BAB 1

11 0 0
                                    

Seorang remaja laki-laki dengan pakaian biru-putih berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tas yang ia gendong di punggung dan kotak kecil berwarna merah muda yang berada di tangannya. Remaja tersebut terlihat masuk kedalam kelas dan tersenyum kepada seseorang yang ia lihat dari arah pintu masuk kelas, remaja itu di kenal dengan nama Ardana Cipta Estiawan ia biasa di panggil dengan nama Cipta. Cipta adalah remaja SMP yang masih duduk kelas sembilan, ia memiliki postur tubuh tinggi dan rambut lurus yang di belah tengah.

Ia dikabarkan menyukai seorang gadis remaja yang duduk di kelas yang sama dengannya, gadis itu cantik dan baik hati, selain itu gadis tersebut juga penyayang hewan dan pengagum senja. Ia dikenal dengan si senja karena kegemarannya dengan senja yang bisa dibilang obsesi senja.

Gadis tersebut bernama Ghea Darmayana Oraido yang biasa dipanggil dengan nama Ghea. Gadis yang kabarnya dikagumi oleh remaja laki-laki bernama Cipta itu tak tau bahwa Cipta mengaguminya secara diam-diam, ia adalah gadis yang tak terlalu perduli dengan orang di sekitar, dia cukup cuek dan dingin walau begitu, ia tetap menjadi gadis yang sangat penyayang pada hewan, bahkan ia bercita-cita menjadi seorang dokter hewan dan membuka klinik hewan di daerah tempat tinggalnya.

Cipta, remaja lelaki itu berjalan menuju bangku Ghea yang berada di barisan terdepan, ia berjalan sambil merapihkan dasinya. Ia berjalan dan kotak kecil di tangannya ia taruh di meja milik Ghea dan duduk di bangkunya tanpa berkata sepatah kata apapaun.

"Apa ini? dia kelewatan kalau bosan." gumam Ghea saat Cipta menaruh kotak di atas mejanya

Cipta memasang wajah datar seakan tak terjadi apapun, ia merencanakan hal tersebut untuk mengungkapkan perasaannya ada Ghea namun, ia masih belum terlalu berani maka dari itu ia hanya memberikan Ghea hadiah kecil yang mungkin akan disukai oleh Ghea.

Bel istirahat berbunyi, Cipta sedang duduk di kantin sambil menikmati makanan siang bersama kedua temannya. Ketiganya sangat menikmati makan siang mereka, disela makan siangnya salah satu dari mereka menyadari ada seorang gadis yang menjadi incaran Cipta akhir-akhir ini.

"Cipta, lihat itu gadis yang kamu suka." celetuk remaja laki-laki yang duduk di depan Cipta
"Siapa memang?" Cuek Cipta
"Tidak perlu pura-pura, kita tau kok kalau kamu suka sama Ghea." ucap remaja laki-laki tersebut

Cipta menghela nafasnya, ia tau apa yang dimaksud dengan temannya. Dirinya memang mengagumimu Ghea tapi ia tak pernah bercerita hal apapun kepada orang lain. Ia hanya menceritakan semuanya didalam dairy dan do'a nya.

"Dari mana kamu tau? aku tidak pernah cerita dengan siapapun." ucap Cipta pada kedua temannya
"Kita tau tadi, kamu katanya kasih hadiah kepada Ghea kan?" Ujar salah satu temannya

Cipta kembali menghela nafasnya, ia menyadari bahwa permainannya kurang rapi sehingga teman-temannya bisa mengetahui bahwa ia sedang mengagumi teman satu kelasnya.

"Revan, kita tidak satu kelas, tapi kenapa bisa tahu." ujar Cipta kepada teman yang berada di sampingnya yang ia panggil dengan nama Revan
"Hei, Arga itu satu kelas sama kamu, pasti aku tahu dong." ucap Revan

Cipta terdiam, ia memperhatikan Ghea yang berada di meja sebrang nya. Ghea terlihat sedang menikmati makan siangnya dan sesekali tersenyum kepada temannya. Cipta bingung dengan perasannya saat ini, ia menganggap wajar bahwa ia menyukai lawan jenis tapi sepertinya ia salah menaruh pada seorang gadis.

✧༺♥༻✧

Kini hari-hari Cipta sama seperti sebelumnya, menyukai Ghea dalam diamnya dan terus menatapnya dalam perasaan yang senang. Namun sejak hari dimana kedua temannya mengetahui ia menyukai Ghea, kini ia tidak menonjolkan dirinya bahwa ia menyukai Ghea. Sejak saat itu Cipta terus memendam perasaan yang ada hatinya kepada Ghea dan tak terasa masa biru-putihnya selesai dan memasuki masa putih abu-abu. Ia memilih sekolah menengah atas formal dan tak ia sangka ternyata ia satu sekolah dengan Ghea dan kembali satu kelas dengan sang pujaan hati.
Ia juga satu kelas dengan temannya dari SMP yaitu Revan yang tadinya tak satu kelas dengannya.

