2 tahun kemudian...
Nana memang tidak lagi pernah menghubungi Arka sejak kepergiannya. Jangankan menghubungi, melihat rupanya terakhir kali sebelum dia ke Rusia pun, Nana memang tidak. Beberapa bulan menjalani hari-hari yang hampa berharap ingatannya lekas lupa, Nana membuktikan bahwa meski tidak ada Arka pun, langit masih biru, matahari masih terbit, cuciannya masih kering, warung depan kompleknya masih buka, dan kuliahnya masih tetap berjalan lancar jaya.
Nyatanya, Arka tidak seistimewa itu hingga ia perlu berlarut-larut. Tapi Nana juga membenarkan, bahwa memang berat menjalani hari-hari tanpa Arka sebelumnya karena ia sudah punya peran cukup penting baginya. Tapi kemudian Nana menyadari, dia hanya sendirian. Arka tidak menganggapnya sepenting itu untuk di pertahankan. Dia sendiri yang memintanya untuk tidak menunggu dan memutuskan hubungan diantara mereka.
Meski menangis setiap ada kesempatan, merindukan Arka dan memutar banyaknya momen pria itu di ingatannya, Nana memaksa dirinya untuk tidak menetap disana. Ia punya banyak sekali hal yang perlu di urus dan bukan hanya Arka urusannya di dunia ini.
Semuanya berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya tanpa sengaja Nana mengetahui sesuatu mengenai pria yang mungkin hingga saat ini masih enggan meninggalkan hatinya.
"Ini siluman babi maksudnya apa sih?" Joyana memaki, mereka sedang di kelas yang kosong. Hari ini adalah hari terakhir ujian sebelum mereka memasuki semester baru.
Joyana tau Nana sudah putus, dia pun tidak pernah cari tau soal Arka. Namun rupanya cela itu tetap ada, Joyana ternyata berhubungan dengan Sivia di sosial media. Entah bagaimana caranya, Nana tidak mau tau. Joyana hanya mengatakan kalau Sivia duluan yang mengikuti Instagram nya.
Joyana bahkan nyaris lupa itu kalau bukan karena siang ini ia tanpa sengaja melihat nama Sivia baru saja memposting sebuah foto.
Foto dirinya yang melakukan selfie bersama Arka dan satu pria paru baya yang Nana masih ingat, dia adalah ayahnya Arka. Bukan itu point nya. Kalau bukan karena foto ini, Nana tidak akan tau kalau ternyata Sivia bersama Arka di negara yang sama bahkan sedekat ini. Sepertinya, wacana perjodohan diantara mereka akan kembali di usahakan. Pikirannya itu membuat mood Nana jadi agak berantakan.
Kenapa percintaannya rumit sekali sih? Kenapa tidak seperti orang lain?
"Lo tau ini?" Nana menggeleng, Arka bahkan juga tidak bilang kalau pada akhirnya ia akan ke Rusia dan hubungan mereka akan berakhir begitu saja kan? Seharusnya dia tidak usah kaget untuk yang satu ini.
Caption foto itu berbunyi;
Dinner with Arka and uncle
Dengan tambahan emot hati berwarna merah, sebanyak dua biji.
"Gila" Joy menutup aplikasi Instagram nya. Nana dan Arka yang sempat jadi pusat perhatian sekampus, ia agak menyayangkan sikap Arka yang seenaknya begini pada Nana. Memang, ini sudah dua tahun. Nana juga sudah kembali ceria, ia bahkan menerima semua orang yang datang dan mencoba mendekatinya. Tapi tetap saja, pasti ada rasa sedih walaupun cuma secuil.
Nana akan berusaha maklum, mungkin karena kebetulan sering ketemu dan bersama membuat perasaan itu pelan-pelan tumbuh. Nana memang tidak akan percaya dengan yang namanya LDR, dan Arka membuktikan itu. Dia bisa terlena dan dengan cepat sembuh karena ada Sivia yang selalu ada disisinya. Dan sebaiknya ia tidak cemburu karena Arka bukan lagi siapa-siapa baginya.
"Gak papa ya Na? Lo juga harus bisa move on" Joy berniat memberi motivasi. Tapi dia sepertinya lupa, tidak memiliki pengganti bukan berarti Nana belum move on.
Move on?
Nana saja masih bingung, dia sudah di tahap itu belum?
"Aku udah move on kok, Arka juga punya hak buat cari yang lain kan?" Ucap Nana bagai mantra untuk dirinya sendiri.
