"Jangan lakukan demi ibu. Tapi lakukan dengan hatimu. Ibu yakin, ibu mampu membiayai sekolah kalian. Jangan khawatir masalah biayanya," bujuknya kemudian ia memeluk anak bungsunya.
"Maafin Alif, bu" ucapnya menyesal karena sedikit meninggikan suaranya saat bicara dengan ibunya.
"Iya. Yuk, makan dulu. Tadi budhe Ani memberi sayur lodeh dan ikan asin" ucap Risa dan menyuruh Alif untuk duduk dan makan.
Belum lama mereka duduk, terdengar suara motor. Risa tahu jika anaknya yang pulang. Ia beranjak menuju ruang depan. Kedua alisnya saling bertautan. Ia tampak bingung melihat kedua anaknya datang bersamaan, terlebih lagi si sulung sedang menahan emosinya, terlihat dari caranya membuka kasar pintu kamar dan melempar tasnya ke ranjang.
Risa memegang salah satu pundak Rifki, "Ada apa?" tanyanya lembut.
"Tadi kak Rifki bertengkar lagi sama bapak," Adzka celetuk menjawab pertanyaan Risa yang seharusnya Rifki yang menjawabnya.
Rifki duduk di ranjang seraya mengatur napasnya, "Ki...ibu minta tolong, jangan bertengkar lagi dengan bapakmu," ucapnya pada sang anak.
Di ambang pintu kamar, Adzka dan Alif menatap sendu pada ibu mereka, "Mau sampai kapan sih bu! Oke! dulu bapak itu baik sama ibu juga kita. Tapi sekarang! bapak sudah berubah bu!!" marah Rifki meninggikan suaranya.
"Bapak juga sudah banyak memakai uang ibu'kan! Rifki tahu! bapak juga pernah mengambil perhiasan ibu untuk judi!" Risa terdiam. Ia menundukkan wajahnya. Apa yang dikatakan Rifki semua benar.
Rifki merasa bersalah ketika melihat ibunya menyeka air matanya. Ia memegang kedua tangan ibunya, "Bu. Maafin Rifki ya..." sesalnya.
Risa membalas tatapan sendu sang anak padanya. Ia mencoba tersenyum, "Kamu pasti sudah lapar. Ayo makan, ada sayur lodeh dan ikan asin," ajak Risa. Ia beranjak kemudian ke luar dari kamar sang anak menuju dapur.
Rifki tampak menarik napas panjang. Ada rasa sesak setelah melihat wanita kesayangannya menitikkan air mata karena ucapannya tadi.
"Ayo kak, kita makan" ajak Alif pada kedua kakaknya. Adzka mengangguk, dan Rifki beranjak -- lalu berjalan di belakang adiknya.
-
-
-Seorang pria berbadan tegap, kulitnya sawo matang, dan rambutnya yang cepak -- baru saja turun dari angkot. Ia berdiri di depan sebuah rumah yang kini terlihat tak terurus.
Rumput yang tinggi, jendela berdebu bahkan terlihat jaring laba-laba di pintu pagarnya.
Pria itu bernama Ari Samudra Adisaga. Ia adalah kakak dari Tyo. Ia sengaja resign setelah mengajukan pensiun dini karena alasan tertentu.
Tangan kekarnya memegang kepala pintu pagar, lalu membukanya. Ia melangkahkan kaki jenjangnya, kemudian is mengeluarkan kunci dari dalam tasnya.
Rumah usang itu sangat berdebu, namun tertata rapi masih sama seperti dulu. Tidak ada perubahan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Parent" (Yoongi,Seokjin,Jungkook &BTS)
FanfictionHan Hyo Joo sebagai Risa (Ibu) Namjoon sebagai Tyo(Ayah) Yoongi sebagai Rifki (Anak pertama) Seokjin sebagai Adzka (Anak kedua) Jungkook sebagai Alif (Anak terakhir) Jimin sebagai Kino (sahabat Jungkook) Taehyung sebagai Niko (sahabat Jungkook) Ho...