49. Spend the Night

311 28 3
                                    

HappyReading







Seorang gadis dengan kacamata hitam tengah mengintai Mona yang duduk tak jauh darinya.

Wanita yang menyandang sebagai ibu tiri Miguel itu sedang berpegangan tangan mesra bersama seorang lelaki di meja paling ujung.

Clara tersenyum miring melihat hasil potretnya yang cantik walaupun sembunyi-sembunyi. Gadis itu mengangkat tangan memanggil seorang waiters. Ia memberikan uang lalu membisikkan sesuatu pada wanita berseragam putih hitam itu.

Waiters menyetujui rencana licik Clara dan menerima amplop tebal darinya.

Setiap rencana Clara selalu berjalan mulus. Untuk menyelesaikan hubungan Railey dan Miguel bukanlah perkara besar baginya.

Waiters itu datang meletakkan minuman yang dipesan oleh Mona dan Ardo—selingkuhannya— lalu mengganti botol merica yang ada di meja.

"Permisi saya ambil botol merica ini karena sudah habis," ujar Waiters.

Mona tidak peduli banyak. Berbeda dengan Clara yang tersenyum penuh saat botol merica yang telah Ia beri perekam suara telah diletakkan di meja Mona.

"Kita bakal nikah kan?" Tanya Mona sambil terus memegang tangan Ardo.

"Iya sayang," jawab lelaki itu, "setelah kamu menceraikan suami tua mu itu, kita segera menikah."

Mona tersenyum, "aku akan mengambil harta milik Alwar."

Ardo terkekeh, "yang terpenting buat aku adalah nikahin kamu."

"Tapi harta juga penting buat aku, Do."

"Alwar punya anak, mereka yang akan mewarisi harta ayahnya," kata Ardo.

"Harta Alwar itu banyak. Kalau aku ambil setengah pun nggak bakal ketahuan," ujar Mona, "anak-anak Alwar juga nggak minat nerusin bisnis ayahnya. Apa salahnya kalau bisnis ini dilimpahkan ke aku."

Ardo terkekeh, "kamu emang nggak pernah berubah dari dulu."

"Nggak sia-sia aku nyuntikin insulin ke infus Anna dulu. Seketika gulanya drop dan puuff..." Mona menjentikkan jari, "she's die."

"Emang Alwar udah kasih bisnisnya ke kamu?"

"Pasti sayang," ujar Mona. "Alwar pasti ngasih apapun yang aku minta."

Ardo terkekeh, "terus, rencana kamu selanjutnya?"

"Alwar punya masalah sama lambungnya," Mona menyeringai, "aku udah siapin beberapa obat agar penyakit lambungnya meningkat dan dia meninggal. Tapi semua itu akan aku lakuin kalau dia sudah menandatangani surat pelimpahan kekuasaan dan harta ke aku."

"Kapan?"

"Secepatnya sayang. Secepatnya," ujar Mona yakin, "aku udah nggak betah tinggal serumah sama anak-anak Anna. Aku pengen usir mereka semua dari rumah itu."

Clara duduk santai sambil menunggu Mona pulang dan waiters itu kembali sambil memberikan botol merica alias perekam suara miliknya.

Lihat saja, bahkan Clara tidak perlu susah payah melakukan apapun, dia juga tidak perlu mengotori tangannya. Semua oramg seakan sedia ikut membantu setiap rencananya.

"Kebahagiaanmu nomer satu Clara," monolog gadis itu.













* * *













* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jasa Boga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang