Taehyung mengerutkan keningnya bingung ketika mendapati sang sahabat, Jimin. Lelaki kecil itu berlari menuruni anakan tangga darurat dengan tergesa, wajahnya terlihat memerah jelas sekali tak nyaman. Belum lagi aroma asing yang bisa Taehyung cium yang menguar tipis dari sahabatnya itu semakin membuat tanda tanya besar di kepalanya. Sejujurnya sedari tadi Taehyung mencari keberadaan Jimin, ingin menawarkan beberapa perkenalan dengan mereka para penjahat kelas kakap yang sudah datang, ingin berbagi asumsi juga perihal mana JK si mafia paling menakutkan itu sebenarnya.
Taehyung bawa langkahnya mendekat, terhenti sejenak ketika sebuah sosok tubuh kecil itu memilih berlalu begitu saja, Jimin pergi menghilang entah kemana. Lagi. Menghilang di antara kerumunan manusia yang sedang sibuk saling menjilat satu sama lain, ya tentu saja itu adalah hal biasa. Bukan hal aneh jika mereka membangun relasi di sini, memang benar itu tujuan acara ini di buat.
Memilih mengedikkan bahunya acuh, Taehyung meraih segelas wine lain dari atas meja. Mulai menyesap minuman itu lembut. Mungkin setelah satu gelas ini ia akan Kembali mencari sahabatnya itu. Mungkin kini Jimin dengan sibuk dengan seorang alpha? Entahlah Taehyung tidak yakin, walau ia mencium tipis aroma alpha lain pada Jimin, tapi Taehyung cukup yakin sahabatnya itu tidak tertarik pada hal-hal gila yang menunjukkan sisi omeganya.
Di sisi lain, Jimin meremat kuat tangannya. Mengepal begitu keras, membawa langkahnya menjauh dari kerumunan. Memasuki salah satu sudut kamar mandi yang cukup jauh dari ruang pesta, memilih tempat paling sepi yang bisa ia masuki segera. Jimin butuh menyendiri saat ini, bukan ia tidak melihat Taehyung tadi menyapanya, Jimin menyadari keberadaan sahabatnya itu. Tapi sungguh keadaannya saat ini amat sangat tidak memungkinkan untuk menjelaskan apa pun itu pada Taehyung, lebih tepatnya Jimin tidak ingin. Ia hanya butuh membawa dirinya menyendiri dan memastikan tidak ada yang bisa mencium feromont manisnya ini sama sekali.
"Fuck!" Jimin mengumpat, memukul pintu toilet itu keras, wajah kecil lelaki itu memerah parah. Menampilkan raut tidak suka juga tidak nyamannya pada pantulan kaca. Jelas sekali lelaki bertubuh kecil dengan balutan tuxedo abu itu tidak menyukai apa yang baru saja ia alami. Rambut yang sudah Jimin tata sedemikian rupa, sengaja ia sisir kebelakang menampilkan dahi yang penuh, menunjukkan sisi maskulinnya malam ini. rusak sudah, ia sendiri penyebabnya. Sedari tadi Ketika turun dari anakkan tangga rooftop ia sudah sibuk menjambak rambutnya sendiri frustasi.
Bayangkan itu Kembali terlintas dalam benaknya. Membawa Kembali sosok lelaki yang Jimin akui memang memiliki wajah bak pahatan dewa yang tentu jelas adalah alphanya, setelah apa yang sudah terjadi di atas tadi tentu saja Jimin tidak bisa denial untuk mengatakan jika ia tidak mungkin memiliki seorang Alpha, terlebih memang sebuah fakta jika memang dirinya adalah seorang Omega. Setelah apa yang terjadi di atas tadi, aroma, aura mematika juga dominasi yang lelaki itu tunjukkan pada Jimin jelas benar adalah mutlak lelaki itu adalah aplhanya, walau hingga detik ini Jimin menolak dengan penuh kesadaran fakta bahwa beberapa menit yang lalu ia baru saja bertemu dengan alphanya setelah tiga puluh empat tahun hidupnya.
"Oh sial! Sialan!" Lagi umpatan itu jelas begitu mulus keluar dari bibir tebal sang lelaki manis. Jimin masih merasakan aroma maskulin itu menyelimuti dirinya. Memberikan afeksi yang tidak bisa Jimin tolak tentu saja. membuatnya kesal luar biasa, menatap wajahnya yang sangat kacau pada pantulan kaca, demi apapun tidak pernah sekalipun dalam benak sang letnat muda bahwa di dalam hidupnya yang sudah cukup lama akhirnya ia menemukan pasangan hidupnya, yang di takdirkan untuknya, demi dewi bulan yang amat sangat Jimin benci ia mengutuk takdir sialan yang Kembali ia terima.
Ini tidak pernah masuk dalam mimpi bahkan hal-hal yang Jimin inginkan untuk masa depannya kelak. Sungguh ia tidak berah berpikir akan menjadi omega yang melahirkan keturunan langsung seorang alpha, Jimin sangat membenci hal itu, membayangkannya saja Jimin enggan apalagi sampai melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGA
FanfictionTerlalu lama sendiri, terlalu sibuk menyangkal diri hingga Jimin lupa jika ia adalah seorang Omega yang tidak akan mampu menolak Alphanya. Bahkan jika sang Alpha adalah mafia paling menakutkan yang seharusnya Jimin hancurkan dengan tangannya. Sekali...