2. Kehadiran Yang Tak Diinginkan

376 59 43
                                    

Keesokan harinya, saat sarapan, Tanya mencoba berbicara dengan ibunya. "Mom, kenapa gak pernah ngasih tau aku tentang Steven sebelumnya?" tanyanya dengan nada serius.

Hani terlihat sedikit gugup. "Maaf, Tanya. Mom tidak tahu bagaimana cara memberitahumu. Mom khawatir kamu tidak akan menerima hubunganku dengan Steven."

Tanya menghela napas. "Mom, aku ingin Mom bahagia. Tapi hubungan ini... terlalu mengejutkan bagiku. Steven hanya lima tahun lebih tua dariku. Bagaimana aku bisa menerimanya sebagai pacarmu?"

Hani meraih tangan Tanya dengan lembut. "Aku mengerti, sayang. Tapi Steven membuatku bahagia. Setelah bertahun-tahun merasa kesepian, aku merasa hidupku berubah sejak bertemu dengannya. Aku berharap kamu bisa mencoba menerima Steven."

Tanya menatap ibunya dengan perasaan campur aduk. Ia tidak ingin melihat ibunya kesepian, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman yang dirasakannya. "Mom gak ngerti, mom gak akan pernah ngerti. Aku bahkan gak tau wajah ayahku. Akta kelahiran juga menunjukkan aku terlahir dari seorang ibu aja. Apa aku ini, anak tidak sah?" ia bertanya dengan air mata yang tidak lagi bisa ditahan di pelupuk matanya.

Hani tidak mampu menjawab. Ia hanya diam tak menjawab sang putri, hanya menahan air mata dan melanjutkan acara sarapan pagi mereka.

Hari itu, baik Tanya maupun ibunya pergi ke kantor dengan perasaan yang sama-sama tidak terbaca. Bahkan, saat pulang pun, Tanya tidak memedulikan eksistensi apartemen yang tampak sepi dan gelap. Gadis itu sudah kacau seharian ini. Pun dengan sang kekasih yang tidak bisa dihubungi, menambah kesengsaraan buatnya.

Pagi yang mengejutkan. Matahari baru saja terbit ketika Tanya terbangun dari tidurnya. Suara dari dapur membuatnya terkejut. Ia mengerutkan kening dan meraih jam weker di samping tempat tidurnya. Pukul enam pagi. Siapa yang ada di dapur sepagi ini? Dengan rasa penasaran, Tanya keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Di sana, ia menemukan Steven, pria yang baru saja diperkenalkan oleh ibunya, sedang memasak sandwich.

"Selamat pagi, Tanya," sapa Steven dengan senyum ramah. "Aku membuatkanmu sarapan."

Tanya tertegun sejenak sebelum rasa marah mulai merayap ke dalam dirinya. "Apa yang kau lakukan di sini sepagi ini?" tanyanya dengan nada tegang.

"Ibumu harus pergi ke luar kota untuk urusan bisnis," jawab Steven dengan tenang. "Dia meminta aku untuk tinggal di sini sementara waktu, untuk menjagamu."

Tanya merasa darahnya mendidih. "Mom yang meminta? Jadi, sekarang, kau tinggal di sini?" ia bertanya tak terima. Alisnya mengerut dengan ekspresi yang tidak terbaca.

Steven mengangguk. "Ya, tapi jangan khawatir. Aku tidur di kamar terpisah." katanya meyakinkan.

Tanya menggelengkan kepala, berusaha menahan amarah yang semakin memuncak. "Ini gila. Dua orang dewasa yang nyaris tidak saling mengenal tinggal di apartemen yang sama. Apa yang ibuku pikirkan?"

"Tenang, Tanya. Aku di sini untuk menjaga ibumu dan kamu," kata Steven, mencoba menenangkan Tanya.

Namun, kata-kata Steven justru membuat Tanya semakin marah. "Tenang? Aku tenang sebelum adanya kehadiranmu, Steven! Aku tidak butuh penjagaanmu. Dan aku tidak setuju dengan ini. Ibuku seharusnya meminta persetujuanku sebelum membuat keputusan seperti ini!"

Dengan nada penuh kemarahan, Tanya meninggalkan dapur dan kembali ke kamarnya. Ia merasa frustasi dan marah, tidak hanya kepada Steven, tetapi juga kepada ibunya yang mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengannya. Pagi itu, mood Tanya benar-benar buruk.

Sesampainya di kantor, Tanya mencoba untuk fokus pada pekerjaannya. Namun, pikirannya terus-menerus terganggu oleh kehadiran Steven di apartemennya. Rasa frustasi itu semakin diperparah ketika Tanya mendapatkan tugas yang sangat rumit. Salah satu investor penting perusahaan tiba-tiba memutuskan untuk menarik investasinya, dan Tanya harus segera mencari solusi.

My Mom's Lover • soohyun jiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang