Seusai memberikan plat, sang guru mengamati plat tersebut.
"Sepertinya ini memang dari sekte bunga kamboja. Aku dan beberapa muridku pernah melawan mereka," jelas Tong Hua.Satu malam sebelum malam kedua
"Tolong... Tolong." Suara rintihan lelaki paruh baya di tengah berisiknya suara hujan. Beberapa sudah tewas karena di jarah.
Sang pemimpin berusaha melawan 5 orang sekte kamboja. Cara bertarung mereka benar benar kuat sehingga guru pun tak sanggup.
"Berikan 100 tel perak!!"
Bentakan yang begitu nyaring ditengah gemercik hujan.Tanpa berlama-lama, mereka memberikan semua harta mereka hanya karena mereka sayang nyawa.
Ucapan sekte kamboja memang kejam lebih dari sekedar tusukan pisau."Kamu, benar-benar lemah. Bagai mana jika purnama berikutnya engkau harus menurunkan 10 murid untuk bertarung dengan muridku, maka akan ku kembalikan uangmu 1000 tel perak. Tetapi jika kau kalah, maka kau harus menjalani hukuman mati dan menyerahkan semua perguruan mu untukku."
Saat itu pendekar Elang dengan guru Tong Hua yang masih memiliki kerajaan Chensen. Hanya bisa tunduk pasrah karena tak bisa apa-apa.
Akhirnya perguruan Chensen jatuh ke tangan sekte kamboja tanpa pikir panjang tanda tangan di setujui.
"Sekarang, kita hanya memiliki satu perguruan dalam desa TongHa," lirihnya.
Chao yang saat itu masih polos hanya bisa tertunduk dan mengikuti perkataan gurunya. Ia langsung membawa guru ke dalam sebuah kuil tua untuk di obati.
Beberapa luka tusukan terlihat di sana.
Ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Karena ilmu yang ia miliki belum sebanding dengan pendekar Elang dan juga guru Huo Hong."Mungkin, mereka memiliki alasan kenapa ingin menjarah kerajaan ini," kata pendekar Elang.
"Ada kaitannya dengan tragedi malam petaka," sambung Chao.
Guru Tong Hua menganggukkan kepalanya seraya tersenyum dan menggenggam tangan kedua murid tercintanya. "Tragedi itu, akan menjadi awal bangkitnya perguruan kita. Kita utamakan keselamatan, berdoa pada dewa kalau semesta pasti berpihak pada kita. Karena pihak yang bersalah pasti mendapat hikayat."
Malam kedua
"Begitulah ceritanya, pihak sekte kamboja mengambil alih perguruan Chensen. Dengan paksa. Dan beberapa purnama lagi waktu ku untuk menyerahkan beberapa murid agar kerajaan itu kembali ketanganku. Aku tak peduli tentang kerajaan itu, tetapi nyawa semua orang bahaya karena diriku."
"Bukan karenamu guru, memang semesta menakdirkan kita agar tetap kuat. Guru jangan pernah berburuk sangka, pikiran yang mengundang segalanya. Tetap berpikir baik guru," jelas Yan Xao.
Tentu guru besar tersenyum, ia bangga dengan didikannya yang sekarang menjadi murid yang hebat.
"Tentu murid terima kasih banyak karena sudah mengingatkan aku dengan hal se mudah ini. Semoga berikutnya kau bisa memilih kerajaan seperti yang lain. Aku harap kau menjadi satu-satunya kebanggaan kami. Jangan pernah kecewakan kami. Aku bangga."
Yan Xao mengangguk, menetaskan airmata kesedihan yang kini melintas di pipi nya.
"Baik guru, Terima kasih juga atas jasamu mendidikku walaupun aku belum pernah memenangkan apapun. Terima kasih telah membangga-banggakan aku. Aku bahagia. Dan akan kuusahakan perguruan ini semakin maju mengurangi penjarahan. Aku tahu ini sulit tapi apa yang tak mungkin ku lakukan. Apapun itu akan aku lakukan dengan mungkin. Aku berharap dan berusaha demi perguruan ini. Guru jangan pernah lupakan semua pendekar ini."
Pendekar Elang menepuk pundak Yan Xao. Dengan bangga memeluk erat tubuhnya yang masih kekar dan sedikit terluka. Beberapa luka tusukan karena tombak tajam menusuk badannya. Darah bercucuran membasahi kain bajunya walau perih.
"Lalu apa yang terjadi dengan kau, pendekar Elang."
Pendekar Elang melepas pelukan. "Aku selamat dalam kejadian itu, sedikit luka. Tetapi luka ringan saja. Tidak apa-apa."
"Pendekar Elang itu sungguh hebat, alasan kenapa ia memiliki julukan itu karena matanya setajam Elang," ujar guru Tong Hua yang menahan sakit dadanya.
Suaranya tersenggak akibat darah yang keluar terlalu banyak luka.
Jarahan kali ini sangat berbahaya tidak seperti biasanya. Banyak nyawa yang melayang dalam jarah kali ini.Yan Xao mengepal kan tangannya. Lalu menghormati pendekar Elang. "Aku salut kepadamu pendekar. Kau pantas mendapat julukan itu."
"Bagaimana kau bisa mendapat luka itu?" tanya Pendekar Elang kepada Yan Xao Jun.
"Sama seperti dirimu, aku melawan mereka saat menjarah walau aku tak menyelamatkan semuanya. Tetapi beberapa berhasil aku Selamatkan. Walau sebenarnya aku sedikit tidak percaya diri atas nama yang ku sandang. Karena namaku tak sebagus yang lain."
"Namamu juga bagus jangan pernah merendahkan karena nama adalah anugrah. Ingat, apa kata dirimu selalu berfikir hal baik. Kali ini kita pasti bisa mengurangi angka jarahan yang terjadi dalam desa TongHa dan menghentikan sekte kamboja."
.
.
.
.
TBCYoyoyo haloo semuanya
Gimana, kabarnya.
Baik kan.
Luka-luka dikit ga ngaruh.
Bunrely aga ga fokus kali iniSalam hangat dari rerileymttw
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Malam Petaka : Yan Xao Jun ✔
FantasyXao Jun pendekar bertubuh kekar nan tinggi bermata indah. Namanya sang pendekar, tak luput dari masalah yang mengintai. Xao bermasalah dengan kaisar Jepang yang menyebabkan konflik yang besar. apa yang akan Xao lakukan?