"Yaudah gini aja, liburan ini gimana kalau kita liburan bareng anak-anak yang lain?" Anak-anak yang lain yang di maksud Joy adalah beberapa teman mereka yang lumayan dekat. Mereka ada rencana untuk berlibur dan menginap selama beberapa hari di Bali.
"Sekalian healing, siapa tau disana ada bule kepincut sama lo." Nana tertawa. Meski sebenarnya dia belum ada keinginan untuk membuka hati untuk orang baru
Tapi kalau Arka sudah, kenapa dia tidak?
"Atau mau sama kak Dirga aja yang makin kesini makin ganteng setelah jadi anak kantoran?" Joy memainkan alisnya berniat menggoda Nana.
Ngomong-ngomong soal Dirga, beberapa bulan yang lalu ia dan Joy tidak sengaja bertemu dengannya di warung mie ayam. Pria itu rapi dengan setelan kerja khas pria kantoran. Nana juga sempat terkesima, Dirga meminta kembali nomor ponsel Nana yang memang menggantinya juga bahkan mengganti ponselnya sekalian.
Tanpa berfikir macam-macam juga karena di pengaruhi Joy, Nana memberikan. Pria itu lumayan rutin mengiriminya pesan, juga sudah pernah mengajak Nana sekedar makan siang bersama beberapa kali. Nana sedang tidak berusaha untuk mencari orang baru, ia murni mengiyakan karena memang ia mau saja. Namun semua itu Nana hentikan ketika Dirga meminta izin padanya untuk melakukan pendekatan. Rasa sukanya pada Nana sejak kuliah ternyata masih ia simpan.
Nana agak..takut? Entah
Tapi yang jelas, Nana tidak mau Dirga membuang-buang waktunya dengan mencoba mengejarnya. Karena Nana juga masih sama, ia tidak menganggap Dirga lebih dari seorang teman. Maka Nana membatasi seluruh komunikasi nya dengan Dirga.
"Aku izin ayah sama ibu dulu deh" Nana sudah dewasa, sebentar lagi kalau tuhan mengijinkan ia juga akan lulus, tapi bagi Bagas dan Rissa ia akan tetap menjadi anak-anak.
_____
Nana terpaksa jalan kaki memasuki komplek perumahannya, ojek online yang ia naiki motornya mogok karena kehabisan bensin. Untungnya sudah tidak jauh, makanya Nana rela untuk berjalan kaki.
Nana tidak tau ada acara apa, tapi rumah Arka yang selama dua tahun kosong karena tante Intan dan kakak-kakak Arka memilih tinggal di rumah neneknya di desa-, sekarang jadi ramai. Ada mobil pickup yang menurunkan beberapa barang
"Nana, apa kabar?" Nana membulatkan matanya karena terkejut. Sapaan tadi berasal dari Elina yang sudah lama sekali tidak Nana lihat sosoknya. Nana spontan mempercepat langkahnya, memeluk Elina yang juga membalasnya.
"Kapan balik?" Elina selama ini hanya bilang kalau dia tinggal dirumah neneknya. Itu saja, karena Nana juga tidak cari tau lebih dalam.
"Baru aja nyampe, gue masuk dulu ya, mau beres-beres." Nana mengangguk, tau sendirilah rumahnya pasti kotor dan berdebu setelah di tinggal lama.
Nana sudah membuka pagar rumahnya saat Elina kembali memanggilnya, mereka berhadapan di depan pagar masing-masing.
"Arka juga ada di dalem, baru mendarat tadi siang." Nana merinding. Kulitnya meremang mendengar ucapan Elina barusan.
Arka? Dia sudah pulang? Nana kira, perpisahan yang lumayan membekas itu membuat Arka mungkin akan kembali 10 atau 11 tahun kedepan. Dia sendiri juga mengakui kalau ia tidak tau kapan akan kembali, lalu kenapa tiba-tiba dia disini? Apa Elina bercanda?
Nana hanya mengangguk, ia kembali melangkah masuk ke rumahnya. Meski hatinya seakan bergetar mendengar kepulangan Arka, pikirannya pun tidak akan pernah lupa bahwa Arka bukan lagi siapa-siapa. Maka kembalinya pria itu sama sekali tidak mengubah apapun dan Nana seharusnya tidak usah merasa penasaran. Lagi pula, dia sudah punya Sivia kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?