1

5 1 0
                                    

Kuraih pinggang ramping miliknya untuk lebih mendekat, Keyara terkejut, tubuhnya mematung kala aku mendekatkan wajahku padanya. Bibir kami bersentuhan, aku melumatnya perlahan, membuat gadis itu mengerang tertahan.

"Gal ..."

Wajahnya memerah, Keyara mundur dan menutupinya setiap kali aku menatapnya dengan serius.

"Tolong jangan liat aku kaya gitu ..."

"Meong ..."

"Sialan."

Aku melepasnya. Kuusap bibir ini dan berjongkok mengusap tubuh si Pengganggu ini.
"Kamu keluar dulu ya." Aku menggendongnya, membawa kucing ini ke ... Luar?

Hah?

Kenapa aku di dapur?

"Aku kan udah bilang tadi, pindah dulu. Gimana kalau ada temen kamu lewat coba?"

Tidak kuhiraukan, aku meletakkan kucing ini dengan perlahan ke lantai, tapi bukannya pergi dia malah bermanja di tanganku. Apa kau lapar?

"Gal? Kamu denger aku gak sih?"

"Iya, jadi gimana?"

"Ayo lanjut, di kamar kamu aja. Kosong, kan?"

Sepertinya benar kucingku lapar, apa tidak ada yang memberinya makan seharian ini? Penghuni rumah ini semuanya ke mana sih?

Aku berjalan sambil menggendong kucingku, oh, namanya Margaret, dia perempuan. Sambil membuka laci satu per satu, Margaret terus mengusapkan kepalanya padaku.

"Sebentar ya, seingetku makanannya masih ada." Tapi nihil, sudah laci terakhir pun masih tidak kutemukan di mana makanan kucing ini berada.

"Gal, kok tiba-tiba ngurus kucing sih?!"

Oh, aku lupa dia masih ada di sini.

"Sebentar, Margaret lapar, aku harus kasih makan dulu supaya dia gak berisik."

Dia Keyara, kekasihku(?) Mungkin. Aku tidak sedekat itu dengannya.

Hubungan kami sulit untuk dijelaskan, karena terkadang aku dengannya dekat, sangat dekat sampai aku bisa dengan leluasa memperlihatkan tubuhku padanya. Keyara meraih Margaret dari pelukanku dan menggendongnya.

"Aku pulang aja ya?" Dia beralih ke pelukanku, matanya yang lentik itu menatapku dengan manja.

Jangan berdiri.

"Oke." Aku meraih Margaret kembali, Keyara menatapku heran, tidak kuhiraukan. Aku berlari pergi meninggalkannya sambil membawa Margaret.

Sebelum bermalam dengan Keyara, setidaknya kucingku harus dikasih makan dulu.

Pas sekali aku melihat Soren sedang duduk menonton televisi.

"Hei."

"Lorentz? Kenapa?"

"Tolong kasih makan Margaret."

Aku hanya meletakkan Margaret dan pergi, aku bahkan tidak menanyakan kenapa Soren menangis. Aku tidak punya waktu untuk itu.

***

"Lo ... Cat rambut lagi?"

Aku menyesap susu hangat yang Clay buatkan pagi ini sambil membaca artikel di ponsel, namun saat mataku berpaling aku malah dikejutkan dengan Soren yang datang dengan warna barunya. Lagi.

"Iya. Gue enggak kepikiran warna lain lagi. Merah bagus, kan?" Soren tidak melihatku.

"Bagus aja sih." Aku kembali mengesap susu dan tidak menghiraukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArsenioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang