guru-guru, dan mencoba membuat Anya tertawa sepanjang waktu.Anya, dengan senyum malu-malu, kadang-kadang menjawab dengan canggung, kadang merasa kesal sedikit karena tingkah polah Dika yang terlalu berlebihan.
"Dika, tolonglah, berhenti menggodaku!" kata Anya dengan nada manja sambil tertawa kecil.Dika hanya tersenyum genit,
"Maaf ya, Anya. Aku hanya ingin melihat senyum manismu." Dia mencoba menarik perhatian Anya dengan berbagai cara, termasuk melakukan trik trik sederhana atau pun melontarkan lelucon yang kadang-kadang berhasil membuat Anya tersenyum, dan kadang-kadang hanya membuatnya terkekeh malu.
Akhirnya, ketika sampai di persimpangan menuju rumah mereka masing-masing, mereka berpisah dengan senyum dan salam perpisahan. Dika merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama Anya, sementara Anya merasa terhibur meskipun terkadang malu dengan kelakuan Dika.Setelah mereka berpisah, Dika melanjutkan langkahnya pulang dengan pikiran yang penuh dengan kenangan hari itu.
Sementara itu, di rumahnya, Anya duduk di kamarnya sambil tersenyum sendiri mengingat semua tingkah polah lucu Dika. Dia merasa bahagia bisa bersama Dika meskipun terkadang memang membuatnya merasa canggung.
Dika memasuki kamarnya setelah mandi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada orang tuanya yang sedang sibuk di dapur. Dia langsung berbaring di kasurnya yang nyaman, membiarkan pikirannya melayang ke semua yang terjadi hari itu.Dika merenung sejenak, memikirkan perasaannya terhadap Anya.
Dia tahu bahwa dia tidak ingin terlalu mencolok di sekolah, meskipun sebenarnya dia seorang yang cerdas. Dika adalah seorang genius yang ingin menjaga profil rendah, tidak hanya karena ingin terus bersama Anya, tetapi juga karena dia tidak suka mendapat perhatian berlebihan.
Saat memikirkan perasaannya terhadap Anya, Dika merenung tentang apakah dia akan mengungkapkan semua rahasianya. Dia tahu bahwa dia telah membuat nilai sekolahnya buruk karena tidak pernah peduli dengan pelajaran. Baginya, pelajaran di SMA terasa mudah seperti makan dan minum, dan itu membuatnya merasa tidak perlu terlalu serius.
Dika bangun di pagi hari dan melihat laptop usangnya di meja. Laptop itu adalah hadiah dari ayahnya saat dia masih berusia 10 tahun. Di balik sisi ceria dan santainya sebagai seorang siswa SMA di pedesaan, Dika memiliki rahasia besar yang tidak diketahui siapa pun, termasuk orang tuanya.
Dika adalah seorang genius teknologi yang memiliki identitas ganda sebagai "Crow", seorang dewa bisnis yang misterius dan sangat dihormati di dunia internasional. Dika, atau lebih tepatnya Crow, adalah seorang ahli dalam mengelola pasar finansial global dengan aset mencapai miliaran dolar. Dia telah menciptakan program-program teknologi canggih yang digunakan oleh beberapa organisasi besar di seluruh dunia.
Kejadian itu mengubah segalanya bagi Dika dan keluarganya. Ayah Dika, seorang supir sewaan yang sudah lama bekerja keras untuk menyokong keluarganya, tanpa sengaja menabrak seorang pebisnis penting dari luar negeri. Meskipun ayahnya bertanggung jawab dan mengganti rugi atas kejadian tersebut, serangan dari publik dan media terus berlanjut.
Pemberitaan negatif ini membuat reputasi ayah Dika sebagai seorang supir menjadi hancur. Tidak ada lagi yang mau menyewa ayah Dika sebagai supir, karena ketakutan akan dampak negatif dari insiden tersebut. Keluarga Dika terjerat dalam situasi yang sulit, dengan pendapatan keluarga yang sangat terganggu.