Jeonghan duduk sendiri di sudut kamarnya yang sepi, melihat-lihat barang-barangnya yang masih terkemas rapi di dalam koper besar. Cahaya matahari siang yang masuk melalui jendela membuat bayangan-bayangan halus menari di sekitar ruangan, menciptakan suasana yang tenang namun juga membingungkan di dalam hatinya. Di antara baju-baju dan barang-barang pribadinya, ia menemukan dirinya terperangkap dalam memori malam yang hangat bersama Seungcheol.
Jeonghan mengingat dengan jelas tatapan mata Seungcheol yang mereka bagikan pada saat Seungcheol berangkat bersama Seokmin dan Jisoo. Pandangan Jeonghan yang seakan hendak menyapa terbalas pandangan Seungcheol dengan sesuatu di dalamnya yang membuatnya merasa bahwa keterikatan itu tidak seutuhnya ada. Kilasannya pada pandangan itu membuatnya merasa terdorong untuk mencari makna yang tersembunyi di baliknya. Namun, semakin dalam ia membenamkan diri dalam refleksi itu, semakin jelas pula bahwa pertemuan mereka hanyalah pertemuan sementara, seperti dua orang asing yang terikat oleh kebetulan semalam.
Sadar akan kenyataan ini membuat Jeonghan merenung dalam diam. Ia menyadari bahwa bagi Seungcheol, mungkin saja ia hanya menjadi bagian dari kenangan yang cepat pudar. Pikirannya terombang-ambing antara hangatnya momen bersama dan dinginnya realitas bahwa mereka mungkin tidak akan bertemu lagi seperti itu. Dalam kebimbangan yang mendalam, Jeonghan akhirnya menutup mata sejenak, dan tanpa disadarinya, ia tenggelam dalam tidur siang yang tak terduga.
•••
Sementara itu di sisi lainnya setelah berangkat..
“Siapa yang ada di rumahmu tadi?”
Tanya Seungcheol acuh tak acuh sementara pandangannya tak lepas dari ponselnya.
Jisoo yang sedang menyuapi Seokmin cemilan menoleh ke belakang.
“Ah, dia MUA baruku. Cantik kan? Namanya Jeonghan”
Seungcheol hanya mendengus.
“Terserah”
---
Kembali ke Jeonghan..
Setelah terbangun dari tidur siangnya, Jeonghan merasakan kelegaan menyelimuti dirinya. Cahaya senja yang memasuki kamar mengingatkannya bahwa waktu sudah menunjukkan sore hari. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum merapikan barang-barangnya yang masih tersimpan di dalam koper besar. Air hangat dari pancuran memberinya sensasi menyegarkan setelah tidur yang terlalu lama.
Sesaat setelah itu, telepon genggamnya berdering, menarik perhatian Jeonghan. Pesan dari Jisoo membuatnya tersenyum: Jisoo memberitahu bahwa ia akan pulang malam ini, sehingga Jeonghan tidak perlu menunggunya. Jeonghan melanjutkan untuk merapikan barang-barangnya dengan hati-hati, menyusunnya rapi di dalam lemari.
Setelah selesai dengan urusan itu, Jeonghan berjalan ke dapur dengan langkah ringan. Ia melihat bahan-bahan makanan yang tersedia di kulkas dan merenung sejenak. Akhirnya, ia memutuskan untuk memasak sesuatu yang sederhana. Dengan telaten, ia mempersiapkan sayuran segar dan potongan daging ayam, menciptakan aroma harum yang mengisi ruangan saat ia memasak di atas kompor.
Proses memasak itu memberinya waktu untuk merenung dan melupakan sejenak pikirannya yang sempat melayang-layang tadi siang. Ia menikmati momen kesendirian yang tenang, diiringi oleh suara gemerisik minyak panas dan aroma makanan yang semakin memikat.
Setelah memasak, Jeonghan akhirnya menyelesaikan hidangan sederhana yang ia buat. Aroma wangi dari masakannya mengundang selera, dan ia pun duduk di meja makan dengan piring yang baru saja ia isi. Saat sedang menikmati makanannya yang masih hangat, tiba-tiba suara pintu depan terbuka dengan gemerincing ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Itu
Fanfiction[slow update] Menghabiskan malam yang panas, dua sejoli tenggelam dalam nafsu dunia Hingga salah satu dari mereka memilih pergi sementara yang tinggal menyadari tumbuhnya buah hati Malam itu, semuanya berubah *Mohon baca tag