Bagi Cia, tidak ada yang lebih penting dari Naufal. Semua hidupnya bergantung pada Naufal. Kebahagiaan nya juga pada Naufal. Naufal itu baik hati, rendah hati, pintar sekali, dan pacarable. Makanya Cia cinta mati sekaleeee.
Tapi Naufal berbeda. Bagi Naufal, Cia adalah boneka cantik yang bisa menemaninya kapan saja ia butuh. Memberikan apa yang ia mau. Tanpa Naufal sadari kalau Cia .... Berbahaya.
Enggak.
Bercanda.
Cia itu sungguh luar biasa baiknya. Suaranya lembut seperti nyanyian siren. Suka senyum dan menolong orang lain. Minusnya ya itu .... Senggol bacok. Tapi mana ada yang berani menyenggol seorang Dewi seperti Cia.
Kecuali satu orang saja. Ya siapa lagi kalau bukan kekasihnya. Cia rela tunduk begitu saja padanya. Hanya dengan satu syarat bermodalkan cap darah sebelum mereka pacaran.
"Karena kamu nembak aku. Kamu harus tanda tangani ini yaa, Nau." Cia waktu itu memberikan surat kepada Naufal yang tentu saja tanpa di baca ia akan langsung menyetujui.
"Pena -"
"Enggak pake pena. Ini." Cia mengeluarkan pisau kecil dan mengiris kecil jempol Naufal. Lalu menempelkan darahnya di kertas.
Naufal mengerjap. Sedikit perih lalu di isap darahnya oleh Cia.
"Kamu ... Makan?"
Cia dengan santai mengangguk. "Iya darah kamu manis juga."
Lalu Naufal tidak akan menyadari hari-harinya akan terlewati bersama Sang Dewi.
Cia itu anaknya baik hati. Enggak neko neko sebenarnya. Hidup seperti manusia normal. Dia emang normal kok. Makan 3 kali sehari. Pagi siang malam. Dengan lauk yang berbeda-beda. Kadang usus, kadang jantung, kadang otak. Yaaa tergantung mood. Dia pecinta semua jenis makanan soalnya.
Seperti sekarang. Dia sedang ingin makan otak. Jadi ia mencari orang pintar supaya otaknya ikut pintar. Tidak perlu sih repot repot baca buku.
Tapi kebetulan Naufal datang menjenguknya hari ini. Mengajak makan malam bersama. Ia akan memasak untuk Cia.
"Mau makan apa?"
"Otak."
"Ya siapa?"
"Kamu. Kamu kan pintar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Beautiful
Random"Kalau putus mending salah satu dari kita mati aja." "Bagaimana kalau kita mati bareng?" "ide bagus."