Untuk pertama kalinya dalam hidup Fang ia membenci hujan.
Karena hujan telah membawa cintanya pergi."Tan, aku bisa menjelaskannya." Dengan sorot mata yang sendu Fang memohon.
"Aku sudah cukup, Fang." Helaan nafas kasar yang Tan hembuskan sarat akan lelah yang dirasanya.
Tangan Fang terulur untuk meraih tangan Tan namun cepat ditepisnya. "Aku sudah lelah menjadi bodoh, Fang. Aku selalu menutup mata ku ketika kamu bersikap baik dengan mantan kekasihmu. Aku selalu menunjukkan pada dunia bahwa bagaimanapun cintaku sangat besar padamu. Aku selalu mengatakan pada mereka bahwa kamu memiliki semua yang aku cari, kamu lebih dari dunia ku, kamu adalah semesta ku. Tapi sekarang tidak lagi. Kamu tidak bisa lagi menjadi rumahku. Aku tidak bisa lagi datang padamu saat aku ingin pulang. Aku semakin sulit menemui mu. Kamu tahu? Ini sangat sakit untuk ku."
Air menggenang di pelupuk mata Fang membuat pandangan pada lawan bicaranya mengabur. "Lalu ketika kita putus hatimu akan berhenti sakit?"
Tan menarik nafasnya panjang. "Ya aku rasa."
"Baiklah."
"Bahkan ini terlihat sangat mudah untukmu."
"Aku akan membuat ini menjadi mudah. Jadi pergilah."
Tan menatap lekat pada pemuda di depannya yang terus berpaling muka. Tanpa mengatakan apapun lagi Tan membawa langkahnya pergi.
Yang bisa Fang lakukan hanya melihat bayang Tan yang berjalan menjauh dengan ekor matanya. Air mata yang sedari tadi Fang tahan mulai membasahi pipi bersamaan dengan air hujan yang jatuh ke bumi.
Hujan turun deras seolah ikut merasakan kesedihan seorang Fang. Hujan menghapus jejak air mata di pipi Fang.
Fang melihat di depan sana Tan tetap berjalan tak sedikitpun berbalik untuk berlari melindungi Fang dari hujan seperti biasanya.
Hujan membawa cintanya pergi.