Hari demi hari ia lewati di masa putih abu-abunya dengan hati yang masih ada nama Ghea didalam lubuknya, ia masih menganggumi gadis cantik yang memiliki senyum indah bagai mawar. Ia juga masih belum berani mengungkapkan perasaan yang tumbuh satu tahun lalu disaat ia masih duduk di bangku kelas sembilan.

Cipta memandang wajah cantik Ghea yang sedang tersenyum dengan teman barunya, ia sangat bahagia bahkan senyum indahnya tak lepas dari bibirnya. Satu kata yang berada di benak Cipta saat ini adalah 'Cantik'. Ya, kata itu ada di benaknya ketika ia memandang wajah Ghea walau dari kejauhan.

Revan menepuk pundak Cipta yang membuat Cipta buyar dari pandangannya yang ia fokuskan kepada Ghea.

"Kalau suka ungkapkan, jangan dipendam." Ucap Revan menepuk bahu Cipta

"Belum saat yang tepat." ujar Cipta dan meninggalkan Revan

"Padahal sudah lebih dari dua tahun." gumam Revan heran

Hari demi hari perasaan Cipta pada Ghea semakin besar, ia juga tak tau mengapa perasan tersebut selalu muncul ketika ia mengingat senyum indah Ghea bahkan hanya mendengar namanya pun jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Dan tak terasa dua tahun sudah ia menganggumi gadis pemilik senyum indah tersebut, ia saat ini duduk di bangku kelas sebelas SMA dan kembali dipertemukan dengan Ghea. Bagai takdir memihaknya, ia selalu satu kelas dengan Ghea sejak ia menyukai Ghea, entahlah mungkin Tuhan memang menginginkan Cipta bahagia dengan cara selalu mempertemukan dirinya dan Ghea di dalam satu ruang kelas yang sama.

Sekarang adalah pertengahan semester genap dan tiga bulan lagi ia akan menyelesaikan tugasnya di kelas sebelas dengan hati yang masih tertera nama Ghea di dalam kalbunya, saat ini kelasnya sedang mengadakan permainan untuk mengisi waktu luangnya di jam pelajaran kosong saat ini.

Mereka memainkan permainan Truth or Dare, dimana permainan ini memaksa orang yang menjadi giliran menjawab pertanyaan untuk mengungkap rahasia tau menerima tantangan. Cipta ikut bermain di game tersebut dan salah satu teman satu kelasnya memutar botol yang menjadikannya sebagai patokan agar mereka bisa memberi tantangan padanya. Dan saat botol diputar, Cipta dapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari temannya.

"Cipta, apakah rahasia mu saat ini adalah sedang mengaggumi seorang gadis?" Tanya salah satu temannya

Cipta terdiam dan melirik Ghea lalu menatapnya, Ghea menundukan pandangannya ia tak melihat Cipta.

"Iya, aku mengagumi seorang gadis selama tiga tahun ini." ungkap Cipta sambil menatap Ghea yang sedang menundukkan pandangannya

Seluruh teman sekelasnya terkejut, Cipta pria yang banyak diam ini ternyata menganggumi gadis selama tiga tahun lamanya.

"Hei, siapa yang kamu kagumi? apakah gadis itu ada di kelas ini?" Tanya salah satu teman sekelasnya
"Iya, dia di kelas ini, dia memiliki nama belakang Oraido" Ucap Cipta

Ghea yang merasa memiliki nama belakang tersebut pun mendongakkan kepalanya dan menatap Cipta, ia tak menyangka hampir tiga tahun lalu Cipta memberinya kado kecil yang berisi suatu teka-teki yang cukup membuatnya bingung. Dalam kado kecil yang berisi selembar kertas tersebut berisi.

Batu yang keras bisa hancur karena rintikan hujan, aku harap hatimu yang tak sekeras batu akan tetap dalam kesendirian

Teka-teki yang sempat membuat Ghea bingung kini ia paham, bahwa itu adalah ungkapan hati seorang Cipta kepadanya. Ia tak pernah menyangka pria yang dari dulu satu sekolah dengannya sudah memendam rasa dari lama namun, ia tak bisa menyadarinya.











___________

Hello! Selamat malam!

Hari ini ulang tahun Heesung dan hari ini TUTB publish!

Cerita ini murni dari author yang terinspirasi dari Heesung Enhypen

Jadi jangan lupa ramainkan dan vote juga follow

Makasih udah mampir!

Tiga Tahun untuk Tiga BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang