7| Ru, just let it flow

779 114 26
                                    

"RITHA MANOBAN!"

Debam pintu terhempas seraya menampakkan sosok lelaki tinggi semampai yang tergesa. Di tangan kanannya menenteng sebuah paperbag.

"Lo baik-baik aja?" Lelaki itu mengambil alih tempat Yona. Mau tidak mau, Yona mundur beberapa langkah. "Perlu Abang panggilin dokter? Atau ayo kita ke rumah sakit."

Hela napas Ritha terhembus pelan. Baru berselang beberapa menit lalu dia mengabari rumah jika ingin dijemput, sang kakak pun sudah langsung datang dengan raut wajah penuh khawatir. Jika bisa ditebak, kakaknya itu pasti kabur dari kelasnya.

"Abang bolos kelas ya?" Tanya Ritha mengabaikan pertanyaan tadi. Lalu dia bangkit untuk duduk dan menumpuk tangannya di atas tangan sang kakak yang menggenggam tangan lainnya.

"I'm okay, Bang. Abang nggak seharusnya bolos kelas cuma buat jemput Ritha. Orang rumah kan ada. Pasti Abang juga ya yang nyegah Pak Rif buat jemput Ritha?"

Pasalnya, balasan pesan yang dia terima dari rumah adalah; Non Ritha, saya disuruh di rumah aja sama Aden. Den Lal yang mau anter Non pulang.

"Lo kalau udah sampai minta dijemput pasti ada yang nggak beres." Ujar pemuda itu. "Kan, Yon?" Matanya berpindah menatap Ayon yang masih diam berdiri.

"I-iya, Bang. Panick attack nya kayaknya kambuh."

"Abang kabarin Daddy dulu."

"JANGAN! Abang Lalice!" Pekik Ritha. "Ritha nggak mau dilarang Daddy nggak boleh ngampus seminggu ya, Bang. Jangan aduin, please."

Pemuda yang dipanggil Lalice (re:Lalik) itu, jika dilarang maka ia akan anggap sebuah perintah. Dan terkirimlah sebuah pesan aduan tentang kondisi putri satu-satunya di keluarga Manoban.

"Daddy udah Abang kasih tahu." Ungkapnya santai. "Yuk, pulang."

"Bang..." badan Ritha pun meluruh kembali. Pasrah sudah nasibnya setelah ini. Entah sebuah keberuntungan atau keterpurukan yang akan menyergap.

Saat bibir Lalice siap terbuka lagi, Ayon menyela lebih dulu dengan sopan.

"Sori, Bang Lal, Kak Ritha, gue pamit mau ke kelas dulu. Udah mau dimulai nih kelas gue." Ujarnya sambil menyengir kuda, tidak enak juga dia berada di antara kakak adik yang sedang semi berdebat itu.

"Oh ya, nggak apa-apa, Yon. Makasi udah nemenin Ritha ya."

"Sama-sama, Bang Lal."

"Tengkyu, Yon." Tambah Ritha.

Ayon pun keluar sambil melambai dan mengerlingkan mata ke arah Ritha. Begitu pintu ditutup, Lalice jadi teringat sesuatu.

"Terus? Ini?" Tangannya mengangkat tinggi-tinggi sebuah paperbag. "Ini dari siapa? Kalau dari tadi yang nemenin Lo itu Ayon. Kok Mang Anto bilang cowok sipit yang mesenin lo ini? Dia nitip ke Mang Anto buat anter ke sini karena mendadak ada kelas pengganti, jadi nggak bisa ke sini buat pamitan sama nemenin lo lagi." Lalice melirik tajam sang adik. "Siapa?"

Ritha tergeragap, tidak siap dengan pertanyaan sang kakak. Masalahnya,  Ritha hanya sebatas tahu Ruka dan dia juga baru bertemu dengan Ruka tadi.

ToGetHer | RuPha [ABANDONED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang