05

20 3 0
                                    

Sepulang sekolah Jia selalu pulang ke rumah Johan untuk makan siang, setelah itu ia pergi untuk les sampai sore hari. Ayahnya berkata, bahwasannya ia perlu belajar lebih banyak pelajaran lagi untuk masa depan yang baik.

Sebelum ia pergi les, Jia sempatkan untuk pulang kerumah terlebih dahulu. Dia berencana memberikan roti lapis untuk anak lelaki yang ia kagumi itu. Tidak lupa juga dengan secarik kertas berwarna ungu yang berisikan kata "semangat!" Tertulis rapi disitu.

Ia akan memberikannya saat jam istirahat les, sedikit jauh untuk berjalan kaki dari tempat lesnya. Tapi tidak berpengaruh terhadap Jia, dia akan lakukan untuk orang yang ia kagumi sejak kelas 1 SD itu.

Berpikir barang yang ia bawa sudah lengkap, Jia segera pergi ke halte untuk menunggu bus datang. Saat menunggu Jia di kaget kan dengan Johan yang sudah duduk duluan di sana.

"Hai!" Pria dengan potongan rambut texture crop itu tersenyum manis menyapa Jia. Dia memakai kaos oblong putih polos dan celana hitam pendek, alas kakinya hanyalah sendal jepit berwarna merah.

"Oh? Johan?,"

"Kau mau kemana?" Tanya Jia sebagai basa-basi semata.

"Tidak, aku tidak pergi. Aku hanya ingin duduk disini" jawabnya sambil mengayunkan kakinya.

Jia hanya mengangguk, menerima jawaban Johan. Tangan kiri Jia memegang sebuah kotak bekal dan sebotol air mineral yang terbungkus oleh kantong plastik.

Johan penasaran apa yang dibawa oleh Jia, dengan pikiran yang usil, Johan mengambil kantong tersebut dan melihat isinya.

"Oh,Apa ini? Untuk siapa?, kenapa ada tulisan seperti sedang menyemangati seseorang?" Tanya nya penasaran.

Jia yang merasa malu segera merebut kembali barangnya, "a-anu..." lagi-lagi Jia tidak bisa menjawab karena ini adalah rahasianya. Tepat saat Jia tidak bisa menjawab pertanyaan Johan, bus telah datang.

Seperti di selamatkan oleh alam, Jia melambaikan tangannya sebagai tanda berpamitan kepada Johan. Johan tidak bergeming, ia hanya menatap kepergian Jia.

"Apa itu untuk anak laki-laki kelas sebelah? Apa di akan memberikan nya saat anak laki-laki itu bermain bola sore hari nanti?" Johan bertanya kepada dirinya sendiri.

Johan bukan tidak sengaja menguntit Jia sedari dulu, ada alasan di balik Johan yang selalu mengikuti Jia kemanapun Jia pergi. Namun, Johan tidak berani menguntit apalagi mengintip ke arah rumah Jia.

Kaki Johan mulai melangkah pulang ke arah rumah, tetapi pikiran nya tetap saja berada di secarik kertas berwarna ungu tadi yang di tulis rapi oleh Jia.

ANINTYA  (2007) [ON GOING!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang