Old City

86 17 0
                                    

Perjalanan darat selama 6 jam terasa membosankan. Padahal baru separuh perjalanan berarti masih ada 3 jam lagi sampai tujuan.

Membeli tiket murah memang ramah di kantong tetapi terasa agak menyiksa. Punggung setia tegap dan pergerakan kaki sangat sulit karena ada juga orang di depan.

Minji melangkahkan kaki ke kantin kereta. Sedikit tenaga ekstra untuk berjalan karena gerakan kereta yang cepat. Sesekali tangannya memegang ujung atas kursi penumpang lain untuk pegangan.

Arena kantin kereta terasa longgar daripada gerbong tempat di mana kursinya berada. Hanya ada beberapa orang di situ, 3 pegawai dan 2 pengunjung. Minji memesan es teh untuk menyegarkan tenggorokannya.

Duduk di samping jendela. Matanya menerawang jauh, cerita apa yang akan menantinya saat di Old City nanti. Semoga pemilihan liburan di Old City adalah pilihan yang tepat. Semoga.

~

Tas berisi urusan berduniawi dilemparkan begitu saja ketika Minji tiba di kamar hotel. Beban berat di tas menyiksa punggung Minji. Dia mengistirahatkan badannya dulu baru menjelajahi Old City.

Hawa santai sangat terasa begitu kaki Minji berjalan di sekitaran hotel. Toko-toko sudah banyak yang tutup ketika sore. Minji melangkah maju untuk menuju destinasi yang menjadi ikonik Old City.

Bangunan-bangunan lama berdiri megah di sisi kanan kiri. Bunga-bunga yang dirawat memberikan pemandangan warna-warni. Sedap dipandang mata. Minji mengoperasikan kamera yang tergantung di lehernya.

Klik

Klik

Klik

Foto adalah kenangan yang tahan lama. Berbagai sudut Old City tidak luput dari jepretan kamera Minji.

Sekarang sudah pukul 7 malam. Keadaan Old City semakin ramai. Lampu-lampu penerang telah menyala dari sekitar satu setengah jam lalu.

Minji merasakan lapar karena memang sudah lebih dari 10 jam lalu dia menyantap makanan berat. Mata Minji awas untuk melihat menu makanan apa yang cocok ia santap di Old City untuk pertama kalinya.

Tidak ambil waktu lama ia melihat ada logo yang terpampang menyala di sisi kanan jalan. "Makanan Kuno". Haha, Minji tertawa melihat nama kedai tersebut. Emang makanan kuno itu seperti apa? Minji yang penasaran pun menuju kedai tersebut.

Tepat di bangunan kedai Minji dibuat sedikit kecewa karena untuk menuju rumah makan tersebut dia harus menaiki beberapa anak tangga yang sedikit curam. Masa iya orang kelaparan harus olahraga naik tangga dulu?

Napasnya memburu. Menyerap oksigen dengan ngos-ngosan. Tiba di kedai Minji terkesima. Interior di sini benar-benar kuno dan sangat bersih. Aroma makanan menyeruak di indra penciuman.

Berbagai menu macam makanan ada di sini. Minji membaca menu-menu yang tertulis di papan menu. Ada sekitar 30 macam menu sayangnya tidak ada harga yang tertera di situ.

Minji memilih menu yang menurutnya murah. Dia harus berhemat masih ada 6 hari lagi untuknya hidup di sini. Minji mengambil dua tempe goreng, sayur, dan telur.

Untung saja malam Minggu ini tidak begitu ramai pengunjung. Dia bebas memilih untuk duduk di mana saja. Minji memilih duduk di ruangan yang tidak ber-ac. Berniat untuk melihat suasana rumah makan dengan santai.

Minji yang ingin menyendok telur dadarnya didatangi oleh seorang remaja perempuan. Memakai baju biru cerah dan celana putih bersih. "Halo kak.." sapanya.

Minji mendongak. Beberapa detik Minji terkesima di depannya ada seseorang yang menurutnya sangat cantik. Rambutnya di ikat memberikan kesan ringkas. Senyuman yang tercetak sangat manis. Deretan gigi kecil yang rapi sangat pas dipadukan dengan senyuman itu. Oh Tuhan sempurna sekali ciptaan-Mu.

Minji Haerin in Old City Